90 Ribu Sekolah Tidak Memiliki Guru Bahasa Inggris Pendidikan Indonesia

90 Ribu Sekolah Tidak Memiliki Guru Bahasa Inggris, Ini Dampaknya terhadap Pendidikan

Pendidikan bahasa Inggris di Indonesia terus menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah Indonesia telah berusaha meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di kalangan pelajar dan masyarakat. Namun, strategi yang diterapkan masih mendapat berbagai kritik. Salah satu masalah utama adalah jumlah guru bahasa Inggris yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar sekolah.

Menurut data dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), ada sekitar 90.447 Sekolah Dasar (SD) yang belum memiliki guru Bahasa Inggris. Angka ini menunjukkan bahwa hampir separuh dari total sekolah dasar di Indonesia tidak memiliki tenaga pengajar yang memadai untuk mengajarkan mata pelajaran tersebut.

Baca juga: Membaca Ulang Nasib Guru dan Arah Pendidikan Kita

Masalah Utama: Kurangnya Guru Berkualitas

Salah satu tantangan utama dalam pendidikan bahasa Inggris adalah kurangnya guru berkualitas. Meski ada program pelatihan, banyak guru belum menguasai metode pengajaran yang sesuai. Hal ini memengaruhi kualitas pengajaran yang diterima siswa. Selain itu, kurangnya sarana dan prasarana menghambat pembelajaran interaktif.

Pengajaran bahasa Inggris sering fokus pada teori dan tata bahasa, padahal keterampilan berbicara dan mendengarkan lebih dibutuhkan. Sekolah perlu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata. Pembelajaran berbasis konteks sehari-hari akan lebih efektif.

Dampak Terhadap Siswa dan Pendidikan

Dampak dari ketidaktersediaan guru bahasa Inggris sangat luas. Siswa di sekolah-sekolah yang tidak memiliki guru bahasa Inggris cenderung kurang terbiasa dengan bahasa asing. Hal ini bisa memengaruhi kemampuan mereka dalam bersaing secara global.

Hasil laporan terbaru EF English Proficiency Index (EF EPI) 2024 menunjukkan bahwa posisi Indonesia dalam indeks global menurun, dengan peringkat ke-80 dari 116 negara dan skor 468, lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan ini menggambarkan tantangan serius dalam mempersiapkan generasi muda untuk bersaing secara global di tengah persaingan ketat dengan negara-negara Asia lainnya.

Laporan EF EPI 2024 juga menunjukkan bahwa kelompok usia 26-30 tahun di Indonesia memiliki skor kemahiran bahasa Inggris tertinggi, yakni 494. Ini menandakan dampak positif dari pendidikan bahasa Inggris yang dimulai lebih awal. Sementara itu, kelompok usia di atas 30 tahun harus terus meningkatkan kemahiran untuk tetap relevan di era digital.

Upaya Pemerintah dalam Mengatasi Masalah

Pemerintah telah menyadari masalah ini dan mulai mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi. Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru Kemendikdasmen Nunuk Suryani mengatakan bahwa pihaknya mulai menyiapkan untuk memenuhi kebutuhan guru Bahasa Inggris dengan pelatihan dan bimbingan teknis (Bimtek) pada tahun 2025.

Guru-guru akan ikut bimtek sehingga pada tahun 2026, guru-guru yang sudah dilatih dan mengikuti bimtek bisa siap mengajar pelajaran Bahasa Inggris di jenjang kelas tiga SD. Pada tahun 2027, pihaknya berharap semua sekolah yang belum memiliki guru bahasa Inggris akan diberi kecakapan untuk mengajar bahasa Inggris.

Nunuk juga menambahkan, penyiapan guru Bahasa Inggris nantinya juga akan melibatkan perguruan tinggi keguruan yang memiliki kejuruan bahasa Inggris. Bukan hanya tugas UPT kita, tapi juga LPTK yang punya prodi bahasa Inggris, pihak swasta, partisipasi semesta, kita gunakan agar kita sekolah-sekolah kita siap untuk ketika bahasa Inggris menjadi mata pelajaran wajib.

Peran Perguruan Tinggi dan Swasta

Perguruan tinggi dan lembaga swasta juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Perguruan tinggi keguruan yang memiliki kejuruan bahasa Inggris dapat memberikan pelatihan tambahan kepada para guru. Selain itu, partisipasi dari pihak swasta juga diperlukan untuk memastikan bahwa semua sekolah memiliki akses ke guru bahasa Inggris yang berkualitas.

Kebijakan Baru: Bahasa Inggris Jadi Mata Pelajaran Wajib

Salah satu kebijakan baru yang diumumkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti adalah Bahasa Inggris akan menjadi mata pelajaran wajib pada 2027/2028. Keputusan ini berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 13 Tahun 2025, Bahasa Inggris akan menjadi mata pelajaran wajib mulai tahun ajaran 2027/2028.

“Kebijakan ini merupakan implementasi nyata dari Peta Jalan Pendidikan Nasional yang menekankan bahwa kemahiran berbahasa asing khususnya Bahasa Inggris. Karena bahasa Inggris adalah instrumen kunci dalam mengembangkan profil lulusan yang produktif dan kompetitif secara global,” ujar Menteri Abdul Mu’ti.

Langkah-Langkah untuk Meningkatkan Kompetensi Guru

Untuk memastikan keberhasilan kebijakan ini, pemerintah juga akan melakukan peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan. Pelatihan dan bimbingan teknis akan menjadi bagian penting dari upaya ini. Guru-guru yang sudah dilatih akan siap mengajar pelajaran Bahasa Inggris di jenjang kelas tiga SD.

Selain itu, pemerintah juga akan mencari cara untuk meningkatkan jumlah guru bahasa Inggris. Ini termasuk bekerja sama dengan perguruan tinggi dan lembaga swasta untuk menciptakan sistem pelatihan yang efektif dan berkelanjutan.

Tantangan dan Solusi

Meskipun pemerintah telah berupaya mengintegrasikan bahasa Inggris dalam kurikulum sekolah sejak dini, kenyataannya masih ada kesenjangan dalam pemahaman dan penerimaan bahasa Inggris sebagai keterampilan utama. Hal ini tercermin dalam hasil laporan terbaru EF English Proficiency Index (EF EPI) 2024, yang menyoroti tantangan dalam pendidikan bahasa Inggris di Indonesia.

Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya guru berkualitas dan sarana pendidikan yang memadai. Untuk mengatasi ini, pemerintah perlu terus meningkatkan investasi dalam pendidikan dan pelatihan guru. Selain itu, sekolah juga perlu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata, seperti pembelajaran berbasis konteks sehari-hari.

Kesimpulan

Masalah 90 ribu sekolah yang tidak memiliki guru bahasa Inggris adalah isu yang serius dan memerlukan solusi yang cepat dan efektif. Pemerintah, perguruan tinggi, dan pihak swasta harus bekerja sama untuk meningkatkan jumlah guru bahasa Inggris yang berkualitas. Pelatihan dan bimbingan teknis akan menjadi bagian penting dari upaya ini.

Selain itu, sekolah perlu menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dunia nyata, seperti pembelajaran berbasis konteks sehari-hari. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kemampuan berbahasa Inggris di kalangan pelajar dan masyarakat Indonesia akan meningkat, sehingga dapat bersaing secara global.

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang program pelatihan guru bahasa Inggris atau cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris di sekolah Anda, silakan kunjungi situs resmi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah atau hubungi lembaga pendidikan setempat.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *