Cinta Laura, seorang aktris ternama Indonesia, dikenal sebagai sosok yang aktif dalam isu lingkungan dan kemanusiaan. Namun, banyak yang tidak menyadari bahwa semangatnya ini berasal dari didikan orang tua, terutama ibunya. Dalam artikel ini, kita akan mengupas bagaimana awal mula Cinta Laura membangun kepedulian terhadap lingkungan dan kemanusiaan melalui pengaruh sang ibu.
Awal Mula Kepekaan Cinta Laura
Cinta Laura dikenal sebagai selebritas yang peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Namun, siapa sangka bahwa semangatnya ini justru berasal dari pengalaman masa kecilnya yang dipenuhi nilai-nilai empati dan welas asih. Saat berusia sekitar empat tahun, ia bersama keluarganya sedang berkunjung ke Indonesia. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang anak kecil yang sedang mengemis sambil menempelkan tangan ke kaca mobilnya.

Ibunya langsung mengajarkan Cinta untuk membayangkan dirinya dalam posisi anak tersebut. “Bayangkan jika kamu tidak bisa bermain, tidak bisa sekolah, dan harus mengemis di jalanan,” kata ibunya. Pengalaman itu membuat Cinta merasa syok dan mulai memahami pentingnya empati terhadap sesama.
Pengaruh Didikan Ibu pada Kepedulian Lingkungan
Meskipun Cinta Laura memiliki pendidikan tinggi di Columbia University, ia mengakui bahwa yang lebih berpengaruh adalah didikan ibunya. Ia menjelaskan bahwa nilai empati dan welas asih dari ibunya menjadi fondasi utama dalam pembentukan kepribadiannya. Bahkan, ketika ia belanja, ia selalu memikirkan apakah uang yang dikeluarkan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Contohnya, saat ia membeli pakaian, ia membandingkan harga dengan upah minimum regional (UMR) di Indonesia. “Sekali belanja, kita sudah menghabiskan UMR atau gaji seseorang dalam sebulan,” ujarnya. Empati inilah yang membuatnya berpikir dua kali sebelum bertindak.

Kebiasaan Ramah Lingkungan yang Dilakukan Cinta Laura
Cinta Laura juga dikenal menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kebiasaannya adalah selalu menghabiskan air minum hingga tetes terakhir, baik itu dari botol kaca maupun tempat lain. Ia juga selalu membawa tumbler ke mana pun ia pergi.
Selain itu, ia menghindari membeli produk fast fashion karena menyadari bahwa industri ini seringkali mengeksploitasi pekerja. Ia lebih memilih menggunakan koleksi pakaian lamanya dan memperhatikan kualitas daripada jumlah.
Perubahan Pola Pikir dan Nilai Pribadi
Cinta Laura menekankan bahwa perubahan dimulai dari perubahan pola pikir dan nilai pribadi, bukan dari kepemilikan materi. Ia mengatakan bahwa masyarakat seringkali terjebak dalam pola pikir bahwa nilai seseorang ditentukan oleh seberapa banyak mereka memiliki barang-barang mahal.
Namun, ia berusaha untuk berpegang teguh pada nilai-nilainya dan kreatif dalam berpenampilan agar tetap tampil berbeda tanpa harus memiliki banyak koleksi pakaian. Ia bahkan mengenakan beberapa barang yang sama selama bertahun-tahun, termasuk sepatu yang telah berusia tiga tahun yang ia dapatkan sebagai hadiah.
Kesimpulan
Cinta Laura menginspirasi banyak orang dengan gaya hidup ramah lingkungan dan nilai-nilai yang mendasarinya. Dari pengalaman masa kecil hingga didikan ibunya, ia membuktikan bahwa perubahan positif dapat dimulai dari hal-hal kecil dan dari dalam diri. Semangatnya ini menjadi contoh nyata bahwa kepedulian terhadap lingkungan dan kemanusiaan bisa lahir dari pengaruh keluarga dan kesadaran diri.

















