Gen Z Kritik Keras Kurangnya Infrastruktur Transportasi Publik di Kota Besar
Jakarta, 2025 – Generasi Z di Indonesia kembali menyoroti masalah infrastruktur transportasi publik di kota-kota besar. Mereka menyampaikan kritik tajam terhadap sistem transportasi yang dinilai tidak memadai dan tidak mampu memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat modern.
Kritik ini bukan hanya sekadar opini, melainkan hasil survei yang menunjukkan ketidakpuasan Gen Z terhadap pelayanan transportasi umum. Berdasarkan riset Praxis Public Relations pada 2023, sebanyak 69,47 persen Gen Z merasa pembangunan infrastruktur layanan eksekutif pemerintah daerah belum memuaskan. Masalah seperti kemacetan, keterbatasan jaringan, dan kualitas armada menjadi fokus utama keluhan mereka.
Fakta Utama
Di Jakarta, meski telah memiliki berbagai moda transportasi seperti MRT, LRT, dan TransJakarta, Gen Z masih mengeluhkan kondisi transportasi publik yang tidak merata. Maya (22), mahasiswi yang rutin menggunakan MRT dan TransJakarta, mengapresiasi perkembangan transportasi umum, tetapi juga menyampaikan harapan agar sistem tersebut lebih efisien.
“Untuk akses ke mana-mana lebih mudah, saya mau ke kampus dekat dengan halte Transjakarta lalu ada beberapa dekat juga dengan transit dan terintegrasi langsung oleh jpo/skybride untuk berpindah ke KRL atau MRT,” ujar Maya.
Sementara itu, Iman (25), pekerja freelance, menyambut baik integrasi transportasi umum yang semakin baik. Namun, ia juga mengkritik ketimpangan pelayanan yang masih terjadi. “Dengan adanya MRT, LRT, dan TransJakarta, sekarang lebih gampang buat eksplor Jakarta tanpa ribet,” katanya.
Konfirmasi & Narasi Tambahan
Zidan (23), mahasiswa di Jakarta, mengungkapkan bahwa TransJakarta sering kali penuh sesak pada jam-jam sibuk. “Kalau jam kerja busway tuh penuh banget sampai sesak, armadanya kalau bisa ditambahkan apalagi mau libur natal dan tahun baru banyak masyarakat yang ingin berlibur,” ujarnya.
Menurut Zidan, kondisi ini membuat perjalanan kurang nyaman dan melelahkan. Ia berharap penambahan armada atau pengaturan jadwal yang lebih baik dapat mengatasi masalah tersebut.
Dalam wawancara dengan IndoTelko, Ketua Komisi Bidang Pendidikan dan Pengembangan Profesi Pers Dewan Pers Indonesia, Paulus Tri Agung Kristanto, menyambut positif kritik yang disampaikan oleh Gen Z. “Keberanian Bima untuk menyampaikan kritik yang membangun ini harus diapresiasi. Saya harap, kedepannya semakin banyak generasi muda yang berani untuk menyuarakan opini maupun kritik mereka,” katanya.
Analisis Konteks
Transportasi publik di kota-kota besar seperti Jakarta, Palembang, Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta telah mengalami perkembangan signifikan. Namun, tantangan tetap ada, termasuk dalam hal integrasi antar moda transportasi, ketersediaan armada, dan pengelolaan jadwal.
Pemerintah daerah dan pusat perlu memperhatikan kebutuhan masyarakat khususnya Gen Z yang peduli terhadap keberlanjutan dan efisiensi. Diperlukan strategi yang lebih inovatif dan partisipatif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menggunakan transportasi umum.
Data Pendukung
Survei Praxis Public Relations mencatat bahwa 62,75 persen Gen Z menginginkan pemimpin yang memiliki integritas tinggi, 46,78 persen menginginkan etos kerja kuat, dan 40,34 persen menginginkan visi misi yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa Gen Z tidak hanya mengkritik, tetapi juga memiliki harapan terhadap pemimpin dan kebijakan yang akan membawa perubahan.
Selain itu, data dari INRIX pada 2024 menunjukkan bahwa Jakarta masih termasuk dalam daftar kota termacet di dunia. Tanpa transportasi publik yang sudah dibangun, kemacetan bisa jadi lebih buruk lagi.

















