Pada tahun 2018, Fawaz al-Farabi menciptakan akun media sosial bernama “Filsafat Rindu Official” dengan tujuan membagikan pemikiran filosofis dan puisi. Tidak pernah terbayang olehnya bahwa akun tersebut akan menjadi salah satu konten paling diminati di media sosial saat ini.
Akun ini kini memiliki lebih dari 309 ribu pengikut di Instagram, 128 ribu di X (dahulu Twitter), dan 106 ribu di TikTok. Konten-konten yang dibagikan sering kali mengangkat tema-tema seperti keheningan, ketenangan, dan makna senja dalam kehidupan manusia.
Senja, menurut konten yang dipublikasikan, adalah waktu untuk merenung. Ia melukiskan indahnya alam semesta dan mengajarkan tentang keheningan serta kedamaian. Dalam setiap nuansa warna yang berganti, senja memberikan perasaan yang sulit dijelaskan—seperti kebahagiaan yang tiba tanpa terduga.
Menurut pendapat Dr. Suryadi, seorang ahli sastra dari Universitas Indonesia, “Konten ini berhasil menyentuh hati banyak orang karena menggunakan bahasa yang sederhana namun dalam. Ia mampu menyampaikan pesan-pesan filosofis tanpa terkesan berat.”
Sementara itu, Andi Prasetyo, seorang penggemar akun tersebut, mengatakan, “Saya sering membaca puisi-puisi di akun ini saat malam hari. Mereka memberi saya ketenangan dan membangkitkan rasa ingin merenung tentang hidup.”
Dalam konten-konten yang dipublikasikan, senja sering digambarkan sebagai simbol harapan. Seperti dalam salah satu puisi yang viral, “Senja adalah pesan untuk tetap berharap. Bahwa kelamnya malam akan digantikan oleh indahnya fajar.”
Ini menjadikan konten ini tidak hanya sekadar puisi, tetapi juga sebuah bentuk inspirasi bagi banyak orang. Banyak netizen mengaku mendapatkan kekuatan dan ketenangan dari isi konten tersebut.
Konten ini juga menunjukkan bagaimana senja bisa menjadi simbol dari kehidupan manusia sendiri. Dalam kesendirian, kita bisa menemukan kekuatan. Dalam keheningan, kita bisa menemukan kebijaksanaan. Dan dalam senja, kita bisa menemukan diri kita yang sejati.
Kehadiran akun ini menunjukkan bahwa penikmat puisi dan filosofi tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu, tetapi bisa menjangkau semua kalangan. Karena itulah, konten ini mampu mencapai jutaan views dan pengikut.
Seiring dengan pertumbuhan pengikutnya, konten ini juga mulai menarik perhatian para seniman dan penulis lain. Banyak dari mereka yang mengakui bahwa konten ini memberi inspirasi untuk membuat karya-karya baru.
Dengan demikian, “Hanya Anak Senja yang Paham” bukan hanya sekadar konten, tetapi telah menjadi bagian dari budaya digital yang mengedepankan nilai-nilai estetika dan filosofis.














