Lead: Di tengah pergeseran tren dunia kerja, pertanyaan apakah gelar pendidikan tinggi masih relevan atau tidak semakin mengemuka. Banyak orang kini mempertimbangkan antara jalur kuliah dan belajar mandiri.
H2 — Fakta Utama
Di Indonesia, isu “kuliah vs. self-taught” menjadi topik yang terus bergulir, terutama di kalangan generasi muda yang ingin menembus dunia teknologi dan bisnis. Berdasarkan survei dari Burning Glass Institute, persentase pekerjaan yang membutuhkan gelar sarjana turun dari 51% pada 2017 menjadi 44% pada 2021. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman dan keterampilan nyata mulai mendapatkan perhatian lebih besar daripada ijazah.
Di sisi lain, banyak perusahaan besar seperti Apple dan Tesla telah menghapus syarat gelar sarjana dalam rekrutmen mereka. Menurut Soren Kaplan, penulis dan afiliasi di Pusat Organisasi Efektif di University of Southern California, pengalaman hidup dan keterampilan bisa setara dengan ijazah universitas di era yang berubah pesat.
H2 — Konfirmasi & Narasi Tambahan
Dari sudut pandang akademis, Dr. Rizki Ananda, dosen Teknik Informatika di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa pendidikan formal tetap memiliki kelebihannya. “Kurikulum terstruktur dan akses ke pengajar ahli membuat mahasiswa memiliki dasar yang kuat,” katanya. Namun, ia juga menyadari bahwa tantangan utamanya adalah kurikulum yang sering tertinggal dari perkembangan teknologi.
Sementara itu, Dedi Prasetyo, seorang programmer otodidak yang sukses, berpendapat bahwa belajar mandiri bisa lebih efektif. “Saya belajar melalui sumber online dan proyek nyata. Keterampilan yang saya miliki justru lebih sesuai dengan kebutuhan industri saat ini,” ujarnya.
H2 — Analisis Konteks (Opsional)
Perubahan tren ini mencerminkan transformasi dalam cara perusahaan melihat potensi karyawan. Dulu, gelar sarjana sering kali menjadi satu-satunya syarat untuk masuk ke posisi strategis. Kini, perusahaan lebih memperhatikan kemampuan nyata dan inovasi. Contohnya, Google menciptakan sertifikat karier yang fokus pada pelatihan langsung sesuai kebutuhan industri.
Di sisi lain, perguruan tinggi juga mulai beradaptasi. Universitas Minerva, misalnya, menggabungkan perkuliahan virtual dengan program magang di berbagai organisasi ternama. Program ini bertujuan untuk mengembangkan pola pikir dan keterampilan praktis yang relevan dengan dunia kerja modern.
H2 — Data Pendukung
Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS, lulusan perguruan tinggi memiliki tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak memiliki gelar. Pada Juli 2024, tingkat pengangguran lulusan SMA di atas usia 25 tahun yang tidak memiliki pendidikan tinggi adalah sekitar 4,6%, sedangkan lulusan sarjana hanya 2,3%. Selain itu, rata-rata pendapatan bersih mingguan lulusan SMA adalah sekitar USD 899 (sekitar Rp 14,9 juta), sementara lulusan sarjana menerima sekitar USD 1.493 (Rp 24,78 juta).
Namun, data dari Pew Research menunjukkan bahwa hanya satu dari empat orang dewasa AS yang mengatakan bahwa memiliki gelar sarjana empat tahun sangat atau sangat penting untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi. Sebagian besar (40%) bahkan mengatakan bahwa gelar sarjana tidak terlalu penting atau sama sekali tidak penting.



















