Di era digital yang semakin mengglobal, penggunaan gadget telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Namun, dampak negatif dari paparan layar digital secara berlebihan mulai menimbulkan perhatian serius, khususnya dalam bentuk Digital Eye Strain (DES) atau ketegangan mata digital.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Ophthalmology and Therapy, prevalensi DES pada anak-anak meningkat hingga 60% selama masa pandemi. Gejala seperti miopia baru muncul, kelainan vergence, dan esotropia yang baru muncul juga dilaporkan. Hal ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mata akibat gadget tidak bisa diabaikan.
Tanda-Tanda Digital Eye Strain pada Anak
Anak-anak cenderung lebih rentan mengalami DES karena otot mata mereka masih berkembang. Berikut beberapa tanda-tanda yang perlu diwaspadai:
-
Mata lelah, kering, atau iritasi
Anak mungkin sering mengucek mata, mengeluh mata terasa “berpasir”, atau mengalami iritasi saat menatap layar lebih dari satu jam. -
Sakit kepala dan penglihatan kabur
Fokus terus-menerus pada jarak dekat dapat menyebabkan otot mata tegang, yang berujung pada sakit kepala dan penglihatan sedikit buram. -
Nyeri leher, bahu, atau punggung
Posisi duduk yang tidak ergonomis saat menggunakan gadget dapat menyebabkan nyeri pada area tersebut.
Dr. Rina Wijaya, Dokter Spesialis Mata di Vio Optical Clinic, menjelaskan, “Anak-anak sering kali tidak sadar akan gejala DES. Orang tua perlu memperhatikan apakah anak sering mengeluhkan mata kering atau mengedipkan mata terlalu sering.”
Cara Mengatasi Digital Eye Strain pada Anak
Untuk mencegah dan mengurangi risiko DES, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan:
-
Terapkan aturan 20-20-20
Ajarkan anak untuk setiap 20 menit menatap layar, berhenti sejenak, fokus ke objek sejauh 20 kaki (sekitar 6 meter) selama 20 detik. -
Jaga jarak dan ergonomi layar
Letakkan layar setidaknya sejauh satu lengan anak dan sedikit lebih rendah dari pandangan mata. Pastikan meja dan kursi sesuai tinggi badan anak agar posisi duduk tetap nyaman. -
Atur pencahayaan dan kurangi silau
Hindari penggunaan layar di ruangan gelap atau dengan pencahayaan terlalu terang. Minimalkan pantulan cahaya dari jendela atau lampu. -
Perhatikan pengaturan layar dan filter cahaya biru
Sesuaikan brightness layar agar sesuai dengan pencahayaan ruangan. Gunakan font besar dan kontras tinggi agar mudah dibaca. -
Ajak anak istirahat fisik dan aktivitas outdoor
Sisihkan waktu tiap 30–60 menit untuk istirahat sejenak—lakukan peregangan atau berjalan di luar. Aktivitas outdoor membantu menjaga fokus mata dan memperlancar sirkulasi darah. -
Rutinkan pemeriksaan mata
Bawa anak untuk cek mata sebelum masuk sekolah. Setidaknya, lakukan pemeriksaan rutin ke dokter mata minimal setiap dua tahun.

Dr. Arifin, ahli optometri di Vio Optical Clinic, menambahkan, “Pemeriksaan rutin sangat penting untuk mendeteksi dini gangguan penglihatan. Jika tidak ditangani, DES bisa berkembang menjadi rabun jauh atau kondisi lain yang lebih serius.”
Kesimpulan
Digital Eye Strain bukan hanya masalah kesehatan mata, tetapi juga berdampak pada kualitas belajar dan kesejahteraan anak. Dengan kesadaran orang tua dan penerapan langkah pencegahan yang tepat, risiko DES pada anak dapat diminimalisir. Jika gejala terus muncul atau memburuk, sebaiknya konsultasikan dengan dokter mata untuk solusi yang lebih spesifik.




















