Pada awal tahun 2025, isu kekurangan tenaga medis di Puskesmas daerah pedalaman Provinsi Jambi kembali menjadi perhatian masyarakat. Komisi IV DPRD Kota Jambi melakukan kunjungan kerja ke Rumah Sakit H Abdurrahman Sayouti (RS HAS) pada 10 Desember 2024, dan dalam tinjauan tersebut mereka menyoroti masalah utama yang terjadi di sektor kesehatan, terutama di daerah pedesaan.
Dalam kunjungan tersebut, Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Jambi, Menno Eka Desthya, menyampaikan bahwa meskipun fasilitas dan pelayanan di RS HAS sudah baik, jumlah tenaga dokter spesialis masih kurang. Ia menyarankan agar Pemkot Jambi segera menambah tenaga medis, khususnya ASN dokter spesialis, untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Kekurangan tenaga medis ini tidak hanya terjadi di rumah sakit, tetapi juga di Puskesmas-puskesmas yang berada di daerah pedalaman. Masalah ini telah lama menjadi perhatian masyarakat, namun belum mendapatkan solusi yang memadai. Banyak warga di daerah pedalaman mengeluh karena akses layanan kesehatan yang terbatas dan kurangnya tenaga profesional yang siap memberikan pelayanan.
Kronologi Lengkap
Masalah kekurangan tenaga medis di Puskesmas daerah pedalaman Jambi mulai muncul beberapa tahun terakhir. Banyak Puskesmas di wilayah Merangin, Batanghari, dan Muaro Jambi mengalami kesulitan dalam menjaga ketersediaan dokter dan perawat. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti minimnya insentif, kurangnya peningkatan karier, serta kondisi geografis yang sulit dijangkau.
Sejumlah Puskesmas bahkan harus mengandalkan tenaga medis dari luar daerah atau relawan kesehatan yang sementara. Namun, hal ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam beberapa kasus, pasien harus menunggu hingga berhari-hari untuk mendapatkan pengobatan, terutama jika kondisi mereka darurat.
Mengapa Menjadi Viral?
Isu ini menjadi viral karena banyak warga pedalaman yang merasa diperlakukan tidak adil. Video-video yang menampilkan kondisi Puskesmas yang jauh dari standar layanan kesehatan, serta keluhan para tenaga medis, mulai menyebar di media sosial. Mereka mengeluh tentang tekanan kerja yang tinggi dan kurangnya dukungan dari pemerintah.
Selain itu, kejadian viral lainnya, seperti guru-guru yang melintasi jembatan gantung yang rusak untuk mengajar anak-anak di pedalaman, turut memperkuat narasi bahwa daerah pedalaman Jambi masih menghadapi tantangan serius dalam akses layanan dasar, termasuk kesehatan.
Respons & Dampak
Respons dari pihak berwenang tidak sepenuhnya memuaskan. Meski DPRD Jambi telah menyoroti masalah ini, langkah-langkah konkrit yang dilakukan masih terbatas. Beberapa Puskesmas di daerah pedalaman telah menerima bantuan alat kesehatan dan pelatihan, tetapi jumlah tenaga medis tetap tidak mencukupi.
Dampak dari masalah ini sangat nyata. Banyak warga tidak bisa mendapatkan layanan kesehatan yang memadai, terutama saat kondisi kesehatan mereka memburuk. Selain itu, tenaga medis juga mengalami stres dan kelelahan akibat beban kerja yang berat.
Fakta Tambahan / Klarifikasi
Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, jumlah tenaga medis di Puskesmas daerah pedalaman masih jauh dari target. Diperlukan tambahan sekitar 300 tenaga medis untuk memenuhi kebutuhan. Namun, rekrutmen dan pemenuhan anggaran masih menjadi kendala.
Sementara itu, pemerintah daerah sedang berupaya memperbaiki infrastruktur Puskesmas dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Namun, proses ini membutuhkan waktu dan dana yang cukup besar.
Penutup — Kesimpulan & Perkembangan Selanjutnya
Masalah kekurangan tenaga medis di Puskesmas daerah pedalaman Jambi adalah isu yang memerlukan perhatian serius. Meski ada upaya dari pemerintah, solusi yang efektif masih belum ditemukan. Publik menantikan tindakan lebih konkret dari pemerintah dan DPRD Jambi untuk memastikan semua warga memiliki akses layanan kesehatan yang layak.

















