Dalam dunia sastra Indonesia, karya-karya yang menggabungkan imajinasi dengan pesan sosial sering kali menjadi incaran para pembaca. Salah satu novel yang berhasil mencuri perhatian adalah Kita Pergi Hari Ini karya Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie. Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada 26 Oktober 2021, novel ini menawarkan pengalaman baca yang unik dan penuh makna, mengajak pembaca untuk menjelajahi dunia fiksi yang penuh kejutan dan simbolisme.
Fokus & Detail Novel
Judul Novel: Kita Pergi Hari Ini
Penulis: Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie
Genre Utama: Fantasi, Sastra Nonsense
Penerbit & Tahun: Gramedia Pustaka Utama, 2021
Tema Kunci: Petualangan imajinatif, kritik sosial, ketidakadilan dalam sistem
Target Pembaca: Penggemar genre fantasi, pembaca yang menyukai cerita eksentrik, serta mereka yang tertarik dengan simbolisme dalam sastra
Garis Besar Cerita (Synopsis)
Kita Pergi Hari Ini menceritakan kisah Mi, Ma, dan Mo, tiga bersaudara yang tinggal di Kota Suara. Ketika orang tua mereka sibuk mencari nafkah, mereka diasuh oleh Nona Gigi, seekor kucing yang disebut “Kucing Luar Biasa.” Nona Gigi memiliki kemampuan luar biasa yang memungkinkannya membawa anak-anak ini ke berbagai tempat fantastis, seperti Kereta Air, Sirkus Sendu, dan Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Di tengah petualangan ini, mereka bertemu karakter-karakter tak terduga yang memperkaya narasi dan memberikan pesan mendalam tentang dunia yang mereka jalani.
Kelebihan Novel (Analisis Kritis)
Salah satu keunggulan utama dari Kita Pergi Hari Ini adalah gaya penulisan Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie yang sangat khas. Dengan menggunakan bahasa yang bebas dan kadang sulit dipahami, ia menciptakan atmosfer yang penuh absurditas dan imajinasi. Gaya ini mirip dengan sastra nonsense seperti karya Lewis Carroll, namun dengan sentuhan lokal yang membuatnya lebih dekat dengan pembaca Indonesia.
Pengembangan karakter juga menjadi salah satu aspek yang menonjol. Nona Gigi, sebagai tokoh utama, tidak hanya menjadi pengasuh anak-anak, tetapi juga simbol dari kekuatan dan kebijaksanaan yang tersembunyi. Karakter-karakter lain seperti Kolonel Jagung dan Sirkus Sendu juga memberikan dimensi tambahan yang memperkaya cerita.
Selain itu, novel ini juga memperlihatkan kemampuan Ziggy dalam menyampaikan pesan sosial melalui kritik yang tersembunyi. Di balik petualangan magis dan absurd, ada kritik terhadap sistem ketidakadilan yang terjadi dalam kehidupan nyata. Misalnya, gambaran Kota Terapung menjadi metafora atas ketimpangan ekonomi dan kekuasaan yang sering kali mengabaikan kemanusiaan.
Kekurangan & Kritik Konstruktif
Meskipun memiliki banyak keunggulan, Kita Pergi Hari Ini tidak sepenuhnya sempurna. Bagi pembaca yang terbiasa dengan narasi konvensional, gaya penulisan Ziggy mungkin terasa “nyeleneh” atau sulit diikuti. Beberapa bagian cerita juga terasa agak abstrak, sehingga membutuhkan konsentrasi ekstra untuk memahami maknanya.
Selain itu, beberapa adegan mungkin terasa terlalu lambat atau tidak terhubung secara langsung dengan alur utama. Namun, hal ini justru menjadi bagian dari daya tarik novel ini, karena memberikan ruang bagi pembaca untuk merenung dan memahami makna yang tersembunyi.
Kesimpulan & Rekomendasi
Secara keseluruhan, Kita Pergi Hari Ini adalah karya yang sangat menarik dan layak dibaca. Meskipun tidak cocok untuk semua kalangan, novel ini menawarkan pengalaman baca yang unik dan berkesan. Dengan rating 4.5/5 bintang, saya sangat merekomendasikan buku ini kepada para penggemar sastra fantasi, pembaca yang ingin mengeksplorasi simbolisme dalam narasi, serta mereka yang ingin melihat dunia dari perspektif yang berbeda.




















