Sebuah perselisihan hukum terjadi di Australia mengenai warisan dari Virginia Giuffre, salah satu korban kasus pelecehan seksual Jeffrey Epstein. Anak-anaknya kini menolak dokumen yang tidak bertanda tangan sebagai surat wasiat ibu mereka, yang diduga tidak sah dan tidak mencerminkan keinginan pribadi Virginia.
Virginia Giuffre, yang dikenal sebagai korban dari kasus Epstein dan Ghislaine Maxwell, meninggal pada April 2025 dengan usia 41 tahun. Ia dikenal sebagai aktivis untuk hak korban perdagangan seks dan telah menerima dana kompensasi dari beberapa perusahaan serta pengadilan. Namun, dalam kondisi akhir hidupnya, ia meninggalkan warisan yang menjadi sumber perdebatan antara keluarga dan mantan suaminya.
Dalam laporan terbaru, diketahui bahwa Virginia tidak meninggalkan surat wasiat resmi. Hal ini memicu perselisihan hukum antara mantan suaminya, Robert Giuffre, dan anak-anaknya. Menurut hukum Australia, jika seseorang meninggal tanpa surat wasiat, maka harta bendanya akan dibagi sesuai aturan hukum, termasuk kepada pasangan atau keluarga dekat.
Anak-anak Virginia, Christian, Noah, dan Emily, bersama dengan dua orang saudara laki-lakinya, Sky Roberts dan Danny Wilson, telah menyatakan ketidakpuasan terhadap dokumen yang disebut sebagai “surat wasiat” oleh pihak Robert Giuffre. Mereka mengklaim bahwa dokumen tersebut tidak sah karena tidak memiliki tanda tangan Virginia dan tidak merepresentasikan keinginannya.
Menurut informasi yang diperoleh, Virginia sempat menulis pesan kepada pengacaranya sebelum kematiannya, yang berisi permintaan agar Robert tidak menerima apa pun dari warisannya. Dalam email tersebut, ia menulis: “Jika saya tidak bisa melewati ini, jangan biarkan Rob mendapatkan uang apa pun.” Meski demikian, dokumen tersebut tidak memiliki tanda tangan resmi, sehingga statusnya masih dipertanyakan.


Pihak keluarga Virginia juga merasa bahwa Robert Giuffre tidak layak menerima bagian dari warisan, mengingat hubungan yang buruk antara mereka selama beberapa tahun terakhir. Dalam catatan harian Virginia, ia menyebutkan bahwa Robert sering menyalahgunakan uang dan tidak bekerja sejak 2017. Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa Robert sering kali memperburuk kondisi mentalnya.
Sementara itu, Robert Giuffre membantah klaim-klaim tersebut dan mengatakan bahwa ia berhak atas bagian dari warisan. Pihaknya mengklaim bahwa Virginia tidak pernah secara eksplisit menyatakan bahwa ia tidak ingin Robert menerima uang dari warisannya.
Keluarga Virginia Giuffre telah memilih seorang pengacara di Australia untuk melawan klaim Robert. Pengacara tersebut, Craig Hollett, menyatakan bahwa ada “wasiat informal” dan “wasiat tersirat” yang ditulis oleh Virginia. Namun, karena tidak ada tanda tangan resmi, status hukumnya masih dipertanyakan.
Perselisihan ini menunjukkan betapa kompleksnya proses warisan ketika tidak ada surat wasiat yang jelas. Di tengah situasi ini, anak-anak Virginia Giuffre tetap berjuang untuk menjaga warisan ibunya agar tidak jatuh ke tangan mantan suaminya, yang mereka anggap tidak layak menerimanya.
Dalam sebuah wawancara, salah satu anggota keluarga mengatakan bahwa mereka hanya ingin warisan ibu mereka digunakan untuk kepentingan anak-anak dan organisasi bantuan korban pelecehan seks. “Kami tidak ingin Robert mengendalikan warisan ibu kami,” kata mereka.
Hingga saat ini, kasus ini masih dalam proses hukum, dan pengadilan akan menentukan siapa yang berhak menerima warisan Virginia Giuffre. Semua pihak berharap proses ini dapat berjalan adil dan menghormati keinginan pribadi Virginia, meskipun tanpa surat wasiat resmi.



















