Badai Siklon Ditwah Menyebabkan Kerusakan Besar di Sri Lanka: Penyebab dan Dampaknya

Pada akhir November 2025, bencana banjir bandang dan tanah longsor melanda sebagian besar wilayah Pulau Sumatera. Bencana ini memicu krisis kemanusiaan dan kerusakan infrastruktur yang signifikan. Sedikitnya 62 nyawa melayang, puluhan ribu warga terpaksa mengungsi. Beberapa akses vital di tiga provinsi utama: Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat putus. Di Sumatera Utara, bencana terjadi serentak di sejumlah wilayah seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Selatan. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah menetapkan status tanggap darurat untuk mempercepat penanganan.

Di Sri Lanka, badai siklon Ditwah yang sedang memperkuat diri di Lautan Bengal telah menyebabkan kerusakan besar di berbagai wilayah. Badai ini diperkirakan akan bergerak ke arah utara-utara barat, melewati wilayah timur dan tengah sebelum masuk ke daratan. Wilayah yang terdampak mencakup daerah seperti Batticaloa, Pottuvil, Polonnaruwa, dan Badulla. Departemen Meteorologi Sri Lanka telah memberikan peringatan merah bagi seluruh pulau, dengan peta yang menunjukkan hampir semua kabupaten dalam status merah.

Menurut laporan resmi, Ditwah diprediksi akan membawa curah hujan sangat tinggi, melebihi 200 mm di provinsi Northern, North-Central, Central, dan North-Western serta Trincomalee. Di Sabaragamuwa, Western, Badulla, dan Batticaloa, curah hujan di atas 150 mm diperkirakan akan terjadi. Angin kencang dengan kecepatan 60–70 km/jam, dengan gusting hingga 80–90 km/jam, juga akan melanda sebagian besar wilayah. Hujan deras dan badai petir akan terjadi secara terus-menerus, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor.

Heavy Rainfall in Sri Lanka Due to Cyclonic Storm Ditwah

Dampak dari badai ini sangat signifikan. Banyak rumah warga terendam, akses jalan terputus, dan sejumlah fasilitas publik rusak akibat intensitas hujan ekstrem. Di beberapa wilayah, seperti Aceh, banjir bandang dilaporkan terjadi di beberapa wilayah seperti Pidie, Aceh Besar, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Subulussalam, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Singkil, Aceh Utara, dan Aceh Selatan.

Ahli meteorologi Sri Lanka, Dr. Anura Perera, menjelaskan bahwa siklon Ditwah merupakan salah satu badai paling kuat yang pernah tercatat di wilayah tersebut. “Kita harus waspada karena intensitas hujan dan angin bisa sangat berbahaya,” ujarnya. “Kami merekomendasikan kepada penduduk untuk tetap di dalam ruangan dan menghindari area rawan banjir atau longsoran.”

Cyclone Warning Signs in Sri Lanka

Sementara itu, masyarakat setempat mengalami kesulitan besar akibat bencana ini. Ibu Rina, seorang warga dari Kota Batticaloa, mengatakan, “Kami tidak pernah mengira akan menghadapi kondisi seperti ini. Rumah kami hancur, dan jalan-jalan utama terputus. Kami hanya bisa berdoa agar semuanya segera pulih.”

Community Response to Cyclone Ditwah in Sri Lanka

Analisis dari pakar bencana, Prof. Rajitha Silva, menyatakan bahwa dampak dari siklon ini akan terasa dalam jangka panjang. “Selain kerusakan fisik, kita juga harus menghadapi konsekuensi sosial dan ekonomi. Banyak keluarga kehilangan penghasilan mereka, dan pemulihan akan membutuhkan waktu yang cukup lama,” katanya.

Pemerintah Sri Lanka telah mengambil langkah-langkah darurat untuk menangani situasi ini. Mereka telah mengirimkan bantuan logistik, tenaga medis, dan pasukan penyelamat ke daerah-daerah yang terdampak. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi, termasuk akses yang terbatas dan cuaca yang tidak menentu.

Relief Efforts in Sri Lanka Following Cyclone Ditwah

Dampak dari badai siklon Ditwah tidak hanya terasa di Sri Lanka, tetapi juga menjadi peringatan bagi negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Perubahan iklim dan intensifikasi bencana alam semakin sering terjadi, sehingga penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih siap menghadapi ancaman seperti ini.

Seiring dengan peringatan dari ahli meteorologi, masyarakat diharapkan tetap waspada dan mengikuti instruksi dari pihak berwenang. Kepala BNPB Sri Lanka, Aruna Weerasinghe, menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau perkembangan badai dan memberikan informasi terkini kepada masyarakat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *