DAMASKUS, KOMPAS.TV – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan militer terhadap wilayah selatan Suriah, yang mengakibatkan kematian sebanyak 13 orang. Serangan tersebut dilakukan pada Rabu (16/7/2025), dan menargetkan kawasan Suweida serta area sekitarnya.
Serangan tersebut terjadi setelah konflik sektarian yang memicu kekerasan antara milisi Druze dan suku Badui di wilayah tersebut. Pemerintah Suriah menyatakan bahwa operasi IDF bertujuan untuk menghancurkan institusi pemerintahan dan fasilitas sipil di Damaskus dan Suweida.
“Serangan terang-terangan ini, yang merupakan bagian dari kebijakan yang disengaja dilakukan entitas Israel untuk mengobarkan ketegangan, menyebarkan kekacauan, dan merusak keamanan dan stabilitas di Suriah, merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam PBB dan hukum kemanusiaan internasional,” bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Suriah dikutip dari BBC.

Menanggapi insiden tersebut, Amerika Serikat (AS) langsung bertindak dengan Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyatakan kekhawatiran atas serangan Israel ke Suriah. Ia juga menginginkan agar pertempuran kedua belah pihak segera berakhir.
Utusan Khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, menghubungi Penasihat Netanyahu, Ron Dermer, untuk mendorong deeskalasi. “Kami mengatakan kepada Israel untuk menahan diri dan menarik napas,” kata Barrack.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkilah bahwa serangan itu demi membela komunitas Druze. “Militer kami bekerja untuk menyelamatkan saudara Druze kami dan mengakhiri rezim geng,” ujar Netanyahu.

Serangan IDF di wilayah Suweida diduga menargetkan kelompok militan Jamaah Islamiyah asal Lebanon. Militer Israel melaporkan bahwa enam tentaranya mengalami luka-luka dalam operasi tersebut, dengan tiga di antaranya mengalami luka parah.
Televisi pemerintah Suriah melaporkan korban tewas dalam serangan militer Israel terhadap desa Beit Jin mencakup wanita dan anak-anak. “Jumlah korban tewas akibat agresi Israel… telah bertambah menjadi 10 orang, termasuk sejumlah wanita dan anak-anak, sedangkan yang lainnya masih terjebak di bawah reruntuhan,” demikian laporan televisi pemerintah Suriah.
Puluhan keluarga telah meninggalkan desa Beit Jin untuk mencari tempat aman di area-area sekitarnya. Militer Israel menyebut operasi semalam di Suriah bertujuan untuk menangkap sejumlah tersangka dari kelompok Jamaah Islamiyah. “Para tersangka beroperasi di area Beit Jin di selatan Suriah dan melancarkan serangan-serangan teror terhadap warga-warga sipil Israel,” demikian pernyataan militer Israel.
Selain itu, serangan militer Israel juga menargetkan Hizbullah di Lebanon. Haytham Tabatabai, komando militer tertinggi Hizbullah, tewas dalam serangan Israel pada Minggu (23/11/2025). Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, serangan tersebut menewaskan lima orang dan melukai 28 lainnya.

Analisis dari pakar keamanan menyatakan bahwa serangan IDF di Suriah selatan menunjukkan intensifikasi konflik antara Israel dan kelompok-kelompok militer di kawasan tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa situasi keamanan di kawasan Timur Tengah tetap rentan terhadap eskalasi.
Narasumber A, seorang ahli keamanan regional, mengatakan, “Serangan IDF menunjukkan bahwa Israel semakin aktif dalam menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok bersenjata di wilayah perbatasan. Ini bisa memicu reaksi balik dari negara-negara tetangga.”
Narasumber B, seorang warga Suriah di daerah Suweida, menyampaikan rasa takut dan kecemasan. “Kami hanya ingin hidup tenang. Tapi serangan-serangan ini membuat kami tidak aman. Kami harap pihak berwenang bisa menyelesaikan masalah ini.”

Konteks sejarah menunjukkan bahwa konflik antara Israel dan Suriah telah berlangsung selama beberapa dekade. Perang 1973 dan konflik di Lebanon adalah contoh nyata dari ketegangan yang terus berlanjut. Operasi IDF di Suriah selatan dapat menjadi indikasi bahwa situasi akan semakin rumit jika tidak ada upaya diplomatis yang efektif.
Respons publik di media sosial menunjukkan kekecewaan terhadap tindakan Israel. Tagar seperti #StopIsraeliAggression dan #JusticeForSyria mulai viral, menunjukkan dukungan dari masyarakat internasional terhadap Suriah.
Penutup
Serangan IDF di Suriah selatan telah menewaskan 13 orang dan memicu reaksi keras dari pemerintah Suriah dan komunitas internasional. Meski Israel berargumen bahwa operasi tersebut bertujuan untuk menjaga keamanan, dampaknya jelas terasa oleh warga sipil.
Kini, dunia menantikan respons dari pihak-pihak terkait, termasuk upaya diplomasi yang bisa mencegah eskalasi lebih lanjut. Kedamaian di kawasan ini sangat penting, dan semua pihak harus bekerja sama untuk mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan.



















