Thailand Police Criticized for Using AI Photos During Flood Rescue Operations

Pihak kepolisian Thailand dikritik setelah membagikan foto yang diubah menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) saat operasi penyelamatan korban banjir berlangsung. Foto tersebut menunjukkan petugas dengan pakaian tempur dan senjata otomatis, meski sebenarnya mereka hanya membawa perahu dan alat bantu penyelamatan.

Peristiwa ini terjadi di kota Hat Yai, salah satu wilayah paling parah terdampak banjir di selatan Thailand. Banjir yang melanda daerah tersebut telah menewaskan sedikitnya 55 orang, sementara ribuan warga masih terjebak di atas atap rumah atau harus dievakuasi.

Foto yang viral di media sosial menampilkan polisi dalam seragam militer dan membawa senjata, yang kemudian dipertanyakan oleh netizen. Beberapa mengkritik penggunaan AI karena bisa menimbulkan kebingungan, sementara lainnya merasa ingin adanya pasukan bersenjata untuk menyelamatkan korban.

Polisi Thailand mengklaim bahwa gambar itu dibuat dengan AI untuk menunjukkan kesiapan mereka dalam operasi penyelamatan, bukan sebagai representasi nyata dari situasi di lapangan. Mereka juga membagikan foto asli yang menunjukkan petugas tanpa senjata dan berpakaian pelampung oranye.

Menurut laporan AFP, pihak kepolisian menyatakan bahwa tidak ada personel yang diberhentikan akibat insiden ini. Seorang petugas, yang tidak disebut namanya, mengatakan bahwa tujuan dari foto AI adalah untuk menunjukkan kesiapan mereka, bukan untuk menciptakan kekacauan.

Namun, kejadian ini terjadi meskipun pihak pemerintah Thailand sebelumnya telah memperingatkan masyarakat untuk tidak menyebarkan gambar AI yang bisa menyesatkan atau mengganggu operasi penyelamatan. Kritik terhadap penggunaan AI selama bencana semakin meningkat, terutama karena potensi penyebaran informasi palsu yang bisa mengganggu upaya bantuan darurat.

Thai border police AI flood rescue image

Berdasarkan analisis dari faktcheckers, gambar tersebut memiliki tanda air digital yang menunjukkan bahwa ia dibuat dengan AI Google, yaitu SynthID. Tanda air berbentuk bintang menunjukkan bahwa gambar itu dibuat menggunakan software AI Gemini. Pihak kepolisian kemudian membagikan versi asli dari foto tersebut, yang menunjukkan petugas dalam pakaian pelampung dan membawa perahu.

Kritik terhadap penggunaan AI ini datang dari berbagai kalangan, termasuk aktivis dan ahli teknologi. Mereka menekankan pentingnya transparansi dan akurasi informasi selama situasi krisis. “Penggunaan AI bisa sangat berbahaya jika tidak digunakan secara bertanggung jawab,” kata seorang ahli teknologi yang tidak disebut namanya.

AI generated image of Thai police during flood rescue

Sementara itu, masyarakat di sekitar daerah banjir mengalami kesulitan besar. Banyak rumah hancur, jalan tertutup, dan komunikasi terputus. Di Hat Yai, warga seperti Kamban Wongpanya, 67 tahun, masih belum bisa kembali ke rumahnya karena air masih mengalir deras di jalan-jalan utama.

“Air naik sampai langit-langit lantai dua,” katanya kepada AFP. “Air di dalam rumah saya turun setengahnya, tapi ada air deras di jalan menuju rumah saya. Saya belum bisa pulang.”

Di Indonesia, banjir juga menimbulkan kerugian besar. Di Aceh, ribuan orang dievakuasi, sementara jalan utama terputus dan listrik mati. Warga seperti Ibnu Sina mengatakan bahwa kondisi di wilayahnya “sepenuhnya lumpuh”.

Flood victims in Hat Yai Thailand

Meski demikian, beberapa pihak mengingatkan bahwa banjir adalah bagian dari siklus musim hujan tahunan. Namun, para ilmuwan menunjukkan bahwa perubahan iklim membuat curah hujan lebih intensif. Atmosfer yang lebih hangat dapat menyimpan lebih banyak uap air, sementara lautan yang lebih hangat memicu sistem badai yang lebih basah dan kuat.

Dalam konteks ini, penggunaan AI oleh aparat keamanan menjadi topik yang memicu debat. Meskipun tujuan awalnya baik, kekhawatiran akan manipulasi informasi dan ketidakjelasan pesan tetap menjadi isu utama.

Flood damage in southern Thailand

Komentar publik terhadap kejadian ini sangat beragam. Beberapa mengkritik tindakan kepolisian, sementara yang lain menginginkan adanya pasukan bersenjata dalam operasi penyelamatan. “Kita harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar-benar akurat, terutama dalam situasi darurat,” ujar seorang aktivis lingkungan.

Sebagai respons terhadap kritik ini, pihak kepolisian Thailand mengimbau masyarakat untuk tidak menyebarkan gambar yang tidak jelas asalnya. Mereka juga berjanji untuk lebih hati-hati dalam menggunakan teknologi dalam operasi penyelamatan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *