Pandangan dunia terhadap belanja liburan telah mengalami perubahan signifikan, terutama di tengah krisis ekonomi dan pergeseran pola konsumsi. Tahun 2025 menjadi titik balik bagi industri ritel, di mana tren belanja liburan tidak lagi hanya berfokus pada pengeluaran besar, tetapi lebih kepada nilai, makna, dan kepuasan. Dalam konteks global, tren ini mencerminkan pergeseran ke arah keberlanjutan, personalisasi, dan pengalaman yang lebih bermakna.
Perubahan Pola Konsumen
Menurut laporan JLL, anggaran liburan rata-rata di Amerika Serikat turun sekitar 10% dibandingkan tahun lalu. Konsumen mulai memprioritaskan pengeluaran yang lebih bijaksana, dengan hadiah menyumbang lebih dari setengah pengeluaran yang diantisipasi. Pergeseran ini menunjukkan bahwa kemurahan hati masih menjadi inti dari liburan, meskipun dengan pendekatan yang lebih penuh perhatian dan mengutamakan makna daripada kelimpahan.

Waktu dan Pengalaman Berbelanja
Waktu tetap menjadi salah satu pendorong utama dalam kinerja ritel. Pembeli yang berada di toko lebih lama cenderung berbelanja lebih banyak, dengan pembeli yang menjelajah lebih dari 90 menit menghasilkan pendapatan 79% lebih banyak dibandingkan yang menghabiskan waktu kurang dari 30 menit. Faktor lingkungan seperti area pengisian daya ponsel, WiFi gratis, tampilan menarik, musik yang meriah, serta pilihan makanan dan minuman yang menarik dapat mengubah berbelanja dari tugas rumah menjadi pengalaman yang diterjemahkan menjadi penjualan.
Toko Tetap Menjadi Pusat
Meskipun e-commerce berkembang pesat, toko fisik tetap menjadi pusat utama belanja. Lebih dari 80% konsumen berencana berbelanja langsung tahun ini, biasanya menggabungkan riset digital dengan kunjungan ke toko untuk membandingkan produk, memastikan kualitas, dan menikmati suasana musiman. Pedagang massal telah mendapatkan kembali peran mereka sebagai tujuan belanja utama, yang mencerminkan fokus baru konsumen pada nilai, kenyamanan, dan efisiensi.
Pembeli Kurang Fokus pada Diri Sendiri
Pemberian hadiah untuk diri sendiri, yang pernah menjadi ciri khas perilaku liburan modern, kini jelas-jelas mengalami penurunan. Seperempat konsumen berencana untuk tidak melakukan pembelian pribadi pada tahun ini, dibandingkan dengan hanya 17% pada tahun 2024. Ini mencerminkan penyeimbangan kembali prioritas ketika rumah tangga kembali fokus pada pengalaman bersama dan kembali ke pemberian hadiah tradisional.

Berburu Kesepakatan Menjadi Cara Hidup
Perburuan barang murah bukan lagi kebiasaan sementara yang lahir dari inflasi; ini telah menjadi bagian permanen dari cara orang Amerika berbelanja. Diberdayakan oleh teknologi dan perbandingan harga real-time, pembeli kini merencanakan pembelian berdasarkan acara penjualan, melacak diskon di seluruh saluran, dan selalu memprioritaskan nilai. Lebih dari 70% konsumen menempatkan harga dan penjualan yang rendah sebagai prioritas utama mereka, dan lebih dari 60% mengatakan mereka mencari penawaran yang lebih banyak dari biasanya.
Analisis Ringan
Tren-tren ini menunjukkan bahwa pasar ritel semakin matang, dengan konsumen yang lebih sadar akan nilai dan makna. Pengecer yang dapat menyeimbangkan harga kompetitif dengan pengalaman bermakna akan mampu menjaring konsumen yang sadar anggaran dan loyal terhadap merek. Tantangannya adalah memastikan konsumen merasa percaya diri dan puas dengan cara mereka berbelanja.

Respons Publik
Reaksi publik terhadap tren ini sangat positif, dengan banyak konsumen mengapresiasi pendekatan yang lebih praktis dan berfokus pada nilai. Media sosial juga menjadi platform penting untuk berbagi pengalaman dan rekomendasi, yang memperkuat citra merek dan meningkatkan engagement.
Penutup
Tren belanja liburan 2025 mencerminkan pergeseran ke arah keberlanjutan, personalisasi, dan pengalaman yang lebih bermakna. Dengan perubahan ini, pasar ritel harus siap beradaptasi untuk tetap relevan dan memenuhi harapan konsumen yang semakin cerdas dan sadar. Dengan strategi yang tepat, bisnis dapat memanfaatkan peluang ini untuk meningkatkan loyalitas dan pertumbuhan jangka panjang.



















