Semarang, 3 Oktober 2025 – Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat (G7KAIH) telah menjadi salah satu inisiatif penting dalam penguatan karakter anak di tengah tantangan pendidikan modern. Dalam upaya memperkuat profil lulusan sesuai Permendikdasmen Nomor 10 Tahun 2025, berbagai aktivitas dilakukan untuk membentuk kebiasaan positif dan mengembangkan nilai-nilai dasar seperti disiplin, tanggung jawab, serta kerja sama. Namun, pertanyaannya adalah: Apa aktivitas G7KAIH yang paling berkontribusi pada perubahan tersebut?
Aktivitas yang Membentuk Kebiasaan Harian
Salah satu aktivitas utama G7KAIH yang memberikan dampak signifikan adalah Pagi Ceria, yang dilaksanakan setiap Selasa dan Kamis. Melalui kegiatan ini, siswa dibiasakan untuk melakukan olahraga bersama, berdoa sebelum pembelajaran, serta mengikuti salat dhuha berjamaah. Di SD Negeri Sarawadari III, misalnya, kebiasaan ini sudah menjadi rutinitas harian yang dilakukan guru dan siswa.
“Ketika tubuh sehat, anak-anak lebih semangat belajar,” ujar Layla Tulipadria, Kepala SD Sarawadari III. “Kami juga mengedukasi orang tua agar menyiapkan bekal bergizi sesuai panduan Isi Piringku. Jadi bukan sekadar sarapan, tapi ada edukasi kesehatan di dalamnya.”
Literasi dan Pembiasaan Baca
Selain itu, literasi menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam G7KAIH. SD Sarawadari III menerapkan program membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran serta kegiatan mingguan yakni Sapa Mentari (Selasa Pagi Mendengarkan Cerita). Anak-anak sangat antusias dengan storytelling, dan bahkan minta dibacakan lagi dan lagi.
“Perpustakaan kami sempat hampir roboh dan koleksi buku sangat terbatas, tapi kami tidak berpangku tangan. Melalui koin literasi dan dukungan masyarakat, kami bisa restock buku bacaan anak-anak setiap bulan,” jelas Layla.
Pengenalan Permainan Tradisional
Satu lagi aktivitas yang berkontribusi besar adalah Ayo Cintai Permainan Tradisional. Program ini bertujuan untuk mengembalikan minat anak-anak pada permainan tradisional seperti egrang, sunda manda, dan bekel. Di SD Sarawadari III, kegiatan ini mendapat respons positif dari siswa dan orang tua.
“Anak-anak sekarang lebih suka bermain gawai daripada dengan teman sebaya. Maka kami kenalkan kembali permainan tradisional,” tambah Layla. “Ternyata mereka senang, bahkan festival permainan tradisional juga disambut antusias oleh para orang tua.”
Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat
Tidak hanya di sekolah, G7KAIH juga memerlukan partisipasi aktif dari orang tua dan masyarakat. Di SD Sarawadari III, orang tua dilibatkan melalui rapat rutin, sementara tokoh masyarakat menjadi narasumber. Media sosial juga dimanfaatkan untuk membanjiri ruang digital dengan hal-hal positif.
“Kami melibatkan orang tua melalui rapat rutin, tokoh masyarakat sebagai narasumber, serta memanfaatkan media sosial untuk membanjiri ruang digital dengan hal-hal positif,” jelas Layla.
Kesimpulan
Dari berbagai aktivitas yang dilakukan, Pagi Ceria, literasi, pengenalan permainan tradisional, dan keterlibatan orang tua merupakan beberapa yang paling berkontribusi pada perubahan karakter anak. Melalui kebiasaan harian yang konsisten, anak-anak tidak hanya belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun nilai-nilai kehidupan yang akan membentuk masa depan mereka.
“Anak hebat itu tidak tercipta dalam semalam, melainkan dibentuk dari rutinitas baik yang dilakukan dengan konsisten melalui Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat,” tutup Layla.
