BNPB Ungkap Akar Masalah Banjir Semarang: Langkah Perbaikan Sistem Berkelanjutan

Banjir yang terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah, kembali menjadi perhatian serius setelah warga mengeluhkan genangan air yang terus menerjang sejumlah wilayah. Wakil Menteri PUPR Diana Kusumastuti menyebut bahwa penyebab utama banjir adalah hujan deras dan rob laut. Namun, para ahli dan pejabat lokal menilai bahwa masalah ini tidak hanya terletak pada cuaca, melainkan juga pada sistem penanganan yang tidak berkelanjutan.

Diana menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan tindakan darurat dengan memasang 30 pompa air di beberapa titik seperti Semarang, Genuk, Sultan Agung, dan Kaligawe. Meski demikian, ia mengakui bahwa hujan yang turun dalam waktu lama serta naiknya permukaan air laut akibat rob menjadi faktor utama kejadian banjir tersebut.

Sementara itu, Pakar Tata Kota dari Universitas Diponegoro, Ing Wiwandari Handayani, menyoroti perubahan fungsi lahan sebagai akar masalah banjir yang terjadi secara berulang di Semarang. Ia mengkritik pendekatan yang hanya fokus pada hilir, seperti pembuatan tanggul laut dan normalisasi sungai, tanpa memperhatikan kondisi di hulu.

“Banjir yang selama ini terjadi itu tidak pernah ditangani secara menyeluruh dari hulu sampai dengan hilir. Fokusnya di hilir, bikin tanggul laut, normalisasi sungai, kemarin juga sempat ‘menyalahkan pompa’ dan saluran drainase, bisa jadi itu masalah. Tetapi akar masalahnya sebenarnya itu perubahan guna lahan yang tidak terkendali,” ujarnya.

Menurut Wiwik, banyak daerah hulu di Kabupaten Semarang dan Kota Semarang kini berubah dari lahan resapan menjadi bangunan perumahan dan infrastruktur lainnya. Hal ini memperparah sedimentasi yang akhirnya membebani sistem drainase. Ia menegaskan bahwa upaya perbaikan drainase atau normalisasi sungai tidak akan efektif jika tidak disertai dengan penataan wilayah yang lebih baik.

Ahli perencanaan wilayah kota ini juga mengingatkan adanya perubahan iklim yang membuat curah hujan semakin tinggi meski durasinya singkat. “Karena kita mengalami bencana iklim ekstrim ya. Kalau ditotal curah hujan dalam setahun itu sama (volumenya) tapi kapasitas curah hujannya per kali kejadian hujan itu semakin tinggi. Artinya perlu diantisipasi dengan penataan kota dan kesiapan drainase secara menyeluruh,” tambahnya.

Selain itu, Wiwik menilai upaya modifikasi cuaca yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Tengah hanya memindahkan masalah sementara. Ia khawatir banjir tetap terjadi jika hujan dialihkan ke daerah hulu. Aliran air tetap sampai ke hilir seperti Kaligawe atau Semarang bagian timur.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah juga menyoroti minimnya jumlah dan kapasitas pompa air sebagai penyebab utama banjir di beberapa wilayah, termasuk Semarang, Demak, dan Grobogan. Di Semarang, banjir melanda Kaligawe dan Genuk sejak Rabu malam (22/10/2025) akibat hujan deras yang mengguyur sejak sore hari, mengganggu aktivitas warga dan arus lalu lintas.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Jawa Tengah, Bergas C Penanggungan, menyatakan pihaknya telah mengerahkan tim untuk penanganan banjir. Menurutnya, kondisi geografis Semarang sebagai cekungan membuat daerah ini sangat bergantung pada sistem pompa air.

“Andalan utama untuk antisipasi banjir di Semarang adalah pompa. Sebenarnya pompa sudah ada. Untuk sekitar Kaligawe menggunakan pompa di Rumah Pompa Tenggang. Kalau daerah Genuk itu menggunakan pompa Rumah Pompa Sringin,” ujar Bergas dalam keterangan tertulis, Kamis (23/10/2025).

Dengan berbagai masalah yang muncul, BNPB dan pemerintah daerah kini mulai mengambil langkah-langkah perbaikan sistem berkelanjutan. Dari pengamatan para ahli, solusi yang diperlukan bukan hanya teknis, tetapi juga melibatkan perencanaan kota yang lebih holistik dan kolaboratif antara pemerintah pusat dan daerah. Dengan pendekatan yang lebih menyeluruh, diharapkan banjir di Semarang dapat diminimalkan dan mencegah dampak buruk yang terus berulang.

Pos terkait