Cuan Industri Alutsista Global Tembus Rekor Saat Perang Dunia Membara

, JAKARTA – Pendapatan yang diperoleh dari penjualansenjatadan layanan militer yang tercatat pada 100 perusahaan produsenalutsistaterbesar di dunia mencapai rekor sebesar 679 miliar dolar AS pada tahun 2024 seiring dengan meningkatnya ketegangangeopolitik global.

Dalam laporan terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang dikutip oleh Al Jazeera pada Senin (1/12/2025), konflik Gaza dan Ukraina, meningkatnya ketegangan geopolitik di tingkat global dan regional, serta kenaikan pengeluaran militer mendorong pendapatan perusahaan senjata naik sebesar 5,9% dibandingkan tahun sebelumnya, baik dari penjualan domestik maupun ekspor.

Peningkatan terbesar berasal dari perusahaan yang berbasis di Eropa dan Amerika Serikat, meskipun hampir seluruh wilayah mengalami pertumbuhan tahunan, kecuali Asia dan Oseania. Penurunan di kawasan tersebut disebabkan oleh masalah struktural dalam industri senjata Tiongkok.

Di Amerika Serikat, perusahaan seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan General Dynamics menjadi pemimpin dalam mendapatkan pendapatan. Total pendapatan dari 100 perusahaan terbesar di AS meningkat sebesar 3,8% menjadi 334 miliar dolar AS pada tahun 2024, dengan 30 dari 39 perusahaan mencatat peningkatan penjualan.

Namun, SIPRI menyoroti bahwa masih banyaknya keterlambatan proyek dan peningkatan anggaran pada beberapa program utama, seperti pesawat tempur F-35, kapal selam kelas Columbia dan Virginia, serta rudal balistik antarbenua Sentinel.

Perusahaan milik miliarder Elon Musk, SpaceX, kali pertama masuk dalam daftar produsen militer global terbesar setelah pendapatan dari kontrak militer meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan 2023 dan mencapai angka US$1,8 miliar.

Di Eropa, di luar Rusia, terdapat 26 perusahaan yang masuk dalam daftar 100 besar, dengan 23 di antaranya mengalami peningkatan pendapatan. Total pendapatan senjata wilayah ini meningkat sebesar 13% menjadi 151 miliar dolar AS.

Perusahaan Ceko Czechoslovak Group mencatat kenaikan terbesar dalam persentase setelah meningkatkan pendapatan sebesar 193% menjadi US$3,6 miliar karena produksi amunisi artileri untuk Ukraina.

Sementara itu, perusahaan milik negara Ukraina JSC Ukrainian Defense Industry mengalami kenaikan pendapatan sebesar 41% menjadi 3 miliar dolar AS seiring berlanjutnya serangan Rusia di wilayah timur.

SIPRI melaporkan bahwa perusahaan senjata Eropa terus melakukan investasi untuk memperluas kemampuan produksinya, khususnya guna memenuhi kebutuhan pertahanan dalam menghadapi Rusia.

Namun, lembaga tersebut memperingatkan adanya kemungkinan hambatan dalam pasokan bahan baku, khususnya mengenai ketergantungan terhadap mineral penting, seiring tindakan Tiongkok yang memperketat pengawasan ekspor.

Hanya Rostec dan United Shipbuilding Corporation dari Rusia yang masuk dalam daftar 100 besar perusahaan. Kedua perusahaan ini masih mencatat peningkatan pendapatan gabungan sebesar 23% menjadi US$31,2 miliar, meskipun menghadapi tekanan sanksi Barat akibat konflik di Ukraina.

Di kawasan Asia dan Oseania, pendapatan industri senjata mencapai 130 miliar dolar AS pada tahun 2024, mengalami penurunan sebesar 1,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan delapan perusahaan senjata Tiongkok sebesar 10%, termasuk produsen sistem pertahanan darat utama NORINCO yang mengalami penurunan hingga 31%.

Kepala Program Pengadaan Militer dan Produksi Senjata SIPRI, Nan Tian, menyebutkan bahwa tuduhan korupsi dalam pembelian senjata Tiongkok menyebabkan sejumlah kontrak utama ditunda atau dibatalkan sepanjang tahun 2024. Kondisi ini memperburuk ketidakpastian mengenai modernisasi militer Negara Tirai Bambu.

Berbeda dengan Tiongkok, produsen senjata Jepang dan Korea Selatan mengalami peningkatan penjualan karena permintaan yang tinggi dari Eropa serta pasar dalam negeri, meskipun terdapat ketegangan di kawasan Taiwan dan Korea Utara.

Lima perusahaan Jepang yang tercantum dalam daftar SIPRI mengalami peningkatan pendapatan total sebesar 40% menjadi mencapai US$13,3 miliar, sedangkan empat perusahaan asal Korea Selatan melaporkan kenaikan sebesar 31% hingga mencapai US$14,1 miliar. Grup Hanwha, perusahaan terbesar di Korea Selatan, mengalami kenaikan sebesar 42%, dengan lebih dari separuh pendapatannya berasal dari ekspor.

Pada kali pertama, sembilan perusahaan dari Timur Tengah muncul dalam daftar 100 perusahaan terbesar di dunia. Total pendapatan dari kawasan tersebut mencapai 31 miliar dolar AS, meningkat sebesar 14% pada tahun 2024.

Tiga perusahaan senjata Israel yang masuk dalam daftar mengalami kenaikan pendapatan total sebesar 16% menjadi 16,2 miliar dolar AS, di tengah berlangsungnya konflik di Jalur Gaza.

Elbit Systems mencatatkan pendapatan sebesar 6,28 miliar dolar AS, diikuti oleh Israel Aerospace Industries dengan 5,19 miliar dolar AS, serta Rafael Advanced Defense Systems sebesar 4,7 miliar dolar AS.

SIPRI melaporkan peningkatan minat global terhadap drone dan sistem anti-drone yang diproduksi oleh Israel. Kinerja Rafael meningkat karena meningkatnya permintaan terhadap sistem pertahanan udara setelah eskalasi konflik dengan Iran pada April dan Oktober 2024.

Selanjutnya, Turki memiliki lima perusahaan yang masuk dalam daftar 100 besar, yang juga mencatat rekor baru, dengan total pendapatan senjata mencapai 10,1 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 11%. Produsen drone Baykar, yang juga menyuplai Ukraina, menghasilkan 95% dari pendapatan 1,9 miliar dolar AS melalui ekspor.

Selain itu, perusahaan senjata dari berbagai negara seperti Inggris, Prancis, Jerman, Italia, India, Taiwan, Norwegia, Kanada, Spanyol, Polandia, dan Indonesia juga tercantum dalam daftar SIPRI 2024.

Pos terkait