Hadiri JAFF Market 2025, Menteri Ekraf Dorong Kekuatan IP dan Bangkitnya Industri Film Nasional

Peran Penting JAFF Content Market 2025 dalam Pengembangan Industri Film Nasional

Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Teuku Riefky Harsya, hadir dalam pembukaan JAFF Content Market 2025 di Jogja Expo Center (JEC), pada Sabtu (29/11/2025). Dalam sambutannya, ia menegaskan komitmen pemerintah untuk memperkuat ekosistem industri film nasional. Langkah-langkah yang dilakukan mencakup pengembangan intellectual property (IP), peningkatan kemampuan para kreator, serta perluasan infrastruktur bioskop di berbagai daerah.

Teuku Riefky juga menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi JAFF yang telah hadir selama dua dekade dan JAFF Market yang memasuki tahun kedua penyelenggaraan. Ia menilai keberadaan platform ini semakin memiliki peran strategis dalam mendorong pertumbuhan ekosistem perfilman Indonesia.

“Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh JAFF Festival selama 20 tahun dan JAFF Market, ini tahun yang kedua dan ini merupakan platform yang sangat membantu ekosistem film nasional, apakah itu film animasi maupun series,” ujarnya.

Ia menegaskan dukungan pemerintah agar penyelenggaraan event IP dan aktivitas ekosistem kreatif terus berkembang. “Kementerian Ekonomi Kreatif tentu ingin sekali mendukung agar IP event seperti ini, begitu juga dengan ekosistemnya, bisa semakin besar. Karena memang industri film nasional sedang tumbuh,” katanya.

Meski pertumbuhan terlihat positif, ia mengingatkan bahwa sejumlah tantangan masih menghambat perkembangan sektor ini. Ia menekankan perlunya kolaborasi pemerintah dan komunitas. “Kita tahu ada beberapa tantangan-tantangan, tetapi kami kementerian dengan ekosistem, dengan komunitas, juga terus berdampingan juga untuk mencari solusi-solusinya,” ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kemenparekraf mengumumkan aktivasi tiga kelompok IP yang berfokus pada perluasan konten nasional. Teuku Harsya menilai langkah tersebut strategis untuk memperkuat rantai nilai kreatif. “Hari ini adalah hari yang sangat penting untuk film nasional dengan event ini. Ekraf sendiri di sini ada mengaktivasi tiga IP content, IP content market, kemudian juga ini untuk film animasi, dan juga ada wahana kreator,” katanya.

Dorongan Lapangan Kerja Kreatif Berkualitas

Dalam konteks penciptaan lapangan kerja, Teuku Harsya kembali menekankan bahwa industri kreatif menjadi salah satu fokus pemerintahan. “Dalam asta cita sendiri, Presiden Prabowo sudah menyampaikan bahwa salah satu yang diupayakan oleh beliau adalah untuk mendukung terbukanya lapangan kerja berkualitas. Salah satunya melalui dengan industri kreatif,” tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa peningkatan keterampilan menjadi landasan penting untuk menciptakan tenaga kerja kompetitif. “Skill inilah yang terus kita ingin tingkatkan agar juga semakin kompetitif produk dari per-filman kita, baik itu film, animasi, series, dan juga IP-IP kreator lainnya,” kata Teuku.

Selain peningkatan kreativitas teknis, Menteri menilai kreator harus memperkuat kemampuan dalam aspek bisnis agar karya yang diproduksi dapat menjangkau pasar yang lebih luas. “Harapannya, tentu para penulis kita, script writer kita punya kemampuan lebih juga, bagaimana mengkomersialisasi, karena kan hasil karya kreatif ini tidak berhenti dengan karyanya, tetapi bagaimana menjualnya, bagaimana mempresentasikan nya,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kemampuan komunikasi kreator terhadap calon mitra juga penting. “Harapan kita, para penulis yang difasilitasi dengan program scene ini juga mempunyai skill tambahan, selain menulis, tetapi juga mempunyai kemampuan juga untuk bicara dengan calon partner, investor, produser, pihak TV misalnya, atau PH misalnya,” ujarnya.

Teuku Harsya turut menyampaikan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif telah melampaui target nasional. “Kalau jumlah tenaga kerja Ekraf, dari target untuk 2025 ditargetkan sekitar 25,5. Data dari BPS di bulan Oktober lalu sudah mencapai 27,4 atau 1,9 juta di atas target 2025 pada bulan Oktober yang lalu,” jelasnya.

Penguatan Akses Masyarakat terhadap Film Nasional

Dalam upaya memperkuat akses masyarakat terhadap film nasional, pemerintah menyusun skema bisnis baru untuk mendukung pembangunan bioskop di kabupaten/kota melalui kerja sama dengan Danantara. “Saat ini Danantara diminta untuk membuat sebuah skema bisnis yang kira-kira menarik untuk tumbuh kembangnya bioskop di kabupaten kota di daerah. Polanya seperti apa, masih disusun,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa skema tersebut juga akan mempertimbangkan bentuk keberpihakan pemerintah. “Peluangnya ada, tetapi kan pasti perlu keberpihakan dari pemerintah juga, apakah itu insentif, apakah itu kemudahan-kemudahan lainnya, sehingga ekosistem bisnis bioskop Indonesia terutama di tingkat kabupaten kota itu bisa tumbuh,” ujarnya.

Peluang pelibatan pemerintah daerah disebut terbuka. “Terbuka untuk semua pihak, tetapi kita kasih waktu dulu untuk kita coba susun bersama Danantara,” katanya.

Teuku Harsya turut menegaskan pentingnya keseimbangan antara kemampuan kreatif dan daya saing bisnis kreator Indonesia. “Kita berharap para penulis dan kreator tidak hanya dari aspek skill kreatifnya, tetapi juga aspek bisnisnya mulai diperkuat,” ucapnya.

Sebagai informasi, JAFF Content Market 2025 menampilkan pemaparan “10 Most Anticipated Original IPs”, berbagai sesi industri, serta forum kreator yang melibatkan pelaku perfilman nasional. Rangkaian kegiatan ini digelar pada 29 November–1 Desember 2025 di JEC.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *