Dalam dunia sastra, khususnya puisi, citraan atau imaji menjadi elemen penting yang memperkaya makna dan pengalaman pembaca. Dalam konteks geguritan, yang merupakan bentuk puisi tradisional Jawa, citraan juga memiliki peran krusial dalam menyampaikan pesan moral, filosofis, dan estetika. Artikel ini akan membahas berbagai jenis citraan atau imaji yang sering ditemukan dalam geguritan, serta bagaimana mereka digunakan untuk menciptakan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca.
1. Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan adalah jenis citraan yang menggambarkan sesuatu melalui indra penglihatan. Dalam geguritan, penyair menggunakan kata-kata seperti “seperti”, “bagaikan”, atau “menyerupai” untuk menciptakan bayangan visual di benak pembaca. Contohnya:
Serupa mawar indah kelopak,
Pada rasa engkau bertambat…
Kata-kata ini membantu pembaca membayangkan keindahan bunga mawar dan perasaan yang terkait dengan itu.
2. Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran mengandalkan indra pendengaran untuk menciptakan suara atau nada dalam puisi. Dalam geguritan, penyair sering menggunakan kata-kata seperti “dendang”, “tembang”, atau “dentum” untuk menggambarkan suara. Contohnya:
Malam menyanyikan keheningan,
Hingga sayup rembulan memancarkan kenanaran…
Citraan ini memungkinkan pembaca merasakan ketenangan malam dan suara yang samar dari bulan.
3. Citraan Perabaan (Taktil)
Citraan perabaan menggambarkan sensasi sentuhan, seperti dingin, panas, lembut, atau kasar. Dalam geguritan, penyair menggunakan kata-kata seperti “lembut”, “kasar”, atau “panas” untuk menciptakan pengalaman fisik. Contohnya:
Rambutmu teruntai,
Memberi kelembutan pada sang jingga…
Kata-kata ini memberikan kesan sentuhan lembut yang menggambarkan kehangatan dan keindahan.
4. Citraan Penciuman
Citraan penciuman menggambarkan aroma atau bau. Dalam geguritan, penyair menggunakan kata-kata seperti “bau”, “mencium”, atau “harum” untuk menciptakan pengalaman olfaktori. Contohnya:
Kekasih,
Perlahan tubuhmu menguapkan bau tanah…
Kata-kata ini membantu pembaca membayangkan aroma tanah yang khas dan emosi yang terkait dengannya.
5. Citraan Pengecapan
Citraan pengecapan berkaitan dengan indra perasa, seperti manis, asin, pedas, atau pahit. Dalam geguritan, penyair menggunakan kata-kata seperti “manis”, “pedas”, atau “pahit” untuk mengekspresikan perasaan. Contohnya:
Sepi ini hanya dapat kunikmati,
Bersama angin yang menusuk hingga kerelung…
Kata-kata ini menciptakan sensasi rasa yang mendalam dan emosi yang terkait dengannya.
6. Citraan Gerak
Citraan gerak menggambarkan pergerakan atau aktivitas. Dalam geguritan, penyair menggunakan kata-kata seperti “berlari”, “menerjang”, atau “mencebur” untuk menciptakan kesan dinamis. Contohnya:
Bagai menceburkan diri ke dalam laut luas,
Diriku basah kuyup oleh luka yang kau tanam…
Kata-kata ini memberikan kesan gerakan dan perasaan yang intens.
7. Citraan Perasaan
Citraan perasaan menggambarkan emosi seperti sedih, gembira, marah, atau cemas. Dalam geguritan, penyair menggunakan kata-kata yang menggambarkan perasaan tersebut. Contohnya:
Lagu sedih ini,
Kugaungkan untuk dikau yang terkasih…
Kata-kata ini membantu pembaca merasakan kesedihan dan perasaan yang terkait dengannya.
8. Citraan Intelektual
Citraan intelektual adalah jenis citraan yang lebih abstrak dan berkaitan dengan pemikiran atau konsep. Dalam geguritan, penyair menggunakan metafora atau simbol untuk menyampaikan gagasan yang kompleks. Contohnya:
Bumi ini perempuan jalang yang menarik laki-laki jantan dan pertapa ke rawa-rawa mesum ini dan membunuhnya pagi hari.
Kata-kata ini menggambarkan konsep kehidupan dan kematian secara metaforis.
Kesimpulan
Dalam geguritan, citraan atau imaji memainkan peran penting dalam menciptakan gambaran yang hidup dan mendalam. Melalui berbagai jenis citraan, penyair mampu menyampaikan pesan moral, filosofi, dan emosi yang kuat kepada pembaca. Dengan memahami jenis-jenis citraan ini, kita dapat lebih mudah memahami dan menikmati keindahan geguritan sebagai salah satu bentuk sastra tradisional Jawa yang kaya akan makna.


















