Harga Pohon Natal di Papua: Seberapa Mahal?

Suasana perayaan Natal 25 Desember 2025 mulai terasa di Kabupaten Mimika, Papua Tengah, yang dikenal sebagai Kota Dolar. Banyak pedagang sementara, toko, serta pusat perbelanjaan telah dipenuhi berbagai hiasan dan perlengkapan khas Natal. Masyarakat mulai mencari kebutuhan untuk merayakan, termasuk pohon Natal yang menjadi simbol penting setiap tahun.

Para penjual di Mimika telah menyediakan pohon Natal sejak awal November dengan harga yang berbeda-beda. Selain pohon, aksesori pendukung seperti lampu, topi Santa, hingga boneka hias juga menjadi incaran konsumen.

Nah, berikut data lengkap mengenai pohon Natal yang dijual di Mimika, termasuk harga dan variasi ukuran. Jangan lewatkan juga sejarah singkat tradisi pohon Natal.

Berapa biaya pohon Natal di Papua?

Harga pohon Natal di Mimika berbeda-beda, tergantung pada ukuran dan bentuknya. Mengutip Tribun Papua, Senin (1/12/2025), Nirma (40), seorang pedagang musiman yang mulai menjual sejak 2 November 2025, menyampaikan bahwa pohon Natal dengan ukuran 6 kaki (1,8 meter) dijual dengan harga Rp 1,5 juta tanpa hiasan.

Untuk ukuran yang lebih kecil, pohon sepanjang 3 kaki ditawarkan dengan harga Rp 350.000. Di sisi lain, pohon Natal berukuran 7 kaki (2,13 meter) dibanderol Rp 1,8 juta.

Selain pohon Natal, beberapa aksesori pelengkap juga tersedia. Lampu Natal dijual dengan harga Rp 100.000 hingga 150.000, tergantung pada modelnya.

Romi, pedagang yang berada di sebelah Nirma, juga menjual berbagai aksesoris lainnya seperti bola Natal dengan harga Rp 35.000 hingga Rp 75.000 per set. Kabel lampu sepanjang 10 meter ditawarkan dengan harga Rp 80.000 sampai Rp 100.000, sedangkan topi Santa ukuran besar dijual seharga Rp 35.000 dan ukuran kecil seharga Rp 24.000.

Selain para pedagang musiman, toko peralatan Natal di Jalan Budi Utomo juga menyediakan berbagai hiasan besar. Toko ini menawarkan berbagai hiasan berkualitas tinggi yang sering dicari oleh keluarga maupun perusahaan.

Salah satu contohnya adalah boneka Santa Claus dengan tinggi 180 cm yang dilengkapi topi, baju, dan tas dengan harga Rp 4,8 juta. Terdapat juga boneka salju berukuran 1,5 meter dengan harga Rp 6.399.000.

Selain itu, boneka kijang dengan ukuran 1 meter dijual dengan harga Rp 2.699.000. Keberadaan dekorasi berukuran besar ini menunjukkan bahwa antusiasme masyarakat Mimika terhadap dekorasi mewah cukup besar.

 

Meskipun demikian, para pedagang mengakui bahwa penjualan masih tergolong sepi hingga akhir November. Menurut mereka, pembeli biasanya mulai ramai mengunjungi lapak dan toko pada awal Desember.

Asal-usul Pohon Natal Modern

Tradisi pohon Natal yang sekarang dikenal luas ternyata berasal dari Jerman pada abad pertengahan. Dilaporkan oleh Kompas.com, Britannica menyebutkan bahwa masyarakat Jerman pada masa itu menggelar pertunjukan teatrikal mengenai Adam dan Hawa yang menampilkan “pohon surga”, yaitu pohon cemara yang dihiasi buah apel sebagai simbol Taman Eden. Setiap 24 Desember, penduduk Jerman memasang pohon ini di dalam rumah mereka.

Di masa berikutnya, mereka menggantungkan wafer sebagai tanda penebusan Yesus, yang selanjutnya diganti dengan kue kecil dan lilin. Selain pohon, penduduk Jerman juga membuat piramida kayu yang berisi patung-patung Natal yang didekorasi dengan daun hijau dan lilin. Pada abad ke-16, piramida tersebut akhirnya dipadukan dengan pohon cemara hingga menjadi pohon Natal modern yang kita kenal saat ini.

Tradisi ini kemudian menyebar melalui komunitas Lutheran pada abad ke-18 sebelum akhirnya diadopsi oleh berbagai negara Eropa. Bahkan, kebiasaan menghias pohon besar di dalam rumah menjadi populer di Inggris setelah diperkenalkan dan dipromosikan oleh Pangeran Albert, suami dari Ratu Victoria.

Tradisi pohon Natal berkembang pesat pada abad ke-19, khususnya ketika Ratu Victoria dan Pangeran Albert memperkenalkan pohon Natal sebagai elemen penting dalam perayaan keluarga kerajaan. Pada masa itu, pohon Natal didekorasi dengan mainan, permen, lilin, serta hadiah kecil yang rapi tergantung. Dengan meningkatnya minat, masyarakat Inggris mulai mengadopsi dekorasi pohon Natal sebagai bagian dari tradisi keluarga.

Norwegia turut berkontribusi dalam menyebarkan tradisi ini dengan rutin mengirimkan pohon cemara besar ke London sejak tahun 1947 sebagai wujud rasa terima kasih atas bantuan Inggris selama Perang Dunia II. Di sisi lain, Amerika Utara telah mengenal pohon Natal lebih awal sejak kedatangan para pemukim Jerman pada abad ke-17, meskipun baru menjadi populer pada abad ke-19. Tradisi yang sama juga menyebar ke negara-negara seperti Austria, Swiss, Polandia, dan Belanda.

Di Asia, pohon Natal diperkenalkan oleh misionaris Barat pada abad ke-19 dan ke-20, termasuk di Tiongkok dan Jepang. Mereka memakai hiasan dari kertas dengan pola yang rumit. Meskipun pohon Natal modern berasal dari Jerman, penggunaan pohon cemara, karangan bunga (wreath), dan rangkaian bunga (garland) sebagai simbol kehidupan abadi adalah kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang Mesir kuno, Tiongkok, dan Ibrani dahulu. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *