
Kapan terakhir kali kamu bisa tidur nyenyak tanpa merasa terganggu oleh cahaya ponsel? Kini sulit membedakan siang dan malam karena cahaya yang selalu menyala. Cahaya yang dulu menjadi pengatur alami jam tubuh kini justru mengacaukan ritme kehidupan kita, bahkan memengaruhi ikan cupang yang hidup di dalam akuarium.
Cahaya: Pengatur Irama Tak Kasat Mata
Dalam kehidupan manusia, terdapat jam biologis yang mengatur siklus tubuh. Ritme ini menentukan kapan kita merasa kantuk, lapar, atau bahagia. Menurut penelitian Milosavljevic (2019) dalam jurnal How Does Light Regulate Mood and Behavioral State?, sistem yang disebut ritme sirkadian bekerja berdasarkan siklus terang dan gelap. Pusat kendali utama dari ritme ini terletak di otak, tepatnya pada struktur kecil bernama suprachiasmatic nucleus (SCN) di hipotalamus.
SCN menerima informasi tentang cahaya dari mata melalui jalur khusus yang disebut retinohypothalamic tract (RHT). Di mata, cahaya tidak hanya ditangkap oleh sel batang dan kerucut yang membantu kita melihat, tetapi juga oleh sel unik bernama intrinsically photosensitive retinal ganglion cells (ipRGCs) yang mengandung pigmen melanopsin. Sel inilah yang menerjemahkan cahaya menjadi sinyal waktu bagi otak manusia.
Dampak Negatif Paparan Cahaya Terhadap Tubuh
Begadang untuk belajar, scrolling media sosial, serta tidur dengan lampu menyala adalah beberapa contoh aktivitas yang memberi dampak negatif pada tubuh. Penelitian Blume et al. (2019) dalam jurnal Somnologie menunjukkan bahwa paparan cahaya biru dari ponsel atau lampu LED dalam jangka panjang dapat mengganggu jam biologis tubuh.
Cahaya biru ini memberi sinyal palsu ke otak seolah hari masih berlangsung, sehingga ritme sirkadian terganggu antara siang dan malam. Akibatnya, produksi hormon melatonin terganggu, membuat tubuh sulit merasa mengantuk meski waktu tidur telah tiba. Tidur menjadi terlambat, kewaspadaan meningkat di malam hari, dan kualitas istirahat menurun.
Keseimbangan Cahaya Alami
Keseimbangan cahaya alami sangat penting dalam menjaga kestabilan sistem saraf dan hormonal. Gangguan pada pola ini tidak hanya memengaruhi tidur, tetapi juga berdampak pada sistem neurotransmiter seperti serotonin, yang mengatur suasana hati dan emosi. Ketika ritme sirkadian terganggu, kadar serotonin menurun, stres meningkat, stabilitas emosi menurun, dan risiko depresi meningkat.
Ketika Cupang Pun Kehilangan Irama
Ikan cupang di dalam akuarium juga mengalami hal serupa ketika cahaya dibiarkan menyala tanpa henti. Dalam kondisi pencahayaan berlebih, ikan tersebut menjadi lebih gelisah dan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan impuls agresifnya. Sementara itu, ikan yang diberi waktu untuk beristirahat dalam gelap menunjukkan perilaku lebih tenang dan terkendali.
Penelitian The University of Montana (2019) menunjukkan bahwa durasi dan intensitas cahaya berpengaruh langsung terhadap kemampuan self-control ikan cupang. Semakin lama paparan cahaya, semakin rendah kemampuan pengendalian dirinya. Sebaliknya, ikan yang hidup dalam siklus cahaya seimbang antara terang dan gelap menunjukkan kondisi fisiologis dan perilaku lebih stabil. Mereka lebih aktif di siang hari, lebih tenang di malam hari, dan menunjukkan respons alami yang menandakan ritme biologis berjalan baik.
Satu Matahari, Dua Nasib
Baik manusia maupun ikan cupang dikendalikan oleh sistem tubuh yang sensitif terhadap cahaya. Hanya saja, manusia sering kali mengabaikan pentingnya istirahat tanpa cahaya. Kita memperpanjang waktu siang dengan layar, lampu, dan hiburan digital, mirip dengan ikan cupang di akuarium yang sering dibiarkan tanpa siklus malam yang jelas. Padahal, keduanya membutuhkan ritme teratur antara terang dan gelap agar sistem serotonin dan melatonin berjalan baik.
Dengan dua hormon ini, mood dan ketenangan bisa tetap seimbang. Ketika siklus ini terganggu, efeknya manusia menjadi mudah gelisah dan lelah, sama seperti ikan cupang yang menjadi lebih agresif dan stres. Dari dua makhluk ini, kita belajar bahwa gelap bukan musuh, melainkan bagian penting dari kehidupan, sebagai penanda bahwa saatnya untuk beristirahat.
Penerapan Pencahayaan Alami
Penerapan pencahayaan alami yang tepat waktu terbukti dapat menyeimbangkan suasana hati dan memperbaiki pola tidur. Hal yang sama berlaku pada ikan cupang yang diberi jeda tanpa cahaya untuk beristirahat, sehingga mereka menunjukkan perilaku lebih tenang dan sehat. Mungkin, di tengah dunia yang serba terang ini, kita perlu belajar dari makhluk kecil dalam akuarium. Bahwa kehilangan keseimbangan antara gelap dan terang berarti kehilangan siklus dan irama hidup.



















