Apakah ada bahan berbahaya dalam paket MBG yang diberikan ke siswa? Bagaimana proses penanganan pemerintah terhadap kasus ini? Apakah program Makan Bergizi Gratis (MBG) benar-benar aman untuk anak-anak?
Mediahariini.com – Sebuah peristiwa memilukan kembali mengguncang masyarakat Jawa Timur setelah puluhan siswa di Bondowoso mengalami keracunan massal akibat minum susu kedelai yang menjadi bagian dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG). Insiden ini menimbulkan pertanyaan besar tentang kualitas dan keamanan program tersebut. Para korban, termasuk guru, langsung dilarikan ke Puskesmas Sumberwringin untuk mendapatkan penanganan medis.
“Bu Lina itu wali kelas. Dia sempat mencicipi makanan dari MBG itu,” ujar salah satu guru yang juga rekan kerja korban saat dikonfirmasi di Puskesmas Sumberwringin, Selasa (3/12/2025), seperti dilansir detikJatim (1).
Kepala Puskesmas Sumberwringin, Agus Sutanto mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara gejalanya memang sama. Rata-rata pasien yang dirawat mengalami pusing, mual, dan muntah. “Para korban mengalami hal itu setelah minum susu kedelai dari MBG itu,” terang Agus di Puskesmas Sumberwringin, Selasa (3/12/2025), seperti dikutip detikJatim (2).
Sementara, salah seorang wali murid siswa yang juga menjadi korban, Holifah mendengar tentang kabar keracunan itu setelah ditelpon pihak sekolah. Menurut sekolah anaknya muntah-muntah. “Langsung saya bawa ke Puskesmas. Ternyata katanya akibat minum susu kedelai jarah MBG itu,” ungkapnya (3).
Pihak Puskesmas masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium medis. “Sampel-sampel sudah dikumpulkan, untuk selanjutnya akan segera diteliti,” tegas Agus Sutanto (4).
Menurut data awal yang dihimpun, mulanya hanya ada 48 siswa yang dirawat, belakangan jumlah yang dirawat bertambah menjadi 77 orang. Para siswa di tingkat SD, SMP, dan SMA itu langsung dilarikan ke Puskesmas Sumberwringin untuk mendapatkan penanganan medis. “Ada sejumlah korban yang mengalami kondisi keracunan dengan gejala berat hingga dehidrasi. Mereka dirawat dengan diberi infus untuk memberikan cairan,” ujar Agus (5).
Berdasarkan informasi dari sejumlah pihak, para siswa itu mengonsumsi MBG yang berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Rejoagung, Kecamatan Sumberwringin. “Kami tidak pernah dilibatkan atau diberitahu soal adanya program MBG di Desa Semanding. Yang saya dengar, SPPG-nya dari Desa Campurejo,” terang Kepala Desa Semanding, Suharto (6).
Dalam laporan terbaru, sebanyak 77 orang siswa di Sumberwringin, Bondowoso mengalami gejala keracunan seperti mual, pusing, muntah, serta buang air. Mereka diduga keracunan setelah meminum susu kedelai yang menjadi bagian dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG) (7).
Ahli gizi, Tan Shot Yen, berpendapat berulangnya kasus keracunan usai menyantap paket MBG menunjukkan “ketidakberesan” pada berbagai lapisan pelaksanaan program, mulai dari supervisi, monitoring, dan evaluasi. “Ini sudah berjalan selama tujuh bulan, tapi selalu mengulangi masalah sama, walaupun tempatnya tidak sama,” kata ahli gizi masyarakat, Tan Shot Yen (8).
CEO CISDI, Diah Saminarsih, merujuk pada kasus koordinasi antara BGN dan BPOM yang baru terjalin dua pekan setelah MBG berjalan. “Perencanaan dan penyelenggaraan program yang terburu-buru sejak Januari 2025 menyebabkan standar pengelolaan menu di SPPG tidak memiliki rujukan kualitas yang jelas,” katanya (9).
Selain itu, Diah pun meminta pemerintah meningkatkan pelibatan ahli gizi pada semua rantai pengolahan pangan MBG. “Sebagai gambaran, pelibatan ahli gizi pada program free meal school di berbagai negara mencakup perencanaan menu, monitoring pengolahan makanan, melatih juru masak dan petugas lainnya, serta memberikan edukasi tentang makanan dan gizi di sekolah,” ujar Diah (10).
Pihak Badan Gizi Nasional (BGN) menyatakan bakal memperketat standar kerja di dapur-dapur penyedia MBG, mulai dari penyiapan hingga distribusi serta akan memberikan pelatihan ulang bagi dapur-dapur umum yang terseret kasus keracunan demi mencegah keracunan makanan berulang. Namun, nyatanya kasus itu kini masih terjadi di sejumlah tempat (11).
Tan menambahkan, pemerintah dan otoritas pelaksana MBG seperti tidak belajar dari kasus-kasus yang sudah terjadi untuk menerapkan standar operasional yang baik. “Bicara keamanan pangan, ini sudah fatal banget,” kata Tan (12).
Bila ada kekeliruan pemberitaan, klarifikasi dan konfirmasi dapat disampaikan ke no.WA: Contact: +6285136056172 (an.Frontdesk MediaHariIni.com) atau klik link ini untuk pesan langsung https://mediahariini.com/wa



[IMAGE: Siswa SMKN 2 Tambolaka mengalami keracunan MBG]



















