Strategi Percepatan Tanam di Indramayu untuk Meningkatkan Produksi Padi
Indramayu, Jawa Barat, memasuki musim tanam 2025/2026 dengan strategi yang dirancang untuk meningkatkan produksi padi. Target yang ditetapkan adalah sebesar 1,7 juta ton, didukung oleh peningkatan luas tanam yang mencapai 252.000 hektare. Angka ini naik sekitar 21.000 hektare dibandingkan musim sebelumnya.
Bupati Indramayu, Lucky Hakim, menjelaskan bahwa perubahan ini menandai pergeseran signifikan dalam pola produksi pertanian daerah yang dikenal sebagai salah satu lumbung beras nasional. Kenaikan luasan lahan menjadi indikasi kesiapan infrastruktur, terutama jaringan irigasi yang selama dua tahun terakhir mengalami pemeliharaan besar. Pada 2024, cakupan lahan berada di level 233 ribu hektare.
“Tahun ini, pembukaan akses air di sejumlah wilayah tadah hujan mulai mengubah produktivitas petani. Perbaikan saluran tersier dan sekunder memperluas potensi tanam, terutama di kawasan yang sebelumnya rentan kekeringan saat awal musim,” ujar Lucky, Kamis (4/12/2025).
Percepatan tanam menjadi upaya konsolidasi antara pusat, daerah, dan kelompok tani untuk menstabilkan suplai beras nasional. Integrasi ini menunjukkan orientasi pemerintah daerah yang semakin menitikberatkan ketahanan pangan sebagai pondasi pembangunan ekonomi.
Menurut Lucky, petani mulai merasakan perbaikan ekosistem produksi melalui harga gabah yang cenderung stabil serta penyaluran pupuk yang terus diupayakan lebih merata. Ia menegaskan usaha budidaya padi kini bergerak dalam kerangka besar kebijakan pangan nasional. Aktivitas tanam tak lagi dipandang sebagai rutinitas musiman, melainkan bagian dari rantai produksi yang pengaturannya dipantau intensif.
“Kami mengarahkan intervensi pada ketersediaan sarana produksi dan pendampingan lapangan agar produktivitas tetap terjaga meski terjadi fluktuasi cuaca,” ujarnya.
Lucky menambahkan, kenaikan luas tanam memberi ruang bagi petani untuk memperluas sumber pendapatan. Optimalisasi lahan irigasi dan penyediaan pasar bagi hasil panen menjadi dua aspek yang dikejar pemerintah daerah demi menjamin kelangsungan ekonomi keluarga petani. Program ini juga didorong untuk mendukung visi Indramayu REANG serta arah pembangunan yang menekankan kesejahteraan masyarakat agraris.
Dari sisi teknis produksi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Indramayu, Sugeng Heriyanto, menjelaskan perkembangan musim tanam menunjukkan tren positif di dua jaringan irigasi besar. Wilayah yang berada di bawah BBWS Citarum memulai tanam sejak awal Oktober, sedangkan kawasan BBWS Cimancis memasuki masa tanam mulai Desember. Perbedaan pola waktu ini memberi ruang pembagian beban pasokan air sesuai kondisi lapangan.
“Hingga akhir November, volume panen mencapai 1,63 juta ton. Angka tersebut menjadi dasar keyakinan DKPP untuk menutup tahun 2025 dengan torehan produksi 1,7 juta ton,” katanya.
Menurut Sugeng, tambahan luas tanam menjadi faktor paling menonjol, terutama setelah sejumlah lahan tadah hujan memperoleh suplai air teknis yang lebih stabil. Hal ini membuka peluang tanam lebih awal sekaligus memendekkan jarak antarmusim.
Sejumlah kecamatan, seperti Gantar, Kroya, dan Terisi, telah masuk fase tanam dengan total luasan awal 2.624 hektare. Pergerakan cepat di tiga wilayah ini memperlihatkan kesiapan petani dalam memanfaatkan air irigasi yang mulai mengalir sejak peralihan musim.
Untuk menopang kebutuhan produksi, DKPP mengusulkan kuota pupuk bersubsidi mencapai 70 ribu ton urea dan 69 ribu ton NPK, disesuaikan dengan peningkatan populasi tanam. Percepatan musim tanam kali ini menjadi titik penting bagi Indramayu yang selama ini memikul peran strategis dalam pasokan pangan Jawa Barat.



















