Apa alasan sebenarnya di balik penurunan tajam penjualan mobil di Indonesia? Benarkah Malaysia benar-benar mengalahkan kita dalam persaingan otomotif? Mengapa penjualan mobil baru di Indonesia justru loyo sementara Malaysia makin melaju?
Mediahariini.com – Penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan pada 2025, dengan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan penurunan sebesar 10,6 persen secara wholesales dan 9,6 persen secara retail sales pada Januari-Oktober 2025. Sementara itu, Malaysia tercatat memiliki penjualan yang nyaris menyamai angka penjualan mobil di Indonesia, menciptakan kekhawatiran akan pergeseran dominasi pasar otomotif ASEAN.
“Jadi image itu penting ya. Kalau nomor 1 di Asia Tenggara itu nggak di Indonesia lagi, nanti ekosistemnya khawatirnya pindah,” ujar Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, seperti dilansir dari Kompas.com (1).
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menjelaskan bahwa meskipun Malaysia telah menyalip Thailand, Indonesia masih memimpin pasar kendaraan roda empat di ASEAN hingga Mei 2025 dengan total penjualan mencapai 316.981 unit. Namun, tren penurunan penjualan mobil di Indonesia lebih dalam dibandingkan Malaysia, yang hanya turun 2 persen.

Kukuh menegaskan bahwa narasi bahwa Indonesia disalip oleh Malaysia bisa memiliki dampak besar terhadap persepsi publik. “Dampaknya besar sekali. Seolah-olah kemudian ada masalah yang sangat mendasar di Indonesia,” kata Kukuh dalam wawancara dengan Kompas.com (2). Ia juga menyoroti tekanan dari kelas menengah yang semakin menyusut, sehingga memengaruhi daya beli konsumen.
Pemerintah Malaysia dinilai berhasil mempertahankan penjualan mobil karena adanya insentif yang diberikan sejak masa pandemi. “Nah negara lain tuh macam-macam. Seperti Vietnam dia menurunkan PPN dari 10 persen jadi 8 persen. Malaysia juga dia kasih insentif ya untuk otomotifnya sejak Covid,” ujar Bob Azam (3).

Selain itu, kompetisi global dan kondisi domestik yang tidak stabil turut memperparah situasi. Penurunan kelas menengah, ketidakpastian ekonomi, serta persaingan ketat dari mobil impor, terutama dari China, menjadi tantangan berat bagi industri otomotif nasional.

Perlu diketahui bahwa penurunan penjualan mobil di Indonesia bukanlah hal baru. Namun, ketika Malaysia mulai menunjukkan pertumbuhan yang lebih stabil, hal ini menjadi alarm bagi industri otomotif nasional. “Indonesia Masih Memimpin, Meski Tipis” demikian judul laporan dari Kompas.com (4), yang menunjukkan bahwa Indonesia masih unggul dalam penjualan kendaraan komersial.
Meski begitu, para ahli memperingatkan bahwa jika tidak segera direspons dengan langkah strategis, Indonesia bisa kehilangan posisinya sebagai raja otomotif ASEAN. “Regulasi TKDN bertahap, kemitraan strategis untuk transfer teknologi inti, transfer keahlian, dan penguatan kesiapan rantai pasok kritis [baterai, motor listrik] yang sedang disiapkan menjadi kunci Prabowo untuk menghindari kegagalan masa lalu,” ujar Yannes Martinus Pasaribu (5).

Penurunan penjualan mobil di Indonesia harus dijadikan momentum untuk melakukan perbaikan. Dengan memperkuat ekosistem, memberikan dukungan insentif, dan meningkatkan daya saing produk lokal, Indonesia dapat kembali memimpin dalam persaingan otomotif ASEAN.
Daftar Sumber Resmi/Kutipan:
1. Bob Azam (Wakil Presiden Direktur TMMIN, Institusi: Kompas.com) – Kompas.com – 7 Agustus 2025
2. Kukuh Kumara (Sekretaris Umum Gaikindo, Institusi: Kompas.com) – Kompas.com – 7 Agustus 2025
3. Bob Azam (Wakil Presiden Direktur TMMIN, Institusi: Kompas.com) – Kompas.com – 7 Agustus 2025
4. Kukuh Kumara (Sekretaris Umum Gaikindo, Institusi: Kompas.com) – Kompas.com – 7 Agustus 2025
5. Yannes Martinus Pasaribu (Pengamat Otomotif, Institusi: Analisis Pribadi) – 2025
Bila ada kekeliruan pemberitaan, klarifikasi dan konfirmasi dapat disampaikan ke no.WA: Contact: +6285136056172 (an.Frontdesk MediaHariIni.com) atau klik link ini untuk pesan langsung https://mediahariini.com/wa



















