Apakah pertemuan ini menyimpan rahasia yang bisa mengubah dinamika hubungan Indonesia-China?
Bisa jadi, ini adalah langkah penting dalam menjaga keamanan nasional dan stabilitas politik.
Bisakah kerja sama ini menjadi kunci untuk mengatasi isu sensitif seperti Taiwan dan Papua?
Mediahariini.com – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan pertemuan dengan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Rakyat Tiongkok (RRC), Wang Huning. Pertemuan ini berlangsung di Bandara Soekarno-Hatta, Kota Tangerang, Provinsi Banten, Rabu (3/12/2025). “Ini merupakan momen penting dalam memperkuat hubungan strategis dan kerja sama bilateral antara Indonesia dan China,” ujar Wakil Ketua MPR RI Mohammad Eddy Dwiyanto Soeparno, seperti dilansir dari REPUBLIKA.CO.ID (4 Desember 2025).
Pertemuan ini menimbulkan banyak spekulasi tentang apa saja yang dibahas. Dalam konteks geopolitik yang semakin rumit, khususnya terkait isu Laut China Selatan, Papua, dan hubungan dengan Tiongkok, pertemuan ini tidak bisa dianggap biasa. “Kita harus bertanya: siapa yang diuntungkan dari bocornya percakapan ini? Karena dalam dunia intelijen, tidak ada kejadian tanpa aktor dan tidak ada aktor tanpa motif,” papar pengamat intelijen dan geopolitik Amir Hamzah, seperti dikutip dari TEMPO.CO (5 Desember 2025).
“Kebocoran pembicaraan Presiden dan Menhan tentang kepentingan strategis merupakan indikasi kuat bahwa ada pengkhianat di lingkar kekuasaan,” kata Amir kepada wartawan, Selasa (2/12/2025). Ia menyebut ada tiga kemungkinan penyebab kebocoran: infiltrasi asing, operasi intelijen internal, atau kebocoran sistem komunikasi negara.
Dari perspektif geopolitik, kebocoran percakapan pemimpin negara bisa berdampak luas. China akan melihat Indonesia sebagai aktor yang tidak solid, terutama karena pembahasan terkait Taiwan dan Papua, dua isu yang sangat merah di mata Beijing. “Dalam worldview China, Taiwan dan Papua adalah isu yang tidak boleh disentuh sembarangan. Jika percakapan internal Indonesia soal ini bocor, China pasti membaca bahwa ada lubang besar dalam keamanan negara kita,” tegas Amir.

Amir juga menyoroti potensi peningkatan aktivitas AS dan sekutunya di Indonesia. Amerika memiliki kepentingan memperluas pengaruh di Indonesia, terutama mendukung struktur keamanan di Indo-Pasifik. Kebocoran seperti ini dapat mendorong AS untuk memperkuat intelijen mereka di Jakarta. “Indonesia terancam dipersepsikan sebagai negara dengan tingkat penetrasi asing yang tinggi,” katanya.

Selain itu, Amir tak menutup kemungkinan bahwa kebocoran ini adalah bagian dari kontestasi kekuatan domestik. Beberapa skenario yang ia soroti termasuk target menurunkan reputasi Sjafrie, serangan politik ke Prabowo, atau upaya menekan Indonesia agar lebih “patuh” pada China. “Kasus seperti ini tidak bisa diredam dengan pernyataan pers. Harus ada operasi pembersihan,” ungkapnya.

Pemerintah harus segera melakukan counter-intelligence sweep atau operasi penyelidikan besar-besaran terhadap seluruh perangkat komunikasi Presiden dan Menhan, staf Istana, Kemenhan, dan lembaga intelijen. “Siapa pun yang membocorkan percakapan ini harus ditemukan, tidak peduli jabatannya,” tegas Amir.

Penutup
Pertemuan antara Prabowo dan ketua MPR Tiongkok menunjukkan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan China tetap stabil, meskipun ada isu-isu sensitif yang perlu diperhatikan. Dengan situasi geopolitik yang semakin kompleks, penting bagi pemerintah untuk meningkatkan keamanan informasi dan memastikan bahwa semua pembahasan rahasia tidak sampai bocor.
Daftar Sumber Resmi/Kutipan:
REPUBLIKA.CO.ID – 4 Desember 2025
TEMPO.CO – 5 Desember 2025
Amir Hamzah (Pengamat Intelijen dan Geopolitik) – TEMPO.CO – 2 Desember 2025
Bila ada kekeliruan pemberitaan, klarifikasi dan konfirmasi dapat disampaikan ke no.WA: Contact: +6285136056172 (an.Frontdesk MediaHariIni.com) atau klik link ini untuk pesan langsung https://mediahariini.com/wa



















