Apakah sutradara Indonesia kini mampu menembus panggung perfilman internasional? Bagaimana peran mereka dalam mengangkat citra film lokal di Cannes? Apa yang membuat karya mereka layak diundang ke festival bergengsi ini?

Mediahariini.com – Sutradara Indonesia, Mouly Surya, dikenal sebagai salah satu nama besar di dunia perfilman nasional. Karyanya, Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak, telah menjadi bukti bahwa sinema Indonesia mampu bersaing di kancah internasional. Film ini tayang perdana di La Quinzaine des réalisateurs, kompetisi yang diselenggarakan paralel dengan Festival Film Cannes pada 2017 (Sasono, Eric, BBC Indonesia, 16 November 2017). Meski demikian, kini sebuah berita baru menghebohkan industri perfilman: sutradara Indonesia diundang ke Festival Film Cannes.

“Film ini tidak hanya menunjukkan kemampuan kreatif, tetapi juga memperlihatkan keberanian untuk menyentuh isu-isu sosial yang kompleks,” ujar sutradara ternama, yang dikutip oleh Antara News (19 Mei 2024).

Paragraf pertama

Pada tahun 2024, sejumlah delegasi perfilman Indonesia hadir di Cannes Film Festival guna memperkuat posisi sinema bangsa di kancah global secara konsisten. Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu, lima produser Indonesia seperti Yulia Evina Bhara, Gita Fara, Ifa Isfansyah, Mandy Marahimin, dan Muhammad Zaidy masuk dalam Producers Under the Spotlight di Program Producers Network Marché du Film (MdF) Cannes 2024 (ANTARA, 19 Mei 2024). Ini menandai langkah penting bagi industri film Indonesia untuk lebih dikenal di pasar internasional.

Paragraf kedua

Delegasi Indonesia juga diwakili oleh para produser dari rumah produksi Indonesia yang akan melakukan jejaring dengan pelaku film internasional di Producers Network di MdF. Rumah produksi yang akan bergabung di MdF antara lain MD Pictures, Visinema Pictures, Miles Films, dan Rapi Films. Selain itu, stan Indonesia akan difungsikan untuk business match para produser Indonesia dan dari berbagai negara.

Delegasi Indonesia di Festival Film Cannes

Paragraf ketiga

“Kehadiran paviliun Indonesia di Village Internasional merupakan langkah maju dalam perfilman Indonesia dan eksistensi film Indonesia di pasar dunia makin diakui,” ujar John Badalu, pengiat perfilman Indonesia, kepada ANTARA (ANTARA, 19 Mei 2024). Ia menilai bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk memiliki pavilion di Cannes, terlebih karena film-film Indonesia mulai diperhitungkan di dunia internasional.

Stan Indonesia di Festival Film Cannes

Paragraf keempat

Selain produser, film dokumenter ko-produksi Indonesia dan Filipina, “Oma”, akan hadir di Cannes Docs. Sementara itu, film Women from Rote Island produksi Bintang Cahaya Sinema juga akan melakukan pemutaran selama masa MdF di Cannes Film Festival 2024. Di MdF, Bintang Cahaya Sinema akan membuka stan dan membawa tujuh film mereka untuk dipasarkan di MdF.

Paragraf kelima

Dengan partisipasi aktif di Cannes, Indonesia semakin memperkuat posisinya sebagai negara yang memiliki potensi besar dalam industri film. Kehadiran sutradara dan produser Indonesia di ajang ini memberikan kesempatan untuk menjalin kolaborasi, memperkenalkan karya-karya berkualitas, serta meningkatkan visibilitas sinema Indonesia di dunia.

Sutradara Indonesia di acara Cannes

Penutup

Partisipasi Indonesia di Festival Film Cannes menunjukkan bahwa sinema tanah air kini mampu bersaing di panggung internasional. Dengan karya-karya yang mampu menyentuh hati penonton dan mengangkat isu-isu penting, sutradara Indonesia terbukti mampu menembus batas-batas geografis dan budaya.

Daftar Sumber Resmi/Kutipan:
Eric Sasono (Kritikus Film, BBC Indonesia) – 16 November 2017
ANTARA (Kantor Berita ANTARA) – 19 Mei 2024
John Badalu (Pengiat Perfilman Indonesia, ANTARA) – 19 Mei 2024

Bila ada kekeliruan pemberitaan, klarifikasi dan konfirmasi dapat disampaikan ke no.WA: Contact: +6285136056172 (an.Frontdesk MediaHariIni.com) atau klik link ini untuk pesan langsung https://mediahariini.com/wa