Apakah investor yang membeli saham Grab-Gojek terjebak dalam kerugian besar? Bagaimana proses cut loss mereka berjalan? Apa yang bisa dipetik dari kisah ini untuk investor pemula?
Mediahariini.com – Di tengah gencarnya isu merger antara PT GoTo Gojek-Tokopedia Tbk (GOTO) dan perusahaan asal Malaysia, Grab, banyak investor yang membeli saham kedua perusahaan tersebut. Namun, kini sejumlah investor mengalami kerugian besar hingga terpaksa menjual sahamnya dengan harga lebih rendah. Ini menjadi tragidi cut loss yang menimpa para investor Grab-Gojek.
“Kita harus berani cut loss jika ingin bertahan di pasar saham,” ujar Analis Senior Narada Asset Management, Kiswoyo Adi Joe, seperti dikutip dari Kontan.co.id pada 20 Agustus 2018. Meski demikian, tidak semua investor memiliki keberanian tersebut, sehingga banyak yang terjebak dalam kerugian besar.
Menurut Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, memilih saham harus didasari oleh fundamental yang kuat. “Saham yang mendadak naik banyak, kalau tidak jelas, hati-hati (saham) gorengan,” kata Hans, seperti dilansir dari Kompas.com pada 2025.
Pekan lalu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyelidiki 21 saham yang terindikasi sebagai saham gorengan. Menurut Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Sihar Manullang, penentuan indikasi saham gorengan melihat dari fix allotment-nya. “Saham yang terindikasi saham gorengan adalah saham yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam tempo yang singkat,” ujarnya.
Investor Grab-Gojek kini menghadapi tantangan besar setelah harga saham mereka turun drastis. Banyak dari mereka terpaksa melakukan cut loss karena melihat penurunan aset yang cukup dalam. “Kita terpaksa menjual saham dengan rugi, karena harga sudah sangat turun,” ujar salah satu investor yang enggan disebutkan identitasnya, seperti dikutip dari detikcom pada 7 Juni 2025.
Mengutip laporan Bloomberg, Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) disebut sedang menjajaki peluang investasi seiring menguatnya isu merger GOTO-Grab. Danantara sendiri disebut berada dalam tahap awal pembicaraan untuk mengakuisisi minoritas entitas gabungan. Namun, hal ini justru memperparah situasi bagi investor yang tidak siap menghadapi fluktuasi harga saham.
Head of Center of Digital Economy and SMEs at Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Izzudin Al-Farras menyebut, investasi Danantara di entitas gabungan GOTO-Grab tidak memberikan dampak terhadap perekonomian negara. Sebaliknya, Danantara sebagai representasi pemerintah justru berpotensi menurunkan minat investasi.
“Kehadiran negara pada kasus merger ini seharusnya bukan dengan menginvestasikan uang publik melalui Danantara. Sebab, investasi uang publik yang terbatas pada perusahaan swasta seperti Goto-Grab tidak memberikan nilai tambah signifikan terhadap perekonomian nasional,” ujarnya kepada detikcom pada 8 Juni 2025.
Merger GOTO-Grab juga merugikan konsumen, pengemudi ojek online (ojol), dan para pekerja. Izzudin menjelaskan, merger keduanya akan meningkatkan pangsa pasar atau market share perusahaan, sehingga memiliki kekuatan pasar atau market power yang sangat signifikan pada industri ride hailing. “Implikasinya, konsumen memiliki daya tawar yang lemah terhadap penetapan harga yang berlaku dan memiliki opsi angkutan online yang lebih terbatas dibandingkan sebelumnya,” ungkapnya.
Dampak lainnya adalah penekanan pendapatan ojol imbas naiknya biaya komisi aplikator karena pengemudi sebagai pekerja informal tidak memiliki daya tawar yang cukup terhadap perusahaan. “Pengemudi angkutan online hanya memiliki alternatif yang sangat terbatas untuk berpindah aplikasi untuk menambah pendapatannya, terlebih di tengah semakin turunnya penciptaan lapangan pekerjaan sektor formal,” terangnya.
Akhirnya, Izzudin menyebut merger Goto-Grab hanya menguntungkan segelintir investor dan merugikan banyak pihak seperti konsumen, pengemudi angkutan online, dan para pekerja. Menurutnya, kehadiran negara mesti mencegah merger keduanya.




Daftar Sumber Resmi/Kutipan:
Kiswoyo Adi Joe (Analis Senior Narada Asset Management, Institusi: Kontan.co.id) – 20 Agustus 2018
Hans Kwee (Direktur Investa Saran Mandiri, Institusi: Kompas.com) – 2025
Kristian Sihar Manullang (Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Institusi: OJK) – 2025
Izzudin Al-Farras (Head of Center of Digital Economy and SMEs at INDEF, Institusi: detikcom) – 8 Juni 2025
Bila ada kekeliruan pemberitaan, klarifikasi dan konfirmasi dapat disampaikan ke no.WA: Contact: +6285136056172 (an.Frontdesk MediaHariIni.com) atau klik link ini untuk pesan langsung https://mediahariini.com/wa



















