Ibu rumah tangga dan ibu pekerja sama-sama menghadapi tantangan berat dalam menjalani peran mereka. Namun, faktor-faktor yang memicu stres pada keduanya bisa sangat berbeda.
Dalam kehidupan modern, peran seorang ibu tidak lagi terbatas pada tugas-tugas rumah tangga. Banyak perempuan kini juga menjalani karier di luar rumah, sementara yang lain lebih fokus pada pengasuhan anak dan keluarga. Kedua peran ini memiliki tantangan masing-masing, dan salah satu isu utama yang sering muncul adalah tingkat stres yang dialami.
Banyak orang bertanya: apakah ibu rumah tangga atau ibu pekerja lebih rentan mengalami stres? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat dari berbagai sudut pandang, termasuk beban kerja, dukungan sosial, serta tekanan eksternal.
Apa Saja Faktor yang Memicu Stres pada Ibu Rumah Tangga?
Ibu rumah tangga sering kali dianggap sebagai peran yang “lebih mudah” dibandingkan ibu pekerja. Namun, kenyataannya justru sebaliknya. Banyak ibu rumah tangga mengalami stres karena:
1. Tidak Ada Jadwal Kerja yang Jelas
Ibu rumah tangga bekerja tanpa batas waktu. Mulai dari pagi hingga malam hari, ia harus siap mengurus segala sesuatu—dari memasak, membersihkan rumah, hingga merawat anak dan pasangan. Tidak ada istirahat yang jelas, sehingga tubuh dan pikiran cepat lelah.
2. Kurangnya Dukungan dari Pasangan
Banyak ibu rumah tangga merasa sendirian karena pasangan tidak ikut membantu. Bahkan, beberapa suami masih percaya bahwa tugas rumah tangga adalah tanggung jawab perempuan. Hal ini membuat beban jadi berat dan memicu rasa kesepian serta stres.
3. Tidak Ada Penghasilan Tetap
Meskipun tugasnya berat, ibu rumah tangga biasanya tidak memiliki penghasilan tetap. Ini bisa menciptakan ketidakpastian finansial, terutama jika keluarga menghadapi situasi sulit. Rasa khawatir akan masa depan bisa menjadi sumber stres besar.
4. Minim Waktu untuk Dirinya Sendiri
Ibu rumah tangga sering kali lupa untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Waktu luang yang terbatas membuatnya sulit melakukan hal-hal yang menyenangkan atau sekadar bersantai. Akibatnya, energi mental dan fisik terus terkuras.
Apa Saja Faktor yang Memicu Stres pada Ibu Pekerja?
Di sisi lain, ibu pekerja juga menghadapi tekanan yang tidak kalah berat. Meski memiliki penghasilan tetap, mereka harus menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga. Berikut beberapa faktor yang memicu stres pada ibu pekerja:
1. Beban Ganda: Kerja dan Keluarga
Ibu pekerja harus mengelola tugas profesional dan tugas rumah tangga secara bersamaan. Ini bisa sangat melelahkan, terutama jika tidak ada dukungan dari pasangan atau lingkungan sekitar.
2. Tekanan Budaya dan Ekspektasi Sosial

Masih banyak orang yang mengharapkan ibu pekerja bisa “segala hal” — baik di kantor maupun di rumah. Ketika mereka tidak bisa memenuhi ekspektasi tersebut, mereka sering dianggap gagal sebagai ibu atau pekerja.
3. Lingkungan Kerja yang Tidak Ramah
Beberapa perusahaan belum memperhatikan kebutuhan ibu pekerja, seperti tidak adanya ruang menyusui atau fleksibilitas kerja. Tekanan dari atasan, deadline, dan kompetisi bisa memicu stres yang terus-menerus.
4. Kurangnya Waktu untuk Dirinya Sendiri
Sama seperti ibu rumah tangga, ibu pekerja juga sering kali mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Padahal, waktu untuk relaksasi atau aktivitas menyenangkan sangat penting untuk menjaga kesehatan mental.
5. Tekanan Finansial
Meski memiliki penghasilan, banyak ibu pekerja masih merasa tertekan oleh biaya hidup yang tinggi. Biaya pendidikan anak, cicilan rumah, dan kebutuhan keluarga bisa menjadi sumber kecemasan harian.
Perbandingan Tingkat Stres: Ibu Rumah Tangga vs Ibu Pekerja
Jika dilihat dari data dan pengalaman nyata, kedua jenis ibu ini memiliki risiko stres yang berbeda.
Ibu Rumah Tangga:
- Lebih rentan terhadap stres kronis karena beban kerja yang terus-menerus.
- Stres bisa memengaruhi kesehatan fisik, seperti gangguan pencernaan, insomnia, dan peningkatan risiko penyakit jantung.
- Tidak memiliki penghasilan tetap bisa memicu ketidakpastian finansial dan rasa cemas.
Ibu Pekerja:
- Stres lebih bersifat situasional karena tekanan dari pekerjaan dan keluarga.
- Risiko stres bisa meningkat jika tidak ada dukungan dari lingkungan atau manajemen waktu yang buruk.
- Stres bisa memengaruhi kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi.
Secara umum, ibu rumah tangga lebih rentan mengalami stres kronis, sedangkan ibu pekerja lebih rentan mengalami stres situasional. Namun, keduanya sama-sama membutuhkan dukungan dan strategi untuk mengelola stres secara efektif.
Bagaimana Cara Mengelola Stres bagi Ibu Rumah Tangga dan Ibu Pekerja?
Mengelola stres bukanlah hal yang mudah, tapi dengan langkah-langkah sederhana, keduanya bisa tetap sehat secara mental dan fisik. Berikut beberapa tips yang bisa dicoba:
Tips untuk Ibu Rumah Tangga:
- Cari dukungan dari keluarga atau teman. Jangan ragu untuk meminta bantuan saat merasa lelah.
- Luangkan waktu untuk diri sendiri. Istirahat sejenak bisa memberi energi baru.
- Buat jadwal harian yang realistis. Jangan memaksakan diri untuk melakukan semua tugas sekaligus.
- Berbicara dengan psikolog atau konselor. Jika stres sudah mulai mengganggu kualitas hidup, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
Tips untuk Ibu Pekerja:
- Pisahkan pekerjaan dan keluarga. Jika pulang ke rumah, coba untuk tidak terlalu terlibat dengan email atau pesan kerja.
- Ajak pasangan berbagi tugas. Keterlibatan pasangan bisa mengurangi beban dan meningkatkan hubungan.
- Jaga keseimbangan antara pekerjaan dan keluarga. Jangan lupa untuk memprioritaskan kesehatan mental.
- Cari komunitas ibu pekerja. Berbagi pengalaman dengan sesama ibu bisa memberi rasa lega dan dukungan.
Kesimpulan
Baik ibu rumah tangga maupun ibu pekerja sama-sama menghadapi tantangan berat dalam menjalani peran mereka. Meski tingkat stres yang dialami berbeda, keduanya memerlukan dukungan, strategi, dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental.
Ibu rumah tangga lebih rentan terhadap stres kronis karena beban kerja yang terus-menerus dan kurangnya penghargaan atas usaha mereka. Sementara itu, ibu pekerja lebih rentan mengalami stres situasional akibat tekanan dari pekerjaan dan ekspektasi sosial.
Namun, yang terpenting adalah setiap ibu harus belajar untuk merawat diri sendiri. Jangan biarkan stres menggerogoti kesehatan dan kebahagiaan Anda. Dengan dukungan, manajemen waktu yang baik, dan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental, setiap ibu bisa tetap kuat dan bahagia dalam menjalani perannya.
Apakah kamu seorang ibu rumah tangga atau ibu pekerja? Jangan ragu untuk mengambil langkah kecil untuk mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidupmu.

















