Jakarta – Sejumlah sekolah swasta elit di Jakarta kembali memperlihatkan kebijakan yang mengejutkan. Baru-baru ini, beberapa lembaga pendidikan ternama di ibu kota memberlakukan kenaikan SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) secara signifikan. Hal ini memicu keluhan dari para orang tua murid yang merasa kesulitan untuk memenuhi biaya pendidikan yang semakin mahal.
Menurut data yang dikumpulkan oleh sejumlah media lokal, rata-rata kenaikan SPP di sekolah-sekolah swasta elite mencapai 20-30 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa lembaga bahkan meningkatkan tarif hingga lebih dari 50 persen. Misalnya, sebuah sekolah internasional terkenal di Jakarta Selatan menaikkan SPP dari Rp 10 juta menjadi Rp 15 juta per bulan. Sementara itu, sekolah lain di Jakarta Barat meningkatkan biaya pendidikan hingga Rp 18 juta per bulan.
“Kami sudah kesulitan dengan biaya hidup yang naik, tapi kenaikan SPP ini membuat kami semakin bingung,” ujar Rina, salah satu orang tua murid yang anaknya duduk di kelas 6 SD di salah satu sekolah elit. “Kami hanya ingin memberi yang terbaik bagi anak, tapi harga SPP yang sangat tinggi membuat kami harus berpikir ulang.”

Para orang tua murid juga menyebut bahwa kenaikan SPP tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pengajaran atau fasilitas. Banyak dari mereka merasa bahwa biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan layanan yang diberikan.
“Dulu, meskipun SPP sedikit, kami merasa puas dengan kualitas guru dan lingkungan belajar. Tapi sekarang, biaya naik, tapi kualitasnya tidak ada perubahan,” tambah Dedi, seorang ayah yang anaknya masuk ke sekolah swasta di Jakarta Timur.
Beberapa ahli pendidikan menilai bahwa kenaikan SPP ini bisa menjadi tanda ketidakseimbangan dalam sistem pendidikan swasta di Jakarta. Menurut Dr. Siti Aminah, dosen pendidikan dari Universitas Indonesia, kenaikan biaya pendidikan yang terlalu cepat bisa mengancam akses pendidikan bagi masyarakat menengah bawah.
“Ini bukan hanya tentang uang, tapi juga tentang kesetaraan akses. Jika biaya pendidikan terus meningkat tanpa ada regulasi yang jelas, maka akan semakin banyak keluarga yang tidak bisa memenuhi biaya tersebut,” ujarnya.

Di sisi lain, pihak sekolah swasta menjelaskan bahwa kenaikan SPP dilakukan karena adanya kenaikan biaya operasional, seperti gaji guru, biaya pembelajaran digital, dan pemeliharaan gedung. Namun, banyak orang tua tetap merasa bahwa kenaikan ini terlalu besar dan tidak transparan.
“Kami memahami bahwa biaya operasional naik, tapi kami juga ingin tahu bagaimana anggaran SPP digunakan. Apakah benar-benar digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan?” tanya Yuni, seorang ibu rumah tangga yang anaknya duduk di kelas 4 SD.
Pemerintah DKI Jakarta telah berkomitmen untuk memberikan subsidi pendidikan kepada sekolah swasta, terutama yang berada di kategori kelas menengah. Namun, banyak orang tua merasa bahwa program ini belum cukup untuk membantu keluarga yang kurang mampu.
[IMAGE: Anak-anak murid sekolah swasta elit Jakarta]
Terkait hal ini, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Asep Karyana, mengatakan bahwa pihaknya akan memantau lebih dekat kebijakan SPP di sekolah swasta. Ia menegaskan bahwa pemerintah akan terus berupaya untuk memastikan bahwa pendidikan tetap terjangkau bagi semua kalangan.
“Kami akan melihat apakah kenaikan SPP sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ekonomi masyarakat. Jika ada indikasi manipulasi, kami akan segera bertindak,” ujarnya.
[IMAGE: Orang tua murid Jakarta mengeluh biaya SPP naik drastis]



















