Penyebab dan Risiko HIV/AIDS yang Wajib Kamu Ketahui

Penyebab dan Cara Penularan HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem imunitas tubuh. Infeksi oleh virus ini dapat mengurangi kemampuan sistem imunitas dalam melawan benda asing di dalam tubuh, sehingga pada tahap akhir infeksinya, bisa menyebabkan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). AIDS merupakan tahap lanjut dari infeksi HIV.

HIV dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui cairan tubuh seperti air mani, darah, cairan vagina, dan ASI. Penularan paling umum terjadi melalui hubungan seks, tetapi juga bisa terjadi melalui penggunaan jarum suntik bersama. Selain itu, HIV juga bisa ditularkan dari ibu yang terinfeksi ke anak selama kehamilan, persalinan, atau saat menyusui.

Faktor Risiko Penularan HIV

  1. Faktor risiko seksual

    Risiko penularan HIV dari hubungan seks bervariasi tergantung jenis aktivitas seksual dan faktor lainnya. Risiko paling tinggi terjadi ketika kondom tidak digunakan. Meskipun kemungkinan tertular HIV setelah satu kali hubungan seks tanpa kondom rendah, namun penularan bisa terjadi hanya setelah satu kali paparan.

Berikut risiko HIV per tindakan:
* Seks anal reseptif: 138 per 10.000 paparan (1,38 persen)
* Seks anal insertif: 11 per 10.000 paparan (0,11 persen)
* Seks vaginal reseptif: 8 per 10.000 paparan (0,08 persen)
* Seks vaginal insertif: 4 per 10.000 paparan (0,04 persen)
* Seks oral: Risikonya sangat rendah sehingga dapat diabaikan.

  1. Hubungan seks dengan berganti pasangan



    Secara statistik, semakin banyak pasangan seksual yang dimiliki, semakin besar peluang untuk mendapatkan hasil positif HIV. Selain itu, jaringan seksual yang luas dapat membuat seseorang terpapar berbagai jenis HIV yang resisten terhadap obat, sehingga sulit diobati.

  2. Berbagi jarum suntik

    Ketika seseorang menggunakan jarum suntik untuk menyuntikkan narkoba, sebagian darahnya masuk ke dalam jarum. Jika jarum tersebut digunakan kembali oleh orang lain yang terinfeksi HIV, maka darah yang terinfeksi akan masuk ke tubuh Anda. Risiko juga meningkat jika:

  3. Menyiapkan narkoba dengan alat suntik yang berisi darah orang lain.
  4. Berbagi air yang digunakan orang lain untuk membersihkan jarum.
  5. Menggunakan kembali sendok, penyaring, atau wadah yang digunakan untuk melarutkan narkoba.
  6. Menggunakan penyaring yang sama dengan orang lain.

  7. HIV dan penyakit menular seksual



    Perilaku yang memperbesar risiko HIV juga meningkatkan risiko penyakit menular seksual lainnya. Contohnya:

  8. Berhubungan seks tanpa kondom.
  9. Berhubungan seks dengan banyak pasangan, terutama pasangan anonim.
  10. Berhubungan seks sambil menggunakan narkoba atau alkohol.

Penyakit menular seksual seperti herpes, klamidia, sifilis, atau gonore dapat menyebabkan luka atau kulit pecah, yang memudahkan HIV masuk ke dalam tubuh.

  1. Transfusi darah

    HIV dapat menyebar melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. Namun, karena adanya pemeriksaan darah untuk mencari bukti infeksi HIV, risiko tertular dari transfusi darah sangat rendah.

  2. Kehamilan dan menyusui



    Kehamilan merupakan cara penularan HIV yang jarang terjadi, tetapi tetap berisiko bagi kelompok tertentu. Ibu yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus kepada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. Penularan bisa terjadi jika plasenta pecah atau melalui ASI.

  3. French kissing

    Sangat jarang, penularan bisa terjadi jika kedua pasangan memiliki luka atau gusi berdarah. Ciuman dengan mulut tertutup tidak dapat menularkan HIV, karena virus tidak bisa menyebar melalui air liur.

  4. Cedera tertusuk jarum



    Cedera tertusuk jarum atau benda tajam dapat membuat seseorang terpapar darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi. Risiko ini terutama bagi petugas kesehatan. Meskipun risikonya rendah, jika terjadi, strategi profilaksis pasca pajanan (PEP) dapat mencegah infeksi jika dilakukan dalam 72 jam setelah paparan.

  5. Penyebab AIDS

    AIDS disebabkan oleh infeksi HIV yang tidak diobati. Virus ini merusak sel CD4 dan melemahkan sistem imunitas, sehingga tubuh sulit melawan infeksi. Tanpa pengobatan, HIV bisa berkembang menjadi AIDS dalam waktu 10–15 tahun.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *