Di tengah keraguan dan pertanyaan tentang bagaimana seseorang bisa memastikan dirinya masuk surga, Alkitab memberikan gambaran yang indah dan penuh makna melalui perumpamaan-perumpamaan. Salah satu yang paling menarik adalah perumpamaan mengenai “wajah orang beriman yang akan memasuki surga.” Ini bukan hanya sekadar deskripsi fisik, tetapi juga metafora tentang keadaan jiwa dan hati seseorang yang diharapkan dapat diterima oleh Tuhan.
Dalam kitab Matius 5:3, Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang miskin dalam roh, karena kerajaan surga adalah milik mereka.” Ayat ini menjadi dasar dari banyak perumpamaan yang menggambarkan wajah orang beriman. Mereka yang miskin dalam roh adalah orang-orang yang rendah hati, sadar akan kelemahan diri, dan menyadari bahwa keselamatan tidak bisa dicapai melalui usaha sendiri, tetapi hanya melalui kasih karunia Tuhan.
Seiring dengan itu, dalam Yohanes 3:3, Yesus berkata, “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, Kecuali jika seseorang dilahirkan kembali, dia tidak dapat melihat kerajaan Tuhan.” Dari sini kita bisa melihat bahwa wajah orang beriman yang akan masuk surga bukanlah wajah yang penuh dengan kebanggaan atau kesombongan, tetapi wajah yang penuh dengan pengakuan akan dosa dan kebutuhan akan pertobatan.

Dalam Kitab Wahyu 22:14, disebutkan, “Berbahagialah mereka yang melakukan perintah-Nya, sehingga mereka dapat memperoleh hak atas pohon kehidupan dan dapat masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.” Ini mengisyaratkan bahwa wajah orang beriman yang akan masuk surga adalah wajah yang penuh dengan tindakan nyata, bukan hanya ucapan atau keyakinan kosong.

Namun, perumpamaan ini juga menunjukkan bahwa wajah orang beriman yang akan masuk surga bukanlah wajah yang sempurna, tetapi wajah yang berusaha keras untuk menjadi lebih baik. Dalam Galatia 5:19-21, Paulus menyebutkan bahwa orang-orang yang melakukan perbuatan daging seperti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, kebencian, perselisihan, iri hati, kemurkaan, perseteruan, perpecahan, bidat, kedengkian, pembunuhan, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya tidak akan mewarisi kerajaan Tuhan.

Dengan demikian, perumpamaan wajah orang beriman yang akan memasuki surga mengajarkan bahwa kebenaran tidak hanya terletak pada penampilan luar, tetapi pada kejujuran, ketulusan, dan kesadaran akan kebutuhan akan pertobatan. Wajah mereka mencerminkan jiwa yang rendah hati, penuh kasih, dan selalu berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan.




















