Banjir Bandang Melanda 13 Desa di Aceh Tamiang
Sebanyak 13 desa di Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, terdampak banjir bandang yang melanda wilayah tersebut. Bencana alam ini menyebabkan banyak warga menghilang dan kondisi kawasan tersebut menjadi sangat memprihatinkan.
Akses jalan menuju kawasan tersebut saat ini dipenuhi lumpur setinggi sekitar satu meter, sehingga kendaraan kecil kesulitan untuk masuk. Namun, kendaraan berbadan besar masih bisa melewati jalur tersebut. Meskipun demikian, kondisi ini membuat perjalanan menjadi sangat rumit dan memperlambat proses evakuasi serta distribusi bantuan.
Warga setempat, seperti Armiadi, menyatakan bahwa bau menyengat mulai tercium di beberapa titik di Kecamatan Sekerak. Ia menilai masih banyak jenazah yang belum ditemukan di tumpukan puing-puing bekas banjir. “Kami menyakini masih banyak jenazah yang belum ditemukan di tumpukan puing-puing bekas banjir,” ujarnya melalui telepon, Minggu (7/12/2025).
Armiadi menyarankan agar relawan lebih fokus membantu wilayah pedalaman karena kondisi di pusat kota relatif lebih baik dibanding daerah terpencil. “Jika ada relawan, baiknya ke pedalaman. Agar bisa mencari manyat di sana,” katanya.
Menurut informasi yang diperoleh, kebutuhan mendesak di seluruh lokasi pengungsian meliputi bahan pangan, air bersih, obat-obatan, dan tenda pengungsian. Namun, hingga saat ini, kondisi di Sekerak terlihat nyaris tidak ada bantuan yang tersedia.
Korban Tewas Bertambah Menjadi 914 Orang
Banjir yang melanda sedikitnya 18 kabupaten/kota di Provinsi Aceh telah menimbulkan dampak yang sangat parah. Sejumlah korban masih dalam pencarian, ribuan rumah rusak, dan beberapa fasilitas umum dilaporkan lumpuh.
Data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 6 Desember 2025 menunjukkan bahwa jumlah korban tewas akibat banjir di Sumatera meningkat menjadi 914 orang. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan data ini berdasarkan rekapitulasi hasil pencarian dan pertolongan yang dilakukan pada Sabtu (6/12/2025) sore.
“Di hari ini, Sabtu, 6 Desember 2025, jumlah korban meninggal secara total itu 914 jiwa,” ucap Abdul Muhari dalam konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube BNPB, Sabtu (6/12/2025). Angka ini bertambah 47 orang dari data Jumat (5/12/2025) kemarin.
Rinciannya, jumlah korban meninggal di Aceh sebanyak 359 jiwa, di Sumatera Utara 329 jiwa, dan di Sumatera Barat 226 jiwa. “Untuk detail per provinsi, untuk Provinsi Aceh per hari ini itu berjumlah 359 jiwa, bertambah 14. Kemudian, Sumatera Utara itu 329 jiwa dan Sumatera Barat 226 jiwa,” ujar dia.
Operasi Pencarian dan Pertolongan Terus Dilakukan
Abdul Muhari menegaskan bahwa BNPB akan terus mengoptimalkan dan melakukan percepatan operasi pencarian dan pertolongan untuk para korban yang masih hilang. “Sekali lagi inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Tentu saja simpati yang sangat mendalam kepada para korban,” imbuh dia.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa ada 389 korban hilang dari tiga provinsi di Sumatera akibat bencana banjir dan longsor. “Masih terdata dalam daftar pencarian Tim SAR sebanyak 389 jiwa. Tentu saja angka ini bergerak dinamis,” ucap dia.
Menurut Abdul, beberapa korban yang sebelumnya dilaporkan hilang, kemudian dilaporkan telah kembali dalam kondisi selamat. BNPB berharap angka ini terus turun hingga operasi pencarian dan pertolongan bisa benar-benar meminimalkan jumlah korban hilang.
“Sehingga data korban hilang yang per kemarin itu masih berjumlah 521 jiwa, per hari ini dari rekap Pusdalops BNPB di tiga provinsi, itu berjumlah 389 jiwa,” kata Abdul.
Kondisi Wilayah Terisolir
Wilayah-wilayah yang terdampak banjir bandang masih terisolir, dan akses jalan yang terganggu membuat sulitnya pendistribusian bantuan. Warga setempat memohon agar bantuan segera datang, terutama untuk wilayah pedalaman yang lebih rentan terhadap dampak banjir.
Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan, masyarakat dan pemerintah setempat berharap adanya bantuan yang lebih cepat dan merata. Dengan begitu, proses pemulihan dan penanganan bencana bisa lebih efektif dan efisien.



















