Kisah Tragis Bocah SD yang Berjuang Menyelamatkan Ayahnya dari Petir
Peristiwa tragis yang terjadi di perairan Laut Karang Langkore, Kabupaten Bangka, pada Sabtu (6/12/2025) menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Bahar, seorang bocah SD berusia 12 tahun. Dalam keadaan darurat, ia harus berjuang mati-matian untuk menyelamatkan ayahnya, Hasanudin (45), yang tersambar petir saat sedang memancing.
Perjalanan Menuju Kebencanaan
Bahar dan ayahnya mulai melakukan aktivitas memancing sejak Minggu (30/11/2025). Mereka berencana pulang pada Minggu (7/12/2025), tetapi nasib berkata lain. Pada pagi hari, tepatnya pukul 08.00 WIB, kapal mereka tiba-tiba tersambar petir. Kilatan cahaya muncul dan langsung menghancurkan tiang tengah kapal. Api kemudian merambat ke bagian rumah kapal dan tempat bensin.
Saat itu, Bahar baru saja selesai masak dan ingin makan bersama ayahnya. Ia duduk sebentar sambil melihat pancing. Tiba-tiba, ayahnya mencoba menyalakan rokok, tetapi akhirnya memutuskan untuk tidur. Tak lama setelah itu, petir menyambar kapal mereka, dan api langsung menyala.
Perjuangan Mati-Matian
Dengan kondisi yang sangat membahayakan, Bahar dan ayahnya terjun ke laut. Di tengah kepanikan, Bahar berusaha menjauhi kapal sejauh sekitar 10 meter. Selama perjuangan tersebut, ia sempat berbicara dengan ayahnya. “Kubilang apa sakitnya pak, katanya enggak ada lah, baik-baik aja,” ujarnya.
Namun, ayahnya semakin lemas. Bahar kemudian mengambil kayu untuk membantu ayahnya naik. Sayangnya, kayu itu tidak cukup kuat dan jatuh. Dengan tubuh kecilnya, Bahar berjuang keras untuk berenang sambil menggendong tubuh ayahnya yang terluka bakar.

Renang 10 Meter Sambil Gendong Ayah
“Ku pegang punggungnya, ku nyelam, baru ku berenang 10 meter (menjauhi kapal yang terbakar-red),” kata Bahar. Ia juga berinisiatif memasukkan kaki ayahnya ke dalam celana pendek miliknya agar tidak hanyut akibat arus yang kuat.
Selama perjalanan, Bahar merasakan sakit karena luka bakar di kakinya terus bergesekan dengan kaki ayahnya. Meski begitu, ia tetap bertahan. “Kupikir enggak apa-apalah, yang penting kita selamat dulu,” ujarnya.
Setelah sekitar 10 menit berjuang, bantuan akhirnya datang dari nelayan sekitar. Mereka membawa Bahar dan ayahnya menggunakan kapal dan memberikan pertolongan pertama.
Bantuan dari Nelayan
Kasat Polairud Polres Bangka, AKP Arief Fabillah, menjelaskan bahwa Hasanudin sempat berteriak meminta tolong setelah kapalnya tersambar petir. Nelayan lain dari kapal KM Rafa Nelayan langsung membantu mereka dan menghubungi tim evakuasi.
Tim Gabungan berangkat menuju lokasi kejadian menggunakan speed lidah dan rubber boat. Sekitar pukul 11.15 WIB, Hasanudin diketahui sudah meninggal dunia akibat luka bakar di sekujur tubuh. Sementara itu, Bahar juga mengalami luka bakar dan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Depati Bahrin untuk penanganan lebih lanjut.
Kondisi Bahar Saat Ini
Di rumah sakit, Bahar duduk lemah di ranjang perawatan. Perban tampak membalut luka bakar di kaki dan lengan kirinya. Selang infus terpasang di tangannya. Meskipun kesakitan, pandangan matanya menunjukkan ketegaran. Bahar masih mengingat detik-detik tragis yang dialaminya, termasuk saat ia berjuang mati-matian untuk menyelamatkan ayahnya.


















