Wewangian sebagai identitas, budaya parfum Indonesia sesuaikan momen

AA1RRGsP



JAKARTA – Di tengah persaingan ketat di dunia parfum lokal yang kini semakin ramai dengan berbagai merek yang hadir dengan klaim kuat dan strategi pemasaran yang agresif, Budaya Parfum Indonesia menawarkan pendekatan yang lebih mendalam dan filosofis.

Bagi Iman Ratra, pendiri sekaligus inisiator Budaya Parfum Indonesia, parfum bukan sekadar aroma yang melekat pada tubuh. Baginya, parfum adalah medium untuk menciptakan makna dan menghadirkan pengalaman yang bermakna. Konsep ini terinspirasi dari tempat sederhana yang memiliki kekuatan simbolis, yaitu Bentara Budaya Jakarta. Dengan tagline #JauhLebihBermakna dan filosofi “#JernihMelihatDunia”, Budaya Parfum Indonesia ingin membuka wawasan baru tentang bagaimana aroma dapat memengaruhi persepsi orang lain terhadap diri seseorang.

Menurut Iman, jika membaca berita yang jernih bisa membuka cakrawala tanpa hoaks, maka menggunakan Budaya Parfum diharapkan mampu membuat seseorang menjadi lebih bermakna di mata orang lain. Ide ini lahir dari riset lapangan yang dilakukan oleh Iman dan tim pada September hingga Desember 2024 terhadap 50–100 responden di kawasan Cibubur. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak orang menggunakan parfum yang tidak sesuai dengan situasi, ruang, waktu, dan aktivitas mereka.

Misalnya, wangi yang terlalu kuat saat bekerja di ruang tertutup sering kali membuat rekan kerja merasa tidak nyaman. Di sisi lain, aroma lembut yang dibawa ke acara olahraga sering kali langsung hilang karena keringat dan udara terbuka. Untuk menjawab pola ini, Budaya Parfum Indonesia mengembangkan lima varian parfum yang masing-masing diciptakan untuk situasi tertentu.

Berikut adalah lima varian utama yang tersedia:

Budaya Kerja: Dirancang untuk pemakaian di dalam ruangan dengan aroma tembakau segar yang memberi kesan profesional dan matang.

Budaya Raga: Hadir untuk olahraga dan kegiatan luar ruang dengan karakter citrus lemon yang energik.

Budaya Pesta: Diperuntukkan untuk penggunaan malam hari dan acara formal melalui sentuhan amber-oud yang mencerminkan kemapanan.

Budaya Aura: Varian paling serbaguna yang cocok untuk semua kondisi, mulai pagi hingga malam, baik di ruang terbuka maupun tertutup. Aroma vanila, kopi, dan bunga yang memadukan kehangatan dan kesegaran.

Budaya Persona*: Perpaduan aroma vanilla, caramel, almond, serta aroma bunga yang menimbulkan kesan ceria. Sesuai dengan gaya hidup dinamis ala kelas pekerja.

Iman menjelaskan bahwa setiap aroma selalu menumbuhkan makna yang berbeda. Contohnya, transisi dari suasana profesional ke suasana santai, situasi yang sering dialami para pekerja urban. Di momen seperti ini, notes vanila menjadi pilihan paling aman karena Indonesia cenderung “vanilla-sentris”. Vanila dianggap “sopan dicium” dan lembut, tetapi tetap meninggalkan jejak yang mudah diterima oleh pemakai atau orang di sekitarnya. Inilah alasan mengapa Budaya Aura dan Persona menjadi salah satu varian yang paling efektif dalam menjembatani perubahan mood sepanjang hari.

Makna relasi berkelanjutan dan komitmen pada lingkungan

Makna relasi berkelanjutan menjadi fondasi penting dalam perjalanan Budaya. Budaya memiliki nilai adanya hubungan yang sangat dalam dari sobat budaya, sebutan untuk konsumen setianya. Budaya tidak hanya sekedar transaksi jual-beli, tetapi juga relasi yang dibangun kini dan nanti. Hal itu menegaskan bahwa budaya sebagai medium silahturahmi.

Sebelum berbicara tentang isu lingkungan, Iman menyatakan bahwa hal pertama yang harus dibuktikan adalah apakah produk benar-benar diterima konsumen. Pada periode 1 Februari–30 November 2025, terdapat 450 orang yang sudah “berbudaya”, termasuk yang melakukan pembelian berulang kali. Jawabannya terlihat dari layanan purnajual dan tingkat pembelian ulang. Setiap konsumen yang kembali atau “sobat budaya” adalah bukti bahwa parfum tersebut tidak hanya dibeli, tetapi juga benar-benar dipakai hingga tak tersisa.

Dari sinilah Budaya memperkenalkan program buyback botol dan boks yang memberikan potongan harga hingga Rp 25.000 untuk pembelian berikutnya. Program ini tidak hanya memberi keuntungan bagi konsumen, tetapi juga membantu efisiensi biaya produksi karena botol dapat diproses ulang. Lebih jauh lagi, langkah ini mengajak pengguna Budaya untuk ikut serta dalam pengurangan limbah kaca. Bagi Iman, inisiatif ini menjadi kontribusi kecil, tetapi konsisten terhadap lingkungan.

“Kami ingin keberlanjutan bukan sekadar jargon pemasaran, melainkan cermin dari bisnis yang berjalan dengan kesadaran dan menjadi budaya bagi seluruh sobat budaya. Jadi, nilai Budaya terus tumbuh dan melaju bersama konsumen,” imbuh Iman.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *