Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tengah yang Menggembirakan
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah berhasil mencapai angka 9,89 persen pada tahun 2024. Meski angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan, namun tidak semua pelaku usaha kecil menengah (UMKM) merasakan manfaatnya secara langsung.
Dari lebih dari 700 ribu UMKM yang tercatat di daerah tersebut, sebagian besar masih beroperasi sendiri dengan modal yang terbatas dan akses pasar yang kurang memadai. Hal ini menjadi tantangan yang harus diatasi agar UMKM dapat berkembang dan berkontribusi lebih besar dalam perekonomian daerah.
Untuk menjembatani kesenjangan tersebut, digelar acara Business Matching PABETA 2025. Acara ini diselenggarakan oleh Inkubator PABETA dengan tujuan mempertemukan pelaku UMKM dengan industri modern, perbankan, retail, hotel, hingga regulator. Acara ini berlangsung di Tanaris coffee, Jl Juanda, Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, pada hari Sabtu (6/12/2025).
Ketua Pelaksana PABETA, Irfan, menyampaikan bahwa program inkubasi tahun ini diikuti oleh 150 peserta dari seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Setelah melalui proses seleksi administrasi, uji produk, dan wawancara, hanya 25 UMKM yang dinyatakan siap naik kelas. Mereka telah mengikuti pelatihan teknis, coaching clinic, pendampingan lapangan, hingga kelas public speaking yang profesional.
“Hari ini menjadi momentum untuk menguji kesiapan mereka langsung di hadapan calon mitra,” ujar Irfan.
Peran Pemerintah dalam Mendukung UMKM
Sekretaris Provinsi Sulteng, Novalina, menegaskan bahwa struktur ekonomi daerah masih timpang karena UMKM belum terhubung ke rantai nilai industri. Menurutnya, industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar PDRB, tetapi UMKM belum masuk dalam arus nilai tersebut.
Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak memiliki pilihan selain memastikan UMKM mendapatkan akses pasar yang lebih besar dan berkelanjutan.
Masalah Klasik UMKM
Kepala OJK Sulteng, Bonny Hardi Putra, menyoroti tiga masalah klasik yang dihadapi UMKM, yaitu rendahnya literasi keuangan, terbatasnya pembiayaan, dan kesiapan digital yang belum merata. Ia menekankan bahwa UMKM harus terkoneksi ke ekosistem keuangan modern mulai dari pencatatan digital hingga transaksi cashless.
Ia menilai PABETA sebagai contoh kolaborasi konkret antara pelaku usaha, lembaga keuangan, dan regulator.
Kemitraan sebagai Kebutuhan
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulteng, Sisliandy Ponulele, menegaskan bahwa Business Matching bukan hanya pertemuan bisnis, tetapi mekanisme strategis untuk memperkuat struktur usaha. Ia menilai bahwa UMKM tidak bisa lagi berjalan sendiri dan harus masuk jaringan distribusi modern serta memenuhi standar industri.
Ia berharap kemitraan hari ini mencakup pembiayaan, kurasi produk, distribusi ke hotel/restoran, hingga kerja sama jangka panjang.
Mitra Besar Hadir dalam Acara
Business Matching PABETA 2025 menghadirkan banyak mitra strategis. Di antaranya adalah:
- BSI
- BNI
- Bank Sulteng
- Alfamidi
- Alfamart
- Grand Hero
- Bumi Nyiur
- Palu Mitra Utama
- Hotel Santika
- Aston
- Best Western
- RM Doda
- OJK
- Balai POM
- PHRI
- Instansi perindustrian
Setiap UMKM melakukan pitching produk, menjelaskan keunggulan, sekaligus membuka peluang kerja sama dengan calon pembeli industri.
Peluang Baru bagi UMKM Sulteng
Koordinator PABETA, Mardiyah, menegaskan bahwa pendampingan tidak berhenti pada acara hari ini. PABETA akan menyiapkan program lanjutan untuk membantu UMKM menindaklanjuti kemitraan. Mulai dari perbaikan standar produk, sertifikasi, penguatan laporan keuangan, hingga integrasi digital.
“Tujuan kami bukan hanya menampilkan UMKM, tapi memastikan mereka benar-benar masuk pasar modern dan bertahan di dalamnya,” ucapnya.
Menuju Ekonomi yang Lebih Inklusif
Pemerintah Provinsi Sulteng, OJK, dan PABETA berharap Business Matching 2025 menjadi pijakan penting untuk mendorong UMKM masuk ke rantai pasok industri modern. Dalam beberapa tahun ke depan, diharapkan semakin banyak produk lokal Sulteng tampil di rak retail nasional, tersaji di hotel dan restoran, serta mampu bersaing di pasar luar daerah.



















