Pertunjukan Rahim: Dari Narasi ke Pementasan

AA1RRyb7

AA1RRAtF

Pengangkatan Cerpen “Rahim” ke Panggung Teater

Pertunjukan teater dengan judul “Rahim” yang diangkat dari cerpen karya Cok Sawitri, menjadi salah satu karya yang menarik perhatian publik. Pertunjukan ini digelar oleh Skena Aktor dan dipentaskan di Gedung Kesenian Rumentang Siang pada 27 November 2025. Diperankan dan disutradarai oleh Renny Handayani Safitri bersama Agus Injuk, pertunjukan ini menghadirkan konflik psikologis yang kuat dan memperlihatkan ketegangan antara individu dan sistem.

Dalam cerita, tokoh utamanya adalah Nagari, seorang jurnalis berusia 30 tahun. Ia memiliki pikiran tajam dan kritik terhadap tindakan-tindakan sewenang-wenang yang tidak manusiawi. Suatu hari, ia dijemput oleh tiga orang tak dikenal dan dibawa ke bangunan kosong. Di sana, ia dimasukkan ke ruang interogasi. Di sini, ia ditanyai tentang hal-hal yang tidak ia pahami, yang jauh dari dugaannya. Bukan karena tulisan-tulisannya, tetapi karena operasi pengangkatan rahim yang pernah ia lakukan.

Bagi Nagari, operasi tersebut merupakan tindakan medis biasa karena adanya tumor. Namun bagi pihak lain, operasi itu dianggap sebagai bagian dari konspirasi politik bawah tanah. Mereka percaya bahwa gerakan perempuan membuang rahim untuk mencegah kelahiran generasi baru dan mengganggu stabilitas negara. Nagari tidak memahami mengapa tindakan medis pribadi dianggap sebagai ancaman nasional.

Akhirnya, Nagari dipaksa untuk bungkam dan menerima rekayasa perlawanan terhadap aksi gerakan antikelahiran generasi baru. Kisah-kisah penculikan yang sering ia dengar, kini ia alami sendiri. Baginya, tidak ada sesuatu yang perlu dijelaskan; meskipun jauh dari dugaan, ia paham bahwa apa yang terjadi terhadap dirinya adalah rencana yang telah disiapkan. Dunia telah menciptakan strategi politik liar yang bukan kehendaknya.

Inti Dramatik dalam Pertunjukan

Teks drama yang awalnya berasal dari cerpen bertitimangsa tahun 1990-an ini secara tematis dan ungkapan bahasa cukup menarik dikaji. Transformasi dari teks naratif yang cenderung introspektif dan puitis menuju pertunjukan visual merupakan tantangan besar bagi sutradara—sekaligus aktor. Terutama karena penceritaan cerpennya tidak bertumpu pada aksi fisik, melainkan pada ketegangan batin, paranoia negara, serta perampasan kedaulatan atas tubuh perempuan.

Namun, pementasan ini justru memanfaatkan kualitas tersebut sebagai kekuatan. Tubuh (gesture) aktor Renny yang bergetar antara ketakutan dan perlawanan, ruang hampa yang dibangun penata artistik Ade Syarifudin dan Satjadipoera (Wa Darto). Sahaya yang dominan kuning redup dari penata cahaya Ali Nurdin, serta multimedia tataan Director of Visual Art Isma Bim-Bim yang menggambarkan ruang pengap dengan lampu 25 watt-nya yang berukuran besar. Semua itu membangun dramatik pertunjukan.

Aktor Agus Injuk sebagai penginterogasi, secara visual tidak ditampilkan di panggung, tetapi suaranya jelas menciptakan imaji tersendiri ketika Nagari harus berhadapan dengan kekuasaan. Adegan Nagari yang “berhadapan” dengan suara aparat merupakan inti dramatik cerita ini.

Komunitas Skena Aktor

Dalam pertunjukan ini, Renny telah berhasil mempertahankan struktur inti cerpen dan mengubahnya menjadi peristiwa teatrikal. Sejatinya, pertunjukan “Rahim” menjadi karya nyata bagi komunitas/sanggar Skena Aktor yang didirikan oleh Renny Handayani sejak 2020. Lewat programnya, sebagaimana tertulis dalam liflet pertunjukan, Skena Aktor yang bergerak di bidang pelatihan seni dan budaya ini merekrut anggota usia anak hingga remaja dan dewasa (7-30 tahun).

Semula bernama Inside Art School, Skena Aktor memberikan pelatihan yang meliputi akting, tari (modern/tradisi), seni rupa, musik, modeling (fashion), fotografi, sinematografi, dan penulisan. Melalui berbagai program ini, Skena Aktor terus berkomitmen untuk mengembangkan bakat dan minat anak-anak, remaja, serta dewasa dalam dunia seni dan budaya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *