Ulasan Film Pyramid Game
A. Unsur Ekstrinsik
1. Latar Penulis
Drama ini diadaptasi dari webtoon yang berjudul sama, karya Dalgonyak. Webtoon “Pyramid Game” pertama kali dirilis pada Januari 2020 di platform Naver Webtoon dan berakhir pada April 2022. Drama ini mengambil alur cerita dari webtoon tersebut dengan memperkaya detail dan karakter.
2. Pengaruh lingkungan / Poleksosbud Hankam
Drama ini menyentuh isu sosial nyata seperti bullying, kesenjangan sosial, dan hierarki sosial di sekolah. Dengan menggambarkan bagaimana sistem voting popularitas bisa menciptakan diskriminasi dan kekerasan terstruktur, drama ini menjadi refleksi kondisi dan tekanan sosial di kalangan remaja. Isu-isu seperti popularitas, tekanan teman sebaya, isolasi, dan kekerasan moral/fisik disentuh dalam bentuk narasi yang mendalam. Hal ini menunjukkan dampak sosiologi dan budaya, termasuk norma sosial dan penerimaan sosial.
Dengan demikian, drama ini menyentuh aspek polemik sosial-budaya di mana sekolah, yang seharusnya menjadi tempat pendidikan, justru menjadi arena ketidakadilan, kekerasan, dan persaingan berbahaya.
B. Unsur Intrinsik
1. Judul
Judul drama ini adalah Pyramid Game, sesuai dengan nama sistem peringkat sosial di dalam cerita yang menentukan posisi setiap siswi di sekolah.
2. Pengarang / Penulis Naskah
Drama ini ditulis oleh Choi Soo-yi, yang mengadaptasi cerita dari webtoon populer karya Dalgonyak.
3. Produksi
Drama diproduksi oleh Film Monster dan CJ ENM Studios. Kedua rumah produksi ini dikenal menghasilkan drama dengan kualitas visual dan sinematografi yang kuat, terutama untuk genre thriller dan misteri seperti Pyramid Game.
4. Tahun Rilis
Drama ini dirilis pada tahun 2024, dengan penayangan perdana pada 29 Februari 2024.
5. Durasi
Total ada 10 episode, masing-masing berdurasi sekitar 49 hingga 64 menit.
6. Tokoh
Tokoh utama dalam drama ini antara lain:
– Sung Soo Ji – siswi baru yang menjadi pusat cerita.
– Baek Ha Rin – siswi populer yang berada di puncak piramida sosial.
– Myung Ja Eun – siswi pendiam yang menyimpan banyak rahasia.
Karakter pendukung lainnya meliputi siswa-siswi dalam kelas 2–5 yang memperlihatkan berbagai peran seperti pelaku bullying, penonton, dan korban.
7. Penokohan
Sung Soo Ji digambarkan sebagai sosok kuat yang mencoba bertahan dalam lingkungan baru yang penuh tekanan. Ia berani melawan sistem meski sering berada di posisi lemah. Baek Ha Rin tampil sebagai tokoh antagonis yang tampak sempurna dan karismatik namun menyimpan sisi manipulatif serta mengontrol siswi lain. Myung Ja Eun merupakan sosok yang tampaknya lemah tetapi memiliki lapisan emosi kompleks, menunjukkan dampak psikologis dari tekanan sosial. Para siswi lain menjadi penguat cerita: ada yang menjadi pengikut buta, korban pengucilan, atau karakter abu-abu yang hanya ingin bertahan.
8. Alur
Alur cerita bersifat progresif dan linear, berawal dari kedatangan Soo Ji sebagai murid baru. Ia dipaksa mengikuti sistem “Pyramid Game”, yaitu voting bulanan untuk menentukan peringkat sosial siswa. Nilai rendah menjadikannya target bullying. Konflik berkembang saat Soo Ji mulai melawan sistem tersebut dan mengungkap kejahatan yang disembunyikan para siswi populer. Cerita menanjak menuju klimaks penuh ketegangan dan intrik.
9. Point of View (Sudut Pandang)
Sudut pandang drama berfokus pada perspektif korban, terutama pengalaman Sung Soo Ji. Dengan demikian, penonton diajak merasakan tekanan, ketidakadilan, dan kesepian yang dialami korban bullying. Tujuannya agar penonton dapat bersimpati sekaligus memahami dampak sosial dari Pyramid Game.
10. Amanat / Pesan Moral
Drama ini memberikan pesan bahwa:
– Sistem sosial yang tidak adil dapat memicu kekerasan dan diskriminasi.
– Bullying bukan hanya masalah individu, tetapi masalah struktur sosial dan budaya sekolah.
– Keberanian untuk melawan ketidakadilan adalah langkah penting untuk menghentikan kekerasan.
– Popularitas tidak boleh menjadi ukuran nilai diri seseorang.
– Empati dan solidaritas jauh lebih penting.
11. Tata Busana
Kostum yang digunakan dominan berupa seragam sekolah, yang mencerminkan lingkungan SMA elit. Namun, kostum juga digunakan untuk menegaskan status sosial: siswi populer tampil lebih rapi dan fashionable, sementara siswa kelas bawah terlihat lebih sederhana atau berantakan. Pemilihan wardrobe memperkuat karakter dan suasana cerita.
12. Tata Cahaya
Tata cahaya cenderung gelap dan kontras, menciptakan atmosfer tegang khas thriller sekolah. Adegan bullying atau penyiksaan psikologis sering menggunakan cahaya redup untuk mempertebal nuansa teror dan kecemasan. Sebaliknya, cahaya yang terang digunakan di area sekolah untuk menunjukkan betapa ironisnya kekacauan mereka yang tersembunyi di balik lingkungan yang tampak normal.
13. Penilaian (Positif & Negatif)
Positif:
– Cerita kuat dan sangat relevan dengan isu sosial modern.
– Akting para pemeran memuaskan, terutama antagonis dan protagonis.
– Plot menegangkan dan tidak mudah ditebak.
– Sinematografi dan atmosfer visual mendukung ketegangan.
Negatif:
– Tema bullying cukup berat dan bisa memicu trauma bagi sebagian penonton.
– Beberapa adegan terasa ekstrem dan gelap.
– Fokus pada konflik antarsiswa membuat peran orang dewasa atau pihak sekolah terkesan minim.
C. Penilaian Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan / aspek positif
– Relevansi sosial: Pyramid Game menyoroti isu nyata seperti bullying, popularitas, tekanan sosial di sekolah — penting untuk menyadarkan penonton.
– Karakter dan konflik kuat: Penokohan jelas — korban, pelaku, outsider, dan dinamika kelompok membuat cerita terasa nyata dan emosional. Konflik dan ketegangan dibangun baik.
– Plot menarik & menegangkan: Sistem “voting popularitas” sebagai mekanisme cerita membuat drama berbeda dari drama bullying biasa lebih “bermain di psikologis” dan survival.
– Cast muda & akting menjanjikan aktor/aktris baru memberi kesan segar; karakter antagonis dan protagonis bisa terasa realistis.
Kekurangan / aspek negatif / potensi kritik
– Tema berat & atmosfir gelap — bisa membuat penonton merasa depresi, terutama jika pernah mengalami bullying; belum tentu cocok untuk semua penonton (remaja sensitif, penonton muda).
– Resiko klise / stereotip — cerita bullying di sekolah sudah sering diangkat; ada kemungkinan perbandingan dengan drama sejenis membuat bagian tertentu terasa klise kalau tidak ditangani secara mendalam.
– Fokus pada konflik antar siswa saja — kadang aspek seperti tanggung jawab sekolah, orang tua, sistem pendidikan, lingkungan luar sekolah kurang disorot (meskipun ini juga bagian dari realitas). Ini membuat solusi atau resolusi dramanya terbatas pada individu, bukan perubahan sistemik.
– Kemungkinan kekerasan emosional/psikologis ekstrem — untuk beberapa penonton, adegan bullying bisa terlalu keras dan traumatis.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Pyramid Game adalah drama yang berani dan penting — menawarkan narasi sosial realistis terhadap masalah bullying, popularitas, dan tekanan struktural di sekolah. Meskipun temanya gelap dan berat, dramanya efektif menyentuh emosi dan memberi ruang refleksi bagi penonton. Cocok untuk yang ingin tontonan dengan konflik sosial, psikologis dan bukan sekedar romance remaja biasa.



















