JAKARTA – Ayu Ting Ting akhirnya angkat bicara mengenai isu yang sering muncul di media sosial, yaitu dirinya disebut sebagai “ATM berjalan” untuk keluarganya. Dalam wawancara dengan host podcast Comic 8 Revolution, ia menegaskan bahwa tindakannya membantu orang tua adalah bentuk rasa hormat dan kasih sayang.
“Lah, itu memang sudah tugas gue sebagai anak. Selain itu, gue ikhlas melakukannya,” ujar Ayu dalam wawancara yang tayang pada November 2025. Ia juga menegaskan bahwa tidak ada niatan untuk dipandang sebagai sumber dana keluarga, melainkan keinginan untuk memenuhi kebutuhan orang tua sekaligus memberi kenyamanan bagi mereka.
Dalam sesi tersebut, Ayu menyampaikan bahwa setiap orang memiliki prinsip hidup yang berbeda. Ia meminta publik untuk tidak mengkritik keluarganya dengan menyebut mereka memperalat dirinya sebagai ATM berjalan. “Gue mah merajakan orangtua gue terlebih dahulu,” tambahnya.
Isu ini muncul setelah beberapa kali Ayu membuat pernyataan tentang kewajibannya sebagai anak. Misalnya, saat ia pernah menyampaikan bahwa ia tidak keberatan terus bekerja, bahkan jika suaminya meminta berhenti dengan syarat sang suami ikut membiayai keluarga besarnya.
Menurut Ayu, semua komentar negatif itu sebenarnya tidak berdasar. Ia sendiri merasa membantu orangtua adalah hal yang wajar dan membuatnya bahagia. “Kenapa, lu ada masalah apa?” tegas Ayu, yang menunjukkan sikapnya yang keras terhadap hujatan yang datang dari netizen.
Selain itu, Ayu juga menyoroti bagaimana candaan atau ucapan internal keluarga sering kali salah ditafsirkan oleh netizen. Contohnya, saat ia membuatkan burger untuk ibunya, komentar di internet justru menyalahartikan. “Anak udah disuruh kerja, masih disuruh bikin burger,” ujar Ayu menirukan komentar netizen.
Ia menegaskan bahwa itu hanyalah momen hangat keluarga yang seharusnya tidak dibesar-besarkan. “Padahal kita bener-bener pengin bikinin makanan buat keluarga kita. Tapi orang-orang komennya aneh-aneh gitu, enggak boleh kerja lah, apa,” sambungnya.
Ayu juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap komentar-komentar yang menyasar keluarganya. Ia mengaku tidak selalu membaca komentar tersebut, tetapi sesekali melihatnya tanpa sengaja saat sedang berselancar di media sosial. Perasaan kesal itu muncul setiap kali ada hinaan yang menyasar keluarganya.
“Kalau ngebacain komen (haters) sih nggak ya kak, tapi kalau kita buka nggak sengaja, itu manusiawi, kalau Ayu lagi kesel, gedek, lagi senggang, ada yang ngehina orang tua Ayu, Ayu ladenin,” ucap Ayu.
Ia menegaskan bahwa dirinya tidak tinggal diam ketika hinaan sudah menyasar orang tua maupun anak semata wayangnya. Situasi emosional sering membuatnya memilih untuk membalas komentar pedas tersebut secara langsung.
“Ngehina anak, orang tua, ibaratnya kalau kita lagi sedeng, ladenin aja,” tandas biduan 33 tahun itu.
Ayu kemudian mengingat salah satu komentar yang paling membekas di benaknya ketika seorang haters menyebutnya sebagai “ATM keluarga”. Penyanyi asal Depok itu sempat menutup mata sejenak saat menceritakan komentar itu seakan menahan kesal.
“Rata-rata orang tuh kayak, ‘lu tuh dijadikan ATM sama keluarga lu, sama orang tua lu’,” bebernya.
Respons pedas Ayu pun langsung melayang menjawab tudingan tersebut. Ia menegaskan bahwa sikapnya terhadap keluarga lahir dari keikhlasan, bukan paksaan ataupun eksploitasi.
“Lha kok nulis kayak gitu, lha memang jadi tugas gue sebagai anak, dan gue ini ikhlas kenapa? Lu ada masalah apa?” pungkasnya.
Host Lapor Pak! itu menuturkan bahwa membantu orang tua adalah prinsip yang selalu ia pegang sejak lama dan bukan tindakan yang perlu dipermasalahkan. Pemahamannya tentang rezeki membuatnya merasa wajib membahagiakan keluarga terlebih dahulu.
“Gue ada duit, Mak, Bapak gue pakein apa yang bisa dipakai, bukan berarti kaya atau seneng sendiri, gue mah ngerjain orang tua gue dulu, prinsip orang kan beda-beda,” urai sang biduan.
Ayu menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa prioritas hidupnya tetap keluarga yang sudah mendukungnya sejak awal karier. Ia merasa tidak perlu membuktikan apa pun kepada publik, terutama pada mereka yang hanya melihat dari luar tanpa memahami kondisi sebenarnya.


















