Pendidikan karakter menjadi isu yang semakin mendesak di tengah tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang cepat. Di tengah arus modernisasi, pentingnya pembentukan kepribadian yang kuat dan berakhlak mulia semakin diperlukan. Hal ini disadari oleh banyak ahli pendidikan, termasuk Dr. Hj. Chusna Arifah, S.Pd., M.Pd.I., yang mengatakan bahwa pendidikan karakter bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi utama dalam membentuk manusia yang tangguh.
Kronologi Lengkap
Di MAN 1 Ciamis, Dr. Chusna Arifah, seorang guru Ekonomi dan Akuntansi, telah lama mendorong integrasi nilai-nilai karakter ke dalam kurikulum. Ia percaya bahwa siswa perlu dilatih untuk memiliki kejujuran, tanggung jawab, empati, dan semangat kerja keras sejak dini. Nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan di kelas, tetapi juga diterapkan dalam kebiasaan sehari-hari.
Dalam wawancara dengan infopriangan.com (17/7/2025), ia menyampaikan bahwa pendidikan karakter adalah cara membangun manusia, bukan sekadar menciptakan nilai ujian. Strategi yang diterapkannya mencakup sosialisasi ajaran baru yang menggabungkan nilai akhlak dengan budaya lokal dan kebutuhan zaman. Selain itu, ia juga aktif dalam pelatihan guru dan pendidikan orang tua, karena ia percaya bahwa pendidikan karakter harus dilakukan secara kolaboratif antara sekolah dan rumah.
Mengapa Menjadi Viral?
Isu pendidikan karakter semakin viral karena kesadaran akan dampak negatif dari pendidikan yang terlalu menitikberatkan pada akademik tanpa memperhatikan aspek moral dan spiritual. Dalam konteks global, banyak negara telah menerapkan pendidikan karakter sebagai bagian dari kurikulum mereka. Di Indonesia, hal ini mulai digeliatkan, terutama setelah adanya kebijakan Kurikulum Merdeka yang menekankan pembentukan karakter.
Selain itu, peningkatan kasus-kasus korupsi, narkoba, dan tindakan kriminal di kalangan remaja membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya pendidikan karakter. Isu ini juga ramai dibahas di media sosial, di mana banyak netizen menyuarakan pentingnya mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada generasi muda.
Respons & Dampak
Respons terhadap isu pendidikan karakter bervariasi. Banyak pihak, termasuk para tokoh pendidikan dan aktivis, mendukung langkah seperti yang dilakukan oleh Dr. Chusna. Namun, ada juga yang mengkritik bahwa pendidikan karakter sering kali dianggap sebagai wacana kosong tanpa implementasi nyata.
Dampak dari pendidikan karakter yang baik bisa sangat luas. Mulai dari peningkatan kesadaran moral, pengurangan tingkat kejahatan, hingga peningkatan kualitas hidup individu dan masyarakat. Di sisi lain, jika tidak diterapkan dengan benar, pendidikan karakter bisa menjadi alat manipulasi atau pemaksaan nilai-nilai tertentu.
Fakta Tambahan / Klarifikasi
Beberapa data menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan holistik. Seperti yang dijelaskan oleh Nahdlatul Ulama (NU), pendidikan karakter harus didasarkan pada nilai-nilai agama, budaya lokal, dan kebutuhan zaman. Pendekatan ini mengacu pada konsep pendidikan holistik yang mencakup aspek spiritual, intelektual, emosional, dan sosial.
Dr. Chusna sendiri telah menerbitkan beberapa buku yang menjadi referensi penting bagi pendidik. Salah satunya adalah “Karakter Kasidah Burdah Energi Akhlak Nabi”, yang mengangkat nilai-nilai luhur dari syair klasik dan mengaitkannya dengan pembentukan karakter. Buku-buku ini menjadi bukti bahwa pendidikan karakter bukanlah wacana belaka, tetapi bisa diwujudkan melalui karya tulis dan praktik nyata.
Penutup
Pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak di Indonesia karena tantangan sosial dan moral yang semakin kompleks. Dengan pendekatan yang tepat, seperti yang dilakukan oleh Dr. Chusna, pendidikan karakter dapat menjadi fondasi untuk menciptakan generasi yang tangguh dan berakhlak. Masyarakat kini menantikan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan lembaga pendidikan untuk menjadikan pendidikan karakter sebagai prioritas utama.



















