Banjir besar yang melanda Aceh dan Sumatera Utara telah menewaskan 174 orang, dengan 79 orang hilang dan 12 lainnya mengalami luka-luka. Bencana ini terjadi akibat curah hujan tinggi yang memicu banjir bandang dan longsor, mengakibatkan akses transportasi terputus di sejumlah titik.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto menyampaikan data terkini dalam konferensi pers di Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Jumat (28/11/2025). Ia menjelaskan bahwa jumlah korban meninggal dunia mencapai 174 orang, sementara 79 orang masih dalam pencarian. “Data ini akan terus berkembang, masih ada lokasi yang belum dapat ditembus,” ujarnya.
Sumatera Utara menjadi provinsi paling parah terdampak bencana ini. Dari total korban meninggal, 116 orang berasal dari wilayah tersebut. Sebaran korban meninggal adalah sebagai berikut: Tapanuli Utara (11 orang), Tapanuli Tengah (51 orang), Tapanuli Selatan (32 orang), Kota Sibolga (17 orang), Humbang Hasundutan (6 orang), Kota Padang Sidempuan (1 orang), dan Pakpak Barat (2 orang). Sementara itu, Mandailing Natal tidak melaporkan korban jiwa.
Akses transportasi terganggu akibat banjir dan longsoran tanah. Jalur nasional Sidempuan–Sibolga dan Sipirok–Medan terputus di beberapa titik. Di Mandailing Natal, jalan Singkuang–Tabuyung serta Bulu Soma–Sopotinjak juga tidak dapat dilalui. Pemerintah daerah dan BNPB telah mengerahkan alat berat untuk membuka akses desa-desa yang terisolir.
Penyaluran logistik ke wilayah terdampak dilakukan secara intensif. Logistik mencakup beras, makanan siap saji, tenda, terpal, serta perlengkapan keluarga. Bantuan Presiden berupa alat komunikasi, genset, LCR, hingga kompresor juga telah disalurkan. BNPB juga menurunkan pesawat Caravan dan helikopter Airbus EC 155 untuk distribusi logistik dan dukungan alat berat.

Sistem telekomunikasi turut terdampak, mengakibatkan keterlambatan pendataan dan distribusi bantuan. Untuk mengatasi hal ini, BNPB mengerahkan perangkat Starlink di lokasi pengungsian dan posko penanganan darurat.
Di Aceh, BNPB mencatat 35 warga meninggal dunia, 25 hilang, dan 8 luka-luka. Korban terbanyak berasal dari Bener Meriah, Aceh Tenggara, dan Aceh Tengah. Salah satu jalan yang putus akibat banjir terlihat di Kabupaten Bener Meriah, Aceh.

Proses evakuasi terhadap korban banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua masih terus dilakukan. Mayoritas korban lanjut usia (lansia) tertahan karena akses evakuasi yang sulit. Tim dari Kodam XVII/Cenderawasih menyisir sejumlah lokasi dan menemukan sejumlah korban lansia yang belum terevakuasi. Salah satunya adalah pasangan suami-istri berusia 85 tahun dan 70 tahun yang rumahnya telah terkepung banjir.
“Proses evakuasi berlangsung dramatis. Pukul 18.00 WIT tim evakuasi berhasil mengevakuasi sepasang lansia tersebut ke mako kompi dalam keadaan aman dan lancar,” kata Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi.
Selain itu, pada pagi tadi seorang nenek bernama Friskila Wally (66) juga dievakuasi dari rumahnya di Kampung Asei Kecil, Distrik Sentani Timur. Dia tertinggal sendirian di rumahnya yang terkepung banjir. Serka Supriyadi dari Babinsa Ramil 1701-01/Sentani menggunakan perahu tradisional untuk mencapai lokasi rumah Friskila. Saat ini Mama Friskila sudah berada di lokasi pengungsian di Telaga Maya.

Menurut analisis, dampak banjir terhadap masyarakat sangat signifikan. Ribuan warga terdampak, infrastruktur rusak, dan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, serta tempat tinggal harus segera dipenuhi. Pemerintah dan lembaga bantuan sedang bekerja keras untuk memastikan distribusi bantuan berjalan efisien.
Respons publik terhadap bencana ini cukup besar. Banyak warga memberikan donasi, baik langsung maupun melalui platform online. Tagar seperti #PrayForSumatera dan #BanjirSumatera sering muncul di media sosial, menunjukkan rasa empati dan dukungan dari masyarakat luas.

Pemerintah daerah dan BNPB terus mempercepat proses evakuasi dan pendataan korban. Pemulihan infrastruktur dan layanan dasar menjadi prioritas utama. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti anjuran pemerintah terkait keamanan dan kesehatan.
Dalam waktu dekat, pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap respons bencana dan menyiapkan langkah-langkah pencegahan untuk masa mendatang. Semoga bencana ini dapat segera berlalu dan masyarakat bisa kembali merasa aman dan nyaman.



















