Pada Rabu (26/11), kebakaran maut melanda kompleks apartemen Wang Fuk Court di Hong Kong, menewaskan sedikitnya 94 orang. Kesaksian para penghuni mengungkapkan bahwa mereka tidak mendengar alarm kebakaran saat api mulai berkobar, sehingga memperparah situasi darurat.
Salah satu penghuni apartemen, Suen, mengatakan bahwa dirinya dan warga lainnya harus berkeliling dari pintu ke pintu untuk memberitahu tetangga tentang kebakaran. “Api menyebar begitu cepat. Saya melihat satu selang mencoba menyelamatkan beberapa bangunan, dan saya merasa itu terlalu lambat,” ujarnya kepada AFP. Ia juga menjelaskan bahwa para penghuni sibuk membunyikan bel pintu, mengetuk pintu-pintu, dan memberi tahu tetangga untuk segera pergi.
Seorang warga lainnya, Yuen, yang berusia 65 tahun, mengungkapkan bahwa lingkungan tempat tinggalnya banyak dihuni para lansia yang menggunakan kursi roda dan alat bantu jalan. Dia menuturkan bahwa karena kompleks apartemen sedang dalam perbaikan, banyak penghuni menutup jendela mereka, yang mungkin membuat mereka tidak mendengar alarm kebakaran.

Selain itu, Veezy Chan (25), seorang warga di area tersebut, menyampaikan bahwa ia menyaksikan api menyebar dari satu gedung menjadi tiga, lalu empat gedung. “Saya benar-benar merasa ini sangat menakutkan. Sungguh mengerikan,” katanya. Kesaksian ini menunjukkan betapa cepatnya api menyebar, bahkan hingga malam hari.
Beberapa penghuni lainnya mengungkapkan bahwa mereka tidak menduga bahwa api akan menyebar ke bangunan lain akibat angin. Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran akan risiko kebakaran yang bisa terjadi jika sistem alarm tidak berfungsi dengan baik.

Menurut laporan, kebakaran melanda kompleks gedung apartemen di Wang Fuk Court, Tai Po, utara Hong Kong selama 10 jam pada Rabu. Insiden ini menjadi salah satu kebakaran paling mematikan dalam beberapa dekade di Hong Kong, wilayah dengan beberapa blok apartemen tertinggi dan terpadat di dunia.
Hingga kini penyebab kebakaran masih diselidiki. Namun, selama operasi penyelamatan Damkar menemukan beberapa lembar papan polistirena yang menutupi jendela di sejumlah apartemen. Papan polistirena ini sangat mudah terbakar dan membuat api menyebar dengan sangat cepat.

Kebakaran ini juga menimbulkan pertanyaan besar tentang efektivitas sistem alarm kebakaran di kompleks tersebut. Sekretaris Keamanan Hong Kong, Chris Tang, mengungkapkan bahwa alarm kebakaran di kompleks apartemen itu tidak berfungsi dengan baik. Ia memperkirakan penyelidikan bisa memakan waktu tiga minggu hingga empat minggu ke depan.
Dalam konferensi pers, Tang juga mengungkapkan bahwa perancah bambu dan jaring plastik yang terpasang di luar gedung sebagai bagian renovasi besar-besaran turut menjadi fokus penyelidikan. Selain itu, badan antikorupsi Hong Kong juga meluncurkan penyelidikan terhadap pengerjaan renovasi di kompleks apartemen tersebut.
![]()
Konsulat Jenderal Indonesia di Hong Kong mengonfirmasi bahwa dua korban tewas di antaranya adalah warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai pekerja rumah tangga migran di apartemen yang terbakar. Dua WNI lainnya mengalami luka-luka dan kini dalam kondisi stabil. KJRI Hong Kong terus memantau kondisi terkini dan memberikan bantuan bagi warga yang terdampak kebakaran.
Kesaksian para penghuni apartemen Hong Kong yang tidak mendengar alarm kebakaran menunjukkan pentingnya sistem peringatan dini yang efisien dan pengawasan ketat terhadap proses renovasi di gedung-gedung tinggi. Kebakaran ini menjadi peringatan keras akan perlunya peningkatan kesadaran akan keamanan dan keselamatan di lingkungan hunian padat penduduk seperti Hong Kong.



















