Melanjutkan Jejak di Rock In Solo 2025

Sejarah Baru di Rock In Solo 2025

Festival musik Rock In Solo 2025 sukses diselenggarakan di Benteng Vastenburg, Solo pada Sabtu (22/11) dan Minggu (23/11). Dalam penyelenggaraan yang memasuki tahun ke-21, festival ini menciptakan beragam sejarah. Para bintang tamu yang luar biasa, hingga penggemar yang selalu setia membuat acara ini menjadi momen yang tak terlupakan.

Pukau Mayhem

Band black metal veteran asal Oslo, Norwegia, Mayhem, mencatatkan sejarah di Rock In Solo 2025. Ini merupakan penampilan kedua Mayhem di Indonesia, setelah pernah beraksi di Jakarta pada 2015 silam. Sepuluh tahun berselang, Mayhem akhirnya kembali ke Indonesia. Kedatangan Attila Csihar dan kawan-kawan sangat spesial karena menjadi bagian dari perayaan 40 tahun Mayhem.

Dalam Rock In Solo 2025, Mayhem mengawali kemunculan dengan memutar video dokumenter perjalanan karier. Video kenangan para personel terdahulu diperlihatkan, lengkap dengan cuplikan yang jarang dipublikasi. Mayhem kemudian mulai menyelimuti Rock In Solo 2025 dengan kegelapan. Lagu-lagu yang dibawakan sebagai pembuka yakni Malum, Bad Blood, Milab, Psywar, Illuminate, Chimera.

Ribuan metalhead yang memadati Rock In Solo 2025 dibuat terpukau oleh Mayhem. Suara-suara kegelapan bercampur dengan aksi panggung yang teaterikal. Wajar penonton terpaku melihat keganasan Mayhem di atas panggung. Mayhem kemudian menyuguhkan My Death, Crystalized, Ancient Skin, Simbols, Freezing Moon, Life Eternal, dan DMDS. Sang vokalis, Attila Csihar sempat berganti wadrobe untuk menunjang penampilan.

Menu penutup yang dimainkan oleh Mayhem dengan sempurna yakni Funeral Fog, Deathcrush, Chainsaw, Carnage, dan PFA. Tidak terasa, lebih dari 90 menit Mayhem membawa kegelapan dan memukau penonton Rock In Solo 2025.

Selain Pukau yang Diberikan Mayhem

Rock In Solo 2025 juga digetarkan oleh beberapa band luar negeri seperti Stillbirth, Deez Nuts, Belphegor, dan sebagainya. Sengatan Jagoan Lokal Rock In Solo konsisten menampilkan band-band cadas dari dalam negeri selama penyelenggaraan. Nama baru hingga grup yang telah dikenal diajak berbagi panggung, menghibur pencinta musik metal, punk, hardcore, rock, dan lainnya.

Libero membuka Rock In Solo 2025 hari pertama, Sabtu (22/11) dengan energik. Panggung XXI kemudian digetarkan oleh Engage In Vengeance, dilanjutkan Innocent Voice yang memberi sajian metalcore impresif. Grup musik, Tendangan Badut juga menyuguhkan penampilan yang menyenangkan. Penonton dibuat betah memenuhi depan panggung XXI.

Menariknya, Panggung XXI di Rock In Solo 2025 didesain agar memungkinkan penonton bisa naik untuk melompat, two step, dan crowd surfing. Nama-nama lokal yang kemudian beraksi yakni Sprayer, menyebar virus demoncore, lalu Powerpunk dari Bandung yang mengundang hadirin untuk berpogo. Punk rockers kebanggaan kota Solo, MCPR juga tampil apik di Rock In Solo 2025. Hingga akhirnya beranjak malam, tugas Amorphous menyuguhkan lagu-lagu black metal yang menyita perhatian.

Band hardcore, Keep It Real juga menggila di Panggung XXI. Tidak sekadar membawakan lagu, Keep It Real ikut menyuarakan berbagai keresahan, salah satunya soal kejadian pembacokan terhadap personel band hardcore di Malang.

Hari pertama Rock In Solo 2025 ditutup dengan pesta selancar death metal ala Stillbirth. Band asal Jerman itu memang tengah menjalani tur Indonesia dengan singgah ke beberapa kota seperti Solo, Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Personel Stillbirth tidak sekadar tampil di Rock In Solo 2025, namun juga menyempatkan bercengkrama dengan penggemar. Stillbirth bahkan ikut moshing ketika beberapa band lokal beraksi, salah satunya Invicta.

Area Rajamala Stage

Area Rajamala Stage dibuka pada hari kedua Rock In Solo 2025 yakni Minggu (23/11). Tulisan ‘Karena Sejarah Belum Selesai Ditulis’ berukuran besar menyambut kedatangan metalhead di area tersebut. TremoRage membuka hari kedua Rock In Solo 2025 dengan agresif. Turbidity juga tampil brutal di siang hari, sama halnya dengan Crashead, Kid Monster yang menggetarkan panggung.

Rock In Solo 2025 hari kedua juga diramaikan oleh The Brandals, serta Serigala Malam dan DPMB yang menyatukan kekuatan, dilanjutkan dengan suguhan altar kegelapan dari Denisa.

Nyanyian massal terjadi ketika StereoWall mengambil alih panggung Rock In Solo 2025. Selanjutnya pentas milik Baladhugal, Jubah Hitam, dan Negatifa. Saat Rock In Solo 2025, Negatifa tampil sangat energik. Ini merupakan pertama kalinya band hardcore punk/powerviolence asal Jakarta itu beraksi di Solo.

Negatifa yang beranggotakan Darma (gitar), Epik (drum), Arian13 (vokal), dan Dimas (bass) itu memainkan sejumlah materi dari debut album di Rock In Solo 2025. Lagu yang dibawakan seperti, Crowdkilling?, Senioritas, Supremasi, Unity, dan lainnya. Pada jeda lagu, Arian13 menjelaskan singkat kisah di balik lagu-lagu Negatifa. Dia juga menyampaikan berbagai keresahan terhadap aparat, kekerasan, dan kejadian lain seperti aksi pembacokan terhadap personel band hardcore di Malang beberapa waktu lalu.

Negatifa kemudian memberi kejutan dengan membawakan sebuah lagu baru di Rock In Solo 2025. Akan tetapi, personel Negatifa belum menentukan judul untuk lagu tersebut.

Seusai Negatifa, giliran Eden Adversary, 510, Righting Wrong, Ugoslabier, MTAD, hingga Tariot, menguasai panggung Rajamala Stage. Akan tetapi, aksi panggung Deez Nuts sempat diwarnai oleh hujan deras. Hadirin pun berlarian ke pinggir venue untuk berteduh. Namun, ribuan penonton lainnya memilih bertahan menyaksikan Deez Nuts.

Grup musik, Sworn dan Godplant turut menarik perhatian pendengar yang memadati area XXI. Balik ke Rajamala Stage, Viscral tampil dengan kekuatan penuh, meski Eggi dalam kondisi cedera. Vokalis Eggi harus berada di kursi roda karena cedera. Dia membuktikan semangat pantang menyerah, bahkan berusaha berdiri di panggung saat lagu terakhir Viscral di Rock In Solo 2025.

Momen Penting Down For Life

Band metal asal Solo, Down For Life baru saja menjalani dua momen penting pada pekan ini. Pertama, menang AMI Awards 2025 untuk pertama kali. Kedua, kembali menaklukkan Rock In Solo 2025. Album Kalatidha milik Down For Life dinobatkan sebagai Album Metal Terbaik dalam ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2025 yang diadakan pada 19 November 2025.

Dalam kategori tersebut, Down For Life mampu mengungguli beberapa nominator lainnya seperti Enola – Commit Death, Taring Megatruh, Morgensoll – Colors, dan KUNTARI, Avhath – Ephemeral Passage. Vokalis Stephanus Adjie mengatakan bahwa ini merupakan pertama kalinya Down For Life memenangkan AMI Awards. Down For Life kemudian mempersembahkan piala tersebut untuk para korban kekerasan yang terjadi di Indonesia.

“Ini pertama kali kami menang AMI Awards, kami dedikasikan untuk korban kekerasan 1965, 1998, kerusuhan Agustus 2025, serta untuk masyarakat adat yang dirampas haknya oleh negara,” ungkap Stephanus Adjie saat Down For Life tampil dalam Rock In Solo 2025 di Benteng Vastenburg, Solo pada Minggu (23/11).

Down For Life meluncurkan Kalatidha via Blackandje Records pada 31 Mei 2025 lalu. Kalatidha bukan sekadar album tetapi perjalanan spiritual terbaru. Memaknai budaya dan spiritual Jawa tentang periode waktu kehidupan, era di mana tatanan budi pekerti, etika dan moral tidak lagi dianggap penting. Hal baik-buruk, benar-salah, semua dikesampingkan atas dasar nafsu keserakahan dan kekuasaan duniawi.

Down For Life saat ini menjadi sebuah kolektif beranggotakan 8 orang personel yaitu Stephanus Adjie (vokal), Rio Baskara (gitar), Isa Mahendrajati (gitar), Ahmad Ashar Jojo Hanafi (bass), Mattheus Aditirtono (bass), Muhammad Abdul Latief (drum), Adria Sarvianto (sequencer) dan Muhammad Firman Bolie Prasetyo (sequencer). Di tengah kesibukan panggung, Down For Life berhasil merampungkan Kalatidha selama 6 tahun dengan segala tantangan juga keterbatasan. Kalatidha dikemas dalam 10 komposisi musik yang keras, berat dan gelap.

Kalatidha merekam dengan jelas jejak spiritual terbaru dari 25 tahun perjalanan Down For Life. Perjalanan yang membawa kembali ke akar untuk membumi, sekaligus di saat yang bersamaan mengangkasa melepas kepal perlawanan penuh api.

Sebagai band kebanggaan Kota Solo, Down For Life menjadi salah satu penampil yang nyaris selalu hadir di Rock In Solo. Pada tahun ini, Down For Life mendapat kesempatan beraksi sebelum bintang tamu utama, Belphegor dan Mayhem. Meski Rock In Solo 2025 diguyur hujan, Down For Life tetap panas di atas panggung. Aksi beringas dan intens dipertunjukkan Down For Life, hadirin pun bertahan di moshpit meski kebasahan.

Band yang aktif sejak 1999 itu membawakan sejumlah lagu andalan di Rock In Solo. Beberapa di antaranya yakni, Children of Eden, Pasukan Babi Neraka, Prahara Jenggala, Sambernyawa, Kalatidha, hingga The Betrayal. Pada setiap jeda lagu, Down For Life menyampaikan banyak pesan, tentang kemanusiaan, perlawanan, hingga peduli lingkungan. Stephanus Adjie juga menyinggung soal kejadian pembacokan yang terjadi di kancah musik hardcore Malang beberapa hari lalu.

Demi Rock In Solo 2025, Down For Life ternyata juga menghadirkan sejumlah kejutan. Salah satunya yakni formula kolaborasi di atas panggung. Down For Life mengajak Arian 13 (Seringai/Negatifa) dan Novi Citra Indriyati atau Twister Angel (Sukatani) untuk membawakan lagu Mengadili Persepsi. Lagu milik Seringai itu dimainkan sebagai penghormatan untuk mendiang Ricky Siahaan yang berpulang 19 April 2025 di Tokyo.

“Lagu ini kami persembahkan untuk sahabat kami, Ricky Siahaan,” ucap Stephanus Adjie. Kejutan dari Down For Life di Rock In Solo 2025 tidak sampai di situ. Pemilik hit Pasukan Babi Neraka itu juga memutarkan video klip The Betrayal untuk pertama kali.

Belphegor Viral

Band metal asal Austria, Belphegor sempat viral di media sosial, khususnya di Instagram. Sebab, sebelum tampil di Rock In Solo 2025, Belphegor meminta berfoto di depan pohon pisang. Para personel mengaku belum pernah melihat pohon pisang sebelumnya. Tidak hanya itu, Belphegor juga kedapatan berbelanja di mini market. Foto-foto tersebut pun ramai diperbincangkan oleh netizen di media sosial.

Rock In Solo Ruang Aman Bagi Semua

Rock In Solo 2025 membuktikan bahwa festival musik cadas tetap bisa jadi ruang aman bagi semua, untuk segala usia. Penonton yang hadir tahun ini terdiri dari berbagai kategori usia, anak-anak hingga kakek-kakek. Salah satu hadirin yakni Pak Bambang yang berusia 73 tahun. Dia merupakan juru parkir yang memegang lifetime free pass dari Rock In Solo.

Kepuasan yang diberikan Rock In Solo 2025 tidak hanya berfokus pada panggung utama. Beberapa arena dihadirkan untuk memanjakan metalhead, seperti Rock Market, tenda-tenda yang menjual merchandise band, serta RocKitchen untuk tempat mengisi perut. Rock In Solo 2025 juga konsisten menyuarakan isu sosial, kemanusiaan, hingga lingkungan di berbagai sudut, termasuk lewat talkshow.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *