BANDAR LAMPUNG, KOMPAS β Fenomena semburan api misterius yang terjadi di Pulau Bacan, Halmahera Selatan, Maluku Utara, kini menjadi perhatian publik setelah viral di media sosial. Warga sekitar mengunggah video yang menunjukkan kobaran api yang muncul dari tanah, bahkan tetap menyala meski dihembus angin. Kejadian ini memicu kekhawatiran dan berbagai dugaan, termasuk kemungkinan aktivitas vulkanik. Namun, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memastikan bahwa fenomena tersebut bukan berasal dari aktivitas gunung api.
Fenomena ini pertama kali dilaporkan pada awal pekan lalu di Desa Amasing, Kota Barat, Pulau Bacan. Warga setempat awalnya mengira kejadian itu berkaitan dengan aktivitas vulkanik karena Pulau Bacan berada di kawasan Cincin Api Pasifik. Namun, setelah video tentang semburan api viral, Badan Geologi segera menurunkan tim untuk melakukan investigasi. Hasil pengamatan awal menunjukkan bahwa api yang muncul bukan berasal dari aktivitas magma atau vulkanik, melainkan reaksi pembakaran gas yang keluar dari celah tanah.
Menurut penjelasan Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid, tim gabungan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah melakukan penyelidikan mendalam. Dari hasil peta geologi regional Lembar Bacan yang disusun oleh Aswan Yasin pada tahun 1980, diketahui bahwa Gunung Sibela, tempat semburan api terjadi, tidak terdiri dari batuan gunung api. Sebaliknya, Gunung Sibela merupakan bagian dari Kompleks Metamorf Sibela, yang terbentuk dari batuan tua pada zaman kapur, antara 145 hingga 66 juta tahun lalu.
“Kompleks Metamorf Sibela terdiri dari sekis klorit, sekis epidot-klorit, sekis hornblende, dan lainnya. Batuan ini tidak memiliki sifat vulkanik,” jelas Wafid. Ia menegaskan bahwa semburan api yang terjadi adalah akibat dari gas metana (CHβ) yang terperangkap dalam lapisan tanah dan terbakar saat bertemu sumber panas atau percikan api dari luar. Hal ini serupa dengan kejadian serupa yang pernah terjadi di Bojonegoro dan Kalimantan Timur, di mana gas alam yang muncul dari tanah dapat terbakar secara spontan.
Badan Geologi juga memastikan bahwa fenomena ini tidak terkait langsung dengan gunung api terdekat. “Kami memastikan bahwa semburan api ini bukan indikasi adanya erupsi atau aktivitas vulkanik,” tambah Wafid. Meskipun terlihat menakutkan, kondisi ini tidak selalu berbahaya jika berada jauh dari pemukiman warga. Untuk menghindari risiko kebakaran atau ledakan, pemerintah daerah bersama tim Badan Geologi telah memasang garis pembatas dan menutup area sekitar lokasi semburan.
Warga diminta tetap tenang dan tidak mendekati lokasi hingga hasil investigasi lengkap keluar. Tim keamanan juga telah memantau situasi secara ketat. Badan Geologi akan melanjutkan penyelidikan untuk memastikan sumber gas, kedalaman kantong gas, serta potensi bahaya lingkungan yang mungkin timbul. Pemerintah daerah juga berencana memasang alat deteksi serta memberikan edukasi kepada warga agar lebih memahami fenomena alam ini.
Penjelasan ilmiah di balik fenomena ini menunjukkan bahwa api abadi atau semburan api alami umumnya muncul karena adanya cadangan gas bumi yang terperangkap di dalam tanah. Ketika gas tersebut berhasil keluar melalui celah kecil di permukaan dan bertemu oksigen, ia akan terbakar secara spontan. Jika tekanan gas stabil, api bisa menyala dalam waktu lama tanpa padam.
Meski fenomena ini menarik perhatian publik karena jarang terjadi, Badan Geologi menegaskan bahwa kejadian ini bukan pertanda bencana besar. Sebaliknya, ini adalah bagian dari proses alam yang bisa dijelaskan secara geologis. Dengan langkah pemantauan berkelanjutan, masyarakat diharapkan tetap waspada namun tidak perlu khawatir berlebihan. Fenomena ini sekaligus menjadi pengingat bahwa Indonesia memiliki kekayaan geologi yang luar biasa dan perlu terus dipelajari agar bisa dikelola dengan aman dan bijak.



















