Air Danau Singkarak Jernih Seperti Sungai Swiss Usai Banjir, Ahli Ungkap Rahasianya

Fenomena Air Danau Singkarak yang Jernih Meski Terjadi Banjir

Beberapa waktu terakhir, beredarnya video dan foto mengenai air Danau Singkarak yang tampak jernih seperti sungai di Swiss menarik perhatian publik. Fenomena ini terjadi meskipun daerah sekitar danau mengalami banjir akibat curah hujan tinggi di wilayah Sumatera. Berbagai spekulasi muncul tentang alasan mengapa air danau tetap jernih.

Penjelasan dari Ahli Geologi

Ahli geologi asal Sumatera Barat, Ade Edwar, menjelaskan bahwa fenomena ini tidak biasa, namun memiliki penjelasan ilmiah. Menurutnya, air Danau Singkarak tetap jernih karena kandungan batu kapur yang tinggi di sekitar danau. Batu kapur memiliki kemampuan alami untuk menyaring air, sehingga membuat air menjadi lebih bersih.

“Harusnya airnya keruh kan? Tapi air danau Singkarak tetap jernih karena banyak mengandung batu kapur,” ujar Ade. Ia menjelaskan bahwa sungai-sungai yang mengalir ke Danau Singkarak melewati kawasan yang kaya akan batu kapur. Sehingga, air yang masuk ke danau sudah dalam kondisi jernih sejak awal.

Karakteristik Alami Danau Singkarak

Ade menambahkan bahwa karakteristik jernih air Danau Singkarak sudah terjadi sejak lama. Ini disebabkan oleh aliran sungai-sungai yang membawa air jernih dari kawasan berbatu kapur. “Dari dulu keunggulan danau Singkarak itu adalah airnya yang selalu jernih. Ini disebabkan sungai-sungai yang berhulu ke sana sudah membawa air jernih karena batu kapur itu,” jelas Ade.

Ia juga menekankan bahwa situasi ini tidak ditemui pada danau yang berada di kawasan tanpa batu kapur. “Jika banjir tentu airnya coklat dan keruh karena tidak ada batu kapur itu,” tambahnya.

Dampak Banjir di Wilayah Sumatera

Selain fenomena alam yang menarik perhatian, banjir dan tanah longsor yang melanda berbagai wilayah di Sumatera mulai dari Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat dalam beberapa hari terakhir terus menimbulkan kerusakan dan mengganggu aktivitas masyarakat.

Bencana ini telah menewaskan ratusan orang, dengan total korban meninggal mencapai 770 orang hingga Rabu (3/12/2025) pukul 18.00 WIB. Ratusan korban tersebar di Aceh sebanyak 277 orang, di Sumatera Utara 299 orang, dan di Sumatera Barat 194 orang. Selain itu, sebanyak 463 orang masih dinyatakan hilang dan tengah dalam proses pencarian. Sementara itu, 2.600 orang dilaporkan mengalami luka-luka.

Kerusakan yang Terjadi

Bencana ini berdampak pada sekitar 3,2 juta penduduk di Aceh, Sumut, dan Sumbar. Jumlah pengungsi yang tercatat saat ini mencapai 746.200 jiwa yang tersebar di berbagai posko. Peristiwa yang terjadi pada akhir November 2025 ini memporak-porandakan 50 kabupaten di tiga provinsi tersebut.

Data BNPB mengungkapkan bahwa 3.300 rumah mengalami kerusakan berat, 2.100 rusak sedang, dan 4.900 rumah rusak ringan. Tak hanya itu, 9 fasilitas kesehatan serta 132 tempat ibadah juga terdampak. Sebanyak 297 jembatan yang menjadi sarana penghubung antarwilayah pun rusak parah hingga runtuh.

Kondisi Saat Ini

Meski bencana ini menimbulkan dampak yang sangat besar, hingga saat ini pemerintah pusat belum menetapkan status bencana nasional. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa banyak daerah kesulitan menangani dampak bencana. Beberapa lokasi bahkan masih belum dapat dijangkau karena akses jalan terputus dan cuaca yang belum stabil.

Kendala ini memperparah kesulitan masyarakat dalam mendapatkan bantuan dan layanan darurat. Pemerintah setempat terus berupaya untuk menangani situasi ini, namun tantangan besar tetap menghadang.

Kesimpulan

Fenomena alam yang terjadi di Danau Singkarak menunjukkan betapa pentingnya konservasi lingkungan dan pemahaman tentang karakteristik alam suatu daerah. Di sisi lain, bencana banjir yang melanda Sumatera mengingatkan kita akan pentingnya persiapan dan mitigasi bencana, terutama di daerah rawan banjir.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *