Akhirnya 14 Tahun Lalu! Kekurangan 6 Hal Ini Jadi Penghalang Indonesia Juara Umum SEA Games

AA1RRAvi

Sejarah dan Tantangan Indonesia dalam Meraih Juara Umum SEA Games

Indonesia sejak lama tidak lagi mampu meraih predikat juara umum dalam perhelatan SEA Games. Terakhir kali hal ini terjadi adalah pada 2011, ketika penyelenggaraan SEA Games digelar di Jakarta dan Palembang. Pada edisi tersebut, Indonesia berhasil menjadi juara umum untuk yang kesepuluh kalinya. Keberhasilan itu juga menjadi pelepas dahaga setelah sebelumnya, Indonesia hanya mampu meraih gelar terbaik pada 1997, saat menjadi tuan rumah.

Sebelum 1997, Indonesia juga pernah meraih juara umum SEA Games ketika berada di luar sebagai peserta. Hal ini terjadi pada edisi 1993 di Singapura. Saat itu, kontingen Merah Putih sukses menjadi yang terbaik dengan total 253 medali, yang terdiri dari 88 emas, 81 perak, dan 84 perunggu. Kemenangan ini sangat signifikan karena Indonesia mampu mengungguli Thailand dengan selisih 25 medali emas.

Sayangnya, sejak saat itu, Indonesia belum pernah lagi mampu meraih gelar juara umum saat tidak menjadi tuan rumah. Bahkan, menempati posisi kedua pun terbilang sulit. Hanya terjadi sekali pada 1995. Dari edisi 1999 hingga 2023, pencapaian terbaik Indonesia hanya sampai pada posisi ketiga klasemen akhir SEA Games. Hal ini memicu banyak pertanyaan mengenai kemampuan tim Merah Putih dalam bersaing tanpa menjadi tuan rumah.

Penyebab Kesulitan Meraih Juara Umum

Menurut pengamat olahraga Djoko Pekik, salah satu faktor utama yang menyebabkan kesulitan Indonesia meraih juara umum adalah pembinaan. Menurutnya, sistem pembinaan di Indonesia belum berjalan secara optimal. Sementara negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam sudah melakukan pembinaan secara serius, terstruktur, dan sistematik.

“Masalah utamanya adalah pembinaan yang belum didukung oleh sistem yang utuh. Misalnya, faktor pembinaan usia muda masih kurang maksimal,” ujar Djoko.

Meskipun saat ini banyak klub-klub dari berbagai cabang olahraga (cabor) sudah melakukan pembinaan, praktiknya masih ala kadarnya. Banyak cabor yang belum menerapkan standar yang baik dalam pembinaan. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan dalam sistem pembinaan yang mencakup semua cabor.

Program Pembangunan Olahraga Jangka Panjang

Indonesia memiliki sebuah program jangka panjang bernama Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang berlangsung dari 2021 hingga 2045. Tujuan DBON adalah menciptakan sistem pembinaan olahraga yang efektif dan meningkatkan prestasi olahraga nasional. Dalam DBON, ada 14 cabor unggulan yang menjadi prioritas, yaitu atletik, panahan, sepeda, dayung, senam, angkat besi, bulu tangkis, taekwondo, karate, wushu, panjat tebing, menembak, pencak silat, dan renang. Selain itu, ada tiga cabor industri, yaitu sepak bola, bola basket, dan bola voli.

Djoko menyatakan bahwa DBON sangat bagus, namun ia menyarankan adanya sedikit perubahan agar program ini bisa berjalan maksimal. Salah satunya adalah penambahan cabor unggulan dari 14 menjadi 21 cabor, sesuai rencana Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Erick Thohir.

Enam Variabel Penting untuk Prestasi Olahraga

Dalam diskusi dengan https://soeara.com, Djoko Pekik menyebutkan enam variabel penting untuk meraih prestasi olahraga. Pertama, ketersediaan pelatih yang andal dan kompeten. Saat ini, kompetensi pelatih di Indonesia belum sebagus negara-negara maju. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan yang berkelanjutan.

Kedua, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung. Ini bukan hanya tentang venue atau lapangan, tapi juga anggaran. Anggaran masih menjadi masalah utama dalam pembinaan olahraga di Indonesia.

Ketiga, implementasi sport science. Proses pembinaan modern tidak bisa lepas dari aplikasi sport science sejak tahap awal. Namun, Djoko menyebut bahwa banyak pelatih masih enggan menerapkannya.

Keempat, sistem kompetisi yang berkualitas. Setiap cabor membutuhkan kompetisi yang berjenjang dan berkelanjutan, bukan hanya ada saat multi-event.

Selain itu, dua variabel lain hadir dalam faktor internal, yaitu ketersediaan atlet yang punya talenta dan motivasi. Oleh karena itu, pemantauan bakat menjadi hal vital agar Indonesia dapat meraih prestasi.

Program dan Implementasi yang Perlu Diperbaiki

Beberapa program pemerintah sebelumnya seperti Garuda Emas, Indonesia Bangkit, Atlet Andalan, Prima, dan PPON jelang Asian Games 2018 dinilai bagus. Namun, Djoko menyoroti bahwa implementasi program ini tidak konsisten. Ia menilai, diperlukan pendanaan yang cukup dan kebijakan yang sungguh-sungguh.

Pemerintah telah berupaya meningkatkan dana olahraga dengan merevisi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi UU No 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan. Dalam revisi tersebut, Kemenpora mengusulkan alokasi dana 2 persen dari APBN untuk olahraga. Meski usulan ini belum disetujui, opsi lain seperti dana perwalian juga ditawarkan.

Persiapan Cabor yang Selalu Mepet Waktu

Persiapan para cabor jelang SEA Games kerap mepet waktu karena keterbatasan dana. Djoko berharap tiap cabor bisa terus menjalankan pemusatan latihan yang tidak pernah putus. “Jadi begitu selesai SEA Games, harus langsung mempersiapkan untuk edisi berikutnya. Tidak menunggu sekian bulan jelang pelaksanaan,” ujarnya.

Oleh karena itu, Djoko menekankan pentingnya keseriusan dalam membina olahraga dan penganggaran yang cukup untuk pembinaan. Dengan demikian, Indonesia bisa lebih siap dalam menghadapi berbagai multi-event.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *