BPBD Trenggalek Pasang EWS di 5 Titik untuk Hadapi Ancaman Bencana Hidrometeorologi

udYNvfpG7qwOy4guor0M

Strategi Pemkab Trenggalek Menghadapi Musim Hujan

Musim hujan yang datang di penghujung tahun 2025 menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek. Dengan adanya prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), wilayah Jawa Timur, termasuk Trenggalek, diperkirakan masih akan mengalami peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek, Stefanus Triadi, menjelaskan bahwa bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir luapan, tanah longsor, gelombang tinggi, angin kencang, hingga pohon tumbang berpotensi terjadi di 14 kecamatan di Bumi Menak Sopal.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, BPBD telah melakukan sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah berkolaborasi dengan beberapa institusi untuk melakukan perampingan pohon yang membahayakan bagi pengendara. Selain itu, BPBD juga telah memasang Early Warning System (EWS) di lima titik untuk mengantisipasi adanya banjir maupun tanah longsor.

Terbaru, Pemkab Trenggalek memasang EWS bantuan Pemprov Jawa Timur di Desa Dukuh, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Desa tersebut memang rawan longsor, bahkan sebelumnya pernah terjadi tanah longsor hingga menutup akses jalan ke permukiman warga.

“Di beberapa tempat juga (kita pasang) seperti Depok (Kecamatan Bendungan), kemudian Kecamatan Kampak di Desa Timahan itu juga kami pasang EWS,” kata Triadi, Minggu (7/12/2025).

Selain itu, Dinas Kominfo memasang CCTV yang dilengkapi sirine untuk memantau peningkatan air, di beberapa titik. Hal ini dilakukan karena sebagian besar desa di 14 kecamatan memiliki potensi banjir dan tanah longsor.

Mitigasi Bencana di Tingkat Sekolah dan Desa

Dalam upaya mitigasi bencana, Pemkab Trenggalek juga melakukan pendekatan melalui sekolah. Beberapa desa maupun sekolah sudah membentuk Destana (Desa Tangguh Bencana). Bahkan di SMA 1 Bendungan, tim dari Jepang sudah mendiskusikan serta melatih sejauh mana kesiapan memitigasi, mulai dari anak didik hingga tenaga pendidik.

Hal ini sesuai dengan Permendikbud No 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program Kurikulum Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). “Dan kami hampir setiap Rabu turun ke beberapa desa ke sekolah melaksanakan mitigasi kebencanaan,” ucap Triadi.

Imbauan untuk Masyarakat dan Nelayan

Lebih lanjut, Triadi mengimbau kepada masyarakat dan nelayan di pesisir selatan untuk terus memantau prakiraan BMKG, terutama nelayan sebelum melaut. Meskipun beberapa kali nelayan di Trenggalek telah mengikuti sekolah lapang cuaca yang diselenggarakan BMKG.

Sedangkan masyarakat di pedesaan maupun pegunungan diminta untuk selalu waspada ketika hujan dengan intensitas tinggi turun. Triadi menuturkan, Kabupaten Trenggalek telah memiliki tim reaksi cepat penanggulangan bencana, forum pengurangan risiko bencana, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana).

Pos BPBD di Kecamatan Panggul

BPBD Trenggalek, juga telah membuka pos BPBD di Kecamatan Panggul untuk mengantisipasi 20 desa di wilayah Kecamatan Dongko, Panggul, dan Munjungan. Menurut Triadi, jarak dan waktu tempuh yang jauh ke Kecamatan Panggul harus diantisipasi dengan mendirikan pos BPBD di Kecamatan Panggul.

“Di Panggul BMKG juga sudah membantu menyelenggarakan sekolah lapang gempa bumi. Harapannya ilmu-ilmu tersebut bisa melatih kesiapsiagaan kita kalau sewaktu terjadi bencana, kita bisa memitigasi atau mengurangi risiko bencana,” pungkasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *