Baby blues adalah kondisi emosional sementara yang umum dialami oleh ibu setelah melahirkan. Namun, penelitian dan pengalaman nyata menunjukkan bahwa sindrom ini juga bisa terjadi pada ayah. Dalam beberapa bulan terakhir, isu baby blues pada ayah semakin diperhatikan oleh para ahli kesehatan mental.
Lead (Terompet Berita)
Tanda-tanda baby blues tidak hanya muncul pada ibu, tetapi juga ayah. Meski lebih jarang dibicarakan, kelelahan, stres, dan perubahan suasana hati bisa mengganggu kesejahteraan emosional ayah setelah kelahiran anak. Berikut 11 tanda yang perlu diwaspadai.
H2 — Fakta Utama
Baby blues adalah perubahan suasana hati yang bersifat sementara dan umumnya terjadi dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi. Meski biasanya dikaitkan dengan ibu, banyak ayah juga mengalami gejala serupa. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sekitar 10% ayah mengalami baby blues dalam masa transisi menjadi orang tua.
Gejala yang muncul antara lain perubahan mood drastis, mudah marah, kesulitan tidur, kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari, dan rasa cemas yang berlebihan. Selain itu, ayah juga bisa merasa tidak terhubung dengan bayinya atau merasa diabaikan oleh lingkungan sekitar.
H2 — Konfirmasi & Narasi Tambahan
Dr. Rina Wijayanti, psikolog klinis di Jakarta, menjelaskan bahwa baby blues pada ayah sering kali tidak disadari karena stigma sosial yang menyebutkan bahwa ayah harus kuat dan tidak boleh menunjukkan kelemahan. “Banyak ayah memendam perasaan mereka sendiri karena takut dianggap tidak tanggung jawab,” ujarnya.
Sementara itu, Bapak Andi, seorang ayah dari dua anak, mengaku mengalami baby blues setelah kelahiran anak pertamanya. “Aku merasa lelah, cemas, dan bahkan sedih tanpa alasan jelas. Aku tidak tahu apa yang salah, tapi akhirnya aku berbicara dengan istri dan mendapat dukungan,” katanya.
H2 — Analisis Konteks
Perubahan peran sebagai ayah baru bisa menjadi tantangan besar. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Yayasan Kesehatan Mental Indonesia, 78% ayah mengaku merasa kewalahan dalam menghadapi tanggung jawab baru. Hal ini terkait dengan kurangnya waktu untuk beristirahat, tekanan finansial, serta kurangnya dukungan dari lingkungan.
“Kondisi ini bisa berkembang menjadi depresi postpartum jika tidak segera ditangani,” tambah Dr. Rina.
H2 — Data Pendukung
Menurut laporan dari National Health Service (NHS), baby blues pada ayah lebih sering terjadi pada ayah yang tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat atau merasa tidak didukung oleh pasangan. Data tersebut menunjukkan bahwa 15% ayah mengalami gejala baby blues dalam tiga bulan pertama setelah kelahiran anak.
Selain itu, sebuah studi dari NCBI (National Center for Biotechnology Information) menemukan bahwa ayah dengan tingkat stres tinggi dan kurangnya dukungan emosional lebih rentan mengalami baby blues. Studi ini juga menunjukkan bahwa ayah yang aktif dalam perawatan bayi memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih baik.
