BANDA ACEH – Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf) Teuku Riefky Harsya mengajak pelaku perfilman lokal di Aceh untuk terus berkembang melalui berbagai inisiatif yang dirancang untuk memperkuat ekosistem film daerah. Salah satu program utama yang diluncurkan adalah Bioskop Alternatif & Workshop Film Aceh, yang bertujuan untuk memperluas akses tontonan sekaligus meningkatkan kapasitas sineas setempat agar karya mereka mampu menembus pasar yang lebih luas.
Program ini menghadirkan ruang pemutaran film di luar bioskop komersial, seperti Bioskop Alternatif bertajuk Sinema Rakyat Aceh yang digelar di Taman Budaya Banda Aceh. Konsepnya menyediakan ruang nonton di gedung teater dengan sistem pemisahan tempat duduk sesuai jenis kelamin. Kegiatan ini menayangkan film yang pernah dan sedang beredar di bioskop nasional, termasuk karya komunitas lokal, dengan kapasitas hingga 400 penonton per sesi.
Kronologi Lengkap
Program Bioskop Alternatif & Workshop Film Aceh diadakan pada 24–25 November 2025, dengan berbagai sesi pemutaran film. Judul-judul yang ditayangkan antara lain Keluarga Cemara 2, Tegar, Nussa the Movie, Cocote Tonggo, dan Sore: Istri dari Masa Depan. Kurasi ini dirancang untuk memperkaya pilihan tontonan sekaligus mendekatkan publik pada karya sinema Indonesia.
Selain pemutaran film, kegiatan ini juga menyelenggarakan workshop bertajuk “Optimalisasi Akses Pasar – Narasi Lokal Menembus Bioskop dan Platform Global”. Workshop ini diikuti oleh 100 peserta dari komunitas film, dinas terkait, serta masyarakat umum. Materi yang dibahas mencakup produksi lokal, video promosi, penyuntingan, hingga distribusi digital. Narasumber yang hadir antara lain Bayu Skak, Bhre Aditya, dan Gina Golda Pangaila.
Mengapa Menjadi Viral?
Inisiatif Menteri Ekraf untuk memperkuat film lokal di Aceh menjadi viral karena menawarkan solusi nyata bagi para sineas daerah. Dengan adanya Bioskop Alternatif, para pembuat film tidak lagi bergantung sepenuhnya pada bioskop komersial. Selain itu, workshop yang diselenggarakan memberikan pelatihan praktis yang sangat dibutuhkan oleh pelaku perfilman, terutama dalam hal teknik produksi dan strategi pemasaran.
Selain itu, acara ini juga menjadi wadah untuk menampilkan karya-karya lokal yang selama ini kurang tersentuh pasar. Dengan begitu, film Aceh memiliki peluang lebih besar untuk dikenal secara nasional maupun internasional.
Respons & Dampak
Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal menyambut baik kegiatan ini, mengatakan bahwa acara ini bukan hanya untuk menonton film, tetapi juga sebagai bentuk merayakan rasa kebersamaan dan semangat kreatif masyarakat Aceh. Ia menekankan pentingnya menjaga karakter dan nilai masyarakat Aceh dalam pengembangan ruang hiburan.
Menurutnya, kegiatan ini juga membuka ruang bagi aspirasi warga terkait kebutuhan akan ruang hiburan yang aman dan nyaman. “Bukan soal hitam putih, tapi bagaimana memastikan bahwa ruang hiburan yang hadir sesuai dengan karakter dan nilai masyarakat Aceh,” ujarnya.
Fakta Tambahan / Klarifikasi
Selain Bioskop Alternatif dan Workshop Film, Kementerian Ekraf juga menyelenggarakan pameran Kolaborasi Kreatif Aceh (KOLATIF ACEH). Pameran ini menampilkan hasil workshop dari Direktorat Kementerian Ekraf, termasuk karya-karya dari komunitas fashion Muslim dan karya foto santri.
Menteri Ekraf juga meninjau langsung pameran tersebut, yang menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung kreativitas masyarakat Aceh. Dengan pendekatan ini, Kementerian Ekraf optimistis Aceh dapat melahirkan karya sinema yang relevan secara kultural dan kompetitif secara industri.
Penutup – Kesimpulan & Perkembangan Selanjutnya
Program Bioskop Alternatif & Workshop Film Aceh merupakan langkah penting dalam mendorong pengembangan film lokal di Aceh. Dengan berbagai inisiatif yang dijalankan, Menteri Ekraf menunjukkan komitmennya untuk memperkuat ekosistem perfilman daerah. Di masa depan, publik berharap kegiatan serupa terus dilaksanakan guna memastikan karya-karya lokal Aceh bisa terus berkembang dan dikenal lebih luas.
