Upaya Pelestarian Banteng Jawa di Cagar Alam Pantai Pangandaran
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat terus berupaya untuk melestarikan Banteng Jawa di Cagar Alam Pantai Pangandaran. Upaya ini diungkapkan dalam rapat koordinasi pengamanan hutan yang diselenggarakan di gedung paripurna DPRD Kabupaten Pangandaran. Rapat tersebut dihadiri oleh berbagai pihak seperti TNI, Polri, pemerintah daerah, BRINS, perguruan tinggi, Perum Perhutani, Camat Pangandaran, Kepala Desa Pananjung dan Pangandaran, serta komunitas pencinta kelestarian alam.
Pada kesempatan itu, dikemukakan bahwa perubahan status konservasi Banteng Jawa menjadi sangat penting karena adanya penurunan populasi global sebesar lebih dari 80% dalam dua dekade terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu perburuan liar untuk daging dan tanduk, hilangnya habitat akibat degradasi hutan, serta dampak bencana alam.
Data pemantauan jangka panjang menunjukkan bahwa penurunan drastis telah terjadi pada banyak sub populasi Banteng Jawa di berbagai wilayah, termasuk lansekap dataran timur Kamboja dan hutan hujan Sabah Malaysia. Saat ini, total populasi Banteng Jawa di dunia diperkirakan hanya sekitar 3.300 ekor.
Untuk mengatasi hal ini, BBKSDA Jawa Barat melakukan intervensi dengan cara meningkatkan populasi melalui reintroduksi Banteng Jawa di Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Area ini dipilih sebagai tempat representatif bagi perkembangbiakan spesies langka ini.
Namun, keberadaan Banteng Jawa di wilayah ini sempat terganggu akibat bencana alam letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982. Akibatnya, populasi Banteng Jawa menurun secara drastis. Pada tahun 2003, hanya tersisa satu ekor jantan.
Pelepasliaran Banteng Jawa
Pada Desember 2024, Menteri Kehutanan Republik Indonesia melakukan pelepasliaran Banteng Jawa sebanyak 4 ekor, yang terdiri dari 2 jantan dewasa dan 2 betina dewasa, di padang rumput Cikamal Cagar Alam Pangandaran. Proses ini dilakukan dengan sistem pengembangbiakan di alam.
Kepala Bidang KSDA Wilayah III Ciamis, Achmad Arifin, menyatakan bahwa pengelolaan Banteng Jawa di Pangandaran bisa lebih optimal. Dalam rapat koordinasi, ia mendapatkan banyak masukan dari berbagai pihak, termasuk Ketua DPRD Asep Noordin, Wakapolres Kompol Usep Supiyan, perguruan tinggi, BRINS, dan lainnya. Beberapa masukan berkaitan dengan kesehatan satwa dan pasokan pakan.
“Masukan ini akan kami pertimbangkan dan kuatkan lagi dalam pengelolaan Banteng Jawa,” ujar Arifin.
Keberadaan Banteng Jawa yang Sangat Terancam Punah
Menurut Arifin, status konservasi Banteng Jawa secara global sudah sangat terancam punah. Ia menilai bahwa keberadaan Banteng Jawa di Cagar Alam Pangandaran merupakan kontribusi penting dalam upaya pelestarian spesies ini.
“Alhamdulillah, saat ini Banteng Jawa telah melahirkan dua anakan. Ini menunjukkan bahwa upaya Kementerian Kehutanan dalam meningkatkan populasi Banteng Jawa di Cagar Alam Pangandaran berhasil,” ujarnya.
Awalnya, Banteng Jawa di Cagar Alam Pangandaran terdiri dari 4 ekor indukan yang dibawa dari Taman Safari. Pada bulan Juli dan Agustus 2025, dua anakan Banteng Jawa lahir.
Arifin menjelaskan bahwa konsep penyelamatan satwa ini didasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 17 Tahun 2024 tentang Penyelamatan Jenis Satwa. Penyelamatan dilakukan melalui pengembangbiakan di alam dan fokus pada peningkatan populasi sebelum dilakukan reintroduksi.
“Sekarang sudah ada dan akan kita tingkatkan populasinya,” kata Arifin. Ia juga menyampaikan bahwa kedepannya Banteng Jawa bisa menjadi destinasi wisata yang menarik.


