Kondisi Mengerikan di Aceh Tamiang Akibat Banjir
Kondisi yang terjadi di Aceh Tamiang sangat memilukan. Korban banjir mengaku sudah berhari-hari tidak makan dan terpaksa minum air banjir karena tidak ada akses air bersih sama sekali. Hal ini membuat warga setempat mengalami kesulitan ekstrem dalam bertahan hidup.
Banyak warga terpaksa mencampurkan air banjir dengan bubuk teh untuk meminimalisir aroma lumpur. Seorang warga mengungkapkan bahwa air bersih tidak tersedia, bahkan mereka harus minum air banjir yang direbus atau dicampur teh agar tidak bau.
Situasi ini dibagikan oleh Ferry Irwandi, seorang konten kreator dan Youtuber yang turun langsung ke lokasi bencana. Ia menemukan bahwa warga Aceh Tamiang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah kabupaten maupun nasional selama beberapa hari. Akibatnya, banyak warga yang harus menahan lapar dan kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, warga juga mengeluhkan ketiadaan listrik dan jaringan komunikasi selama hampir satu minggu. Desa gelap total, sehingga aktivitas malam hari sangat terbatas. Bahkan, harga bensin di lokasi bencana ikut meroket. Warga menyebutkan bahwa 1 liter bensin dijual Rp80–100 ribu, sementara pasokan dari SPBU pun dibatasi.
Menurut pengakuan warga, sebagian besar bantuan yang diterima hanya berasal dari pengendara motor yang melintas. Beberapa warga bahkan mengatakan bahwa mereka tidak makan selama 3 sampai 4 hari.
Ferry Irwandi menjelaskan situasi di Aceh Tamiang. Ia mengunjungi wilayah tersebut dan memposting di akun YouTube. Ia menyampaikan bahwa kondisi di sana sangat mengerikan, dengan orang-orang yang tidak makan berhari-hari dan kesulitan minum air bersih.
Di tengah kondisi yang mencekam, Ferry Irwandi bersuara lantang. Ia menegaskan bahwa ucapan bahwa kondisi di Aceh Tamiang baik-baik saja adalah bohong belaka. Menurutnya, kondisi yang ia lihat di Aceh Tamiang adalah sebaliknya.
Donasi Rp 10 Miliar Dari Seluruh Indonesia
Pilu melihat kondisi tersebut, Ferry Irwandi memberikan pengumuman di depan warga Aceh Tamiang. Ia menjelaskan bahwa ia bisa ke sana karena bantuan dari seluruh masyarakat Indonesia.
Ferry Irwandi berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp10 miliar yang berasal dari patungan seluruh warga Indonesia. Sambil menangis, ia menyampaikan dukungan dari masyarakat untuk warga Aceh Tamiang.
Ia meminta agar warga Aceh Tamiang tetap kuat di tengah bencana. “Berita baiknya, seluruh masyarakat Indonesia peduli bapak ibu semua. Bertahan ya bapak ibu semua ya,” ujar Ferry.
Pesan Menohok Zaskia Adya Mecca
Artis Zaskia Adya Mecca memposting di akun media sosial Instagram mengenai situasi terkini di Aceh Tamiang. Ia memperlihatkan suasana mencekam di Tamiang. Zaskia tampak tertunduk lesu seraya menangis melihat kondisi para korban banjir.
Zaskia Adya Mecca pilu melihat kondisi Tamiang Aceh usai banjir. Sang artis memberikan pesan menohok ini untuk pelaku yang menggunduli hutan Sumatra. Ia bertanya bagaimana memperbaiki dan menangani bencana yang sangat besar tersebut.
“PUAS KALIAN YANG MENGGUNDULKAN HUTAN ?! Bisa tidur nyenyak? Bisa tenang baik2 saja hatinya? Bahagia dengan harta yang kalian dapatkan dari itu semua?”
Ia mengingatkan bahwa ratusan ribu masyarakat harus mendapatkan dampak besar dari keegoisan mereka. Korban jiwa, hilang harta benda, luka2, terisolasi karena akses terputus, ancaman kelaparan didepan mata.
Zaskia juga menceritakan perjuangan beratnya menjadi relawan. Ia mengaku tak mudah menembus kegelapan dan akses yang begitu sulit di Tamiang. Oleh karena itu, Zaskia meminta agar pihak berwenang segera mengambil tindakan tegas dengan mendatangkan alat-alat berat agar akses bisa kembali dibuka.
Ia juga meminta agar tindakan itu dilakukan dengan cepat sebelum korban jiwa semakin bertambah.
“Salah satu titik yang ku datangi tadi malam misalnya, pesantren dengan santri hampir seribu ini, pekarangan belakangnya 5 hektar dipenuhi lumpur padat dan bongkahan kayu2, hancur semua!”
“Siapa yang akan merapihkan? Membantu menyingkirkan semua bongkahan kayu? Membangunnya kembali? Titik2 terdampak seperti ini banyak sekali, puluhan, bahkan ratusan.”
“Kami relawan bersedia bergerak secepat mungkin, memberikan waktu-tenaga-harta kami. Mendistribusikan semua bantuan. Menjadi pendengar dan menyampaikan situasi mereka. Tapi untuk membuka akses terputus, alat2 berat, tidak mudah kami atasi.”
“Geraklah cepat dengan semua kemampuan yang kalian miliki atas keuntungan yang didapat. Krn saat ini kami bertarung melawan waktu!”
