GHF Akhiri Misi Bantuan Kontroversial di Gaza: Apa yang Terjadi Selanjutnya?

Operasi bantuan kemanusiaan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) akhirnya berakhir. Organisasi ini, yang didukung oleh pemerintah Amerika Serikat dan Israel, resmi mengakhiri misinya di Jalur Gaza setelah beberapa bulan beroperasi. Penutupan ini menandai akhir dari sebuah proyek yang menuai banyak kontroversi sejak awal kehadirannya. Artikel ini akan membahas bagaimana GHF beroperasi, apa yang terjadi selama masa operasinya, serta implikasi dari penutupannya bagi warga Gaza.

Awal Mula Operasi GHF

Gaza Humanitarian Foundation (GHF) adalah organisasi bantuan kemanusiaan yang dibentuk dengan tujuan untuk mendistribusikan makanan dan pasokan medis kepada warga Palestina di Jalur Gaza. Dengan dukungan penuh dari pemerintah AS dan Israel, GHF mulai beroperasi pada Mei 2023, setelah akses lembaga-lembaga kemanusiaan internasional seperti PBB ditutup oleh otoritas Israel. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa bantuan tidak sampai ke tangan kelompok Hamas, yang dituduh oleh Israel sebagai pihak yang mencuri atau menyalahgunakan bantuan.

Dalam pernyataannya, GHF menyebutkan bahwa mereka akan mendirikan empat titik distribusi di wilayah selatan Gaza, dengan target pengiriman sebanyak 300 juta porsi makanan dalam 90 hari pertama. Namun, sejak awal, operasi ini langsung menuai kritik dari komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan.

Kritik dan Kontroversi

Salah satu masalah utama dari operasi GHF adalah cara distribusi bantuan yang dinilai tidak adil dan tidak efisien. Sejumlah besar warga Palestina berkumpul di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan oleh GHF, yang membuat situasi menjadi sangat kacau. Beberapa laporan menyebutkan bahwa ratusan orang tewas saat mencoba mendapatkan bantuan, termasuk di dekat lokasi distribusi GHF.

Kritik juga datang dari para ahli kemanusiaan, yang menilai bahwa model distribusi GHF justru memperparah kondisi kemanusiaan di Gaza. Menurut Thea Hilhorst, seorang peneliti bantuan kemanusiaan dari Erasmus University Rotterdam, “Bantuan seharusnya disalurkan oleh pihak netral yang tidak terlibat dalam konflik.” Ia menilai bahwa Israel, yang ikut mengawasi operasi GHF, bukanlah pihak netral.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa model distribusi GHF bisa digunakan sebagai alat untuk memindahkan penduduk dari wilayah utara Gaza ke wilayah selatan, yang merupakan strategi yang disebut sebagai bentuk “pembersihan etnis”.

Penutupan Operasi GHF

Pada akhirnya, GHF memutuskan untuk mengakhiri operasinya di Gaza. John Acree, direktur eksekutif GHF, menyatakan bahwa mereka berhasil mencapai tujuan mereka, yaitu menunjukkan bahwa ada cara lain untuk mendistribusikan bantuan tanpa melibatkan Hamas. Namun, penutupan ini juga diumumkan oleh sumber-sumber Israel yang tidak bersedia diungkap identitasnya, sebelum Acree secara resmi mengonfirmasi penghentian operasi.

Penutupan ini terjadi setelah beberapa bulan operasi yang penuh tantangan. Salah satu alasan utama adalah karena kegagalan GHF dalam mengkoordinasikan distribusi bantuan secara efektif. Jumlah lokasi distribusi yang terbatas memicu kerumunan besar-besaran, yang berujung pada kekerasan dan kematian.

Meski demikian, penutupan GHF tidak berarti bahwa masalah kemanusiaan di Gaza selesai. Warga Gaza masih membutuhkan bantuan yang lebih luas dan lebih efektif. Bahkan, beberapa organisasi kemanusiaan internasional seperti UNRWA masih mengalami kesulitan dalam mengirimkan bantuan karena larangan akses dari otoritas Israel.

Reaksi Internasional

Reaksi terhadap penutupan GHF sangat bervariasi. Pihak AS dan Israel menyambut baik keputusan tersebut, menganggap bahwa model GHF telah memberikan pelajaran penting tentang bagaimana bantuan bisa disalurkan tanpa melibatkan Hamas. Departemen Luar Negeri AS bahkan menyampaikan apresiasi atas kontribusi GHF dalam membantu warga Gaza.

Namun, kelompok Hamas justru menyambut penutupan GHF dengan gembira. Mereka menyebut bahwa organisasi ini adalah “bagian dari aparatus keamanan pendudukan” dan bahwa operasinya justru memperburuk kondisi warga Gaza. Hamas juga meminta agar institusi hukum internasional melakukan investigasi terhadap kejahatan yang dilakukan oleh GHF.

Di sisi lain, organisasi-organisasi kemanusiaan seperti TRIAL International menilai bahwa penutupan GHF adalah langkah yang wajar, tetapi mereka tetap mengingatkan bahwa masalah kemanusiaan di Gaza tidak akan selesai hanya karena penutupan satu organisasi.

Masa Depan Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Setelah penutupan GHF, pertanyaan besar tetap ada: Bagaimana bantuan kemanusiaan akan disalurkan ke Gaza? Pihak PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya tetap berusaha untuk memperluas akses bantuan, tetapi kendala utama tetap ada, yaitu larangan akses dari otoritas Israel.

Beberapa ahli kemanusiaan menyarankan agar bantuan kemanusiaan harus disalurkan melalui mekanisme yang lebih transparan dan netral, bukan melalui model privat yang dikontrol oleh pihak tertentu. Mereka juga menekankan pentingnya menjaga prinsip-prinsip kemanusiaan, seperti netralitas, ketidakberpihakan, dan independensi.

Selain itu, ada kebutuhan untuk meningkatkan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam penyediaan bantuan, termasuk pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan lembaga internasional. Hanya dengan pendekatan yang lebih inklusif dan kolaboratif, bantuan kemanusiaan di Gaza bisa benar-benar efektif dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Penutupan Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di Gaza adalah langkah yang diharapkan dapat memberikan solusi bagi krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Namun, penutupan ini juga menunjukkan betapa kompleksnya masalah bantuan kemanusiaan di tengah konflik yang berlangsung. Meskipun GHF telah mengakhiri operasinya, masalah utama—seperti akses bantuan yang terbatas dan kurangnya koordinasi—masih harus diatasi.

Warga Gaza masih membutuhkan bantuan yang lebih luas dan lebih efektif. Untuk itu, diperlukan komitmen kuat dari pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah, organisasi kemanusiaan, dan lembaga internasional, untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan bisa disalurkan secara adil dan efisien. Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan transparan, harapan untuk melihat perbaikan kondisi kemanusiaan di Gaza bisa menjadi nyata.

Related posts